MOJOK.CO – Bagaimana mungkin orang dengan “gelar SH” tidak tahu aturan naik motor. Tak pakai helm, SIM pun tak punya. Bapa Polisi dibuatnya jengkel ketika kasih tilang.
Mo berobat tidak ada doi
Pada suatu hari, La Ege mengalami sakit di sekujur tubuhnya. Mulai dari kaki hingga kepala. Beberapa hari da punya tubuh dibiarkan saja tidak tersentuh obat. Alasannya satu, La Ege tida ada doi (uang) mo berobat.
Tak tahan merawat sakitnya yang berhari-hari itu, La Ege berinisiatif memberanikan diri pergi ke tempat prakter dokter yang ada di kampungnya. La Ege tahu, meski ke dokter kampung, ia tetap harus bayar. Tapi La Ege mencoba peruntungan. Di dalam hatinya, semoga saja bapak dokter jadi kasian, dan mau mengobati sakit yang La Ege rasa.
Keesokon harinya, La Ege berangkat menuju tempat dokter. Sesampainya di sana da mengeluh dan memohon agar bapak dokter kasian.
“Tolong Bapak Dokter, sa punya badan satu minggumi sakit ini. Sa bingung harus bagaimana. Mau berobat doi tida ada. Jadi, sa mohon Bapak Dokter, tolong bantu kah.”
Merasa kasian, akhirnya Bapak Dokter mau membantu. Bapak Dokter memeriksa badan La Ege. Usai memeriksa, Bapak Dokter simpulkan La Ege harus kena suntik.
Awalnya La Ege da takut sama jarum suntik. Tapi Bapak Dokter bilang, kalau mau sembuh La Ege harus kena suntik. Atas pertimbangan mau cepat sembuh dan berhubung gratis, La Ege pun merelakan kulit di bawa pinggangnya di tembus jarum suntik.
Ajaibnya, selang bebarapa saat kemudian, sakit di sekujur tubuh La Ege langsung hilang semua. La Ege kegirangan bercampur penasaran dengan jenis obat yang disuntikan Bapak Dokter. Dalam hatinya, pokoknya La Ege harus tahu obat yang dikasi bapak Dokter. Biar untuk jaga-jaga, jangan sampe sakit yang da derita sebelumnya kambuh kembali nanti.
“Terimakasih banyak Bapak Dokter. Semoga Tuhan tida buta, melihat kebaikan Bapak Dokter. Tapi sa bisa tau kah nama obat yang Bapak Dokter suntik tadi?” Ucap La Ege.
“Sama-sama Bapak, jangan terlalu dipikir. Sa hanya membantu sesuai kemampuan saya. Karena berhubung Bapak tadi mengaku tida ada doi. Jadi sa pake suntik air putih saja,” jawab Bapak Dokter sambil tersenyum nakal.
La Ege diam saja, heran.
Seorang SH kena tilang polisi
La Lego seorang pemuda yang satu kampung dengan La Ege. Suatu waktu La Lego punya niat mo jalan-jalan ke pusat kota. Rencananya dia mo cuci mata mo liat cewe-cewe di kota karena da sudah bosan dengan cewe-cewe di kampung. Itu-itu terus da liat menurut La Lego.
Sebelum berangkat, La Lego da sudah dengar desas-desus: “Kalo cewe-cewe di kota itu yang penting punya motor, muka urusan belakangan.” Berangkat lah La Lego pake motor pinjaman dari Bapak Desa. Tapi, La Lego tida mau pake helm karna da takut helm bisa da kasi rusak dia punya gaya rambut.
Nasib kurang beruntung menimpa La Lego. Baru saja memasuki gerbang kota, dia langsung dihadang oleh seorang polisi lalu lintas. La Lego kena tilang.
“Mohon maaf, Karna Bapa tida pake helm maka Bapa kena tilang,” ucap Bapak Polisi.
La Lego hanya diam-diam melongo pasrah kena tilang polisi. Tak sampai di situ, Bapak Polisi ikut meminta La Lego menunjukkan SIM-nya.
La Lego tambah tida beruntung. Dia juga rupanya tida punya SIM. Karnanya Bapak Polisi mengalihkan agar La Lego menunjukkan KTP yang da punya. Bapak Polisi langsung kaget minta ampun usai melihat nama yang tertulis di KTP La Lego. Tertulis “LA LEGO SH”.
“Mohama, bapa ini SH palena. Ado Bapa, Bapa ini bikin malu gelar saja. Masa seorang SH tidak tahu aturan bawa motor. Bapa seharusnya malu,” Bapak Polisi yang memang hanya berpendidikan SMA gusar.
“Bapa Polisi, tolong jangan bicara sembarang begitu,” La Lego mulai berani menjawab, da mulai membela diri.
“Ko jangan mentang-mentang punya sekola tinggi, jadi berani macam-macam e. Biar ko Sarjana Hukum, sa tetap mo tilang ko!” Bapak Polisi mulai emosi.
“Kalo Bapa mo tilang saya, terserah. Tapi asal Bapa tau, Bapa jangan bicara sembarang e. Sebut-sebut saya Sarjana Hukum.” La Lego terus membela diri.
Bapa Polisi jadi bingung, “Terus yang ini, SH, da punya maksud apa?”
“Kalo itu maksudnya Susah Hidup Bapa!”