MOJOK.CO – Mencari kiat terbaik menghadapi riuhnya suara ngorok saat tidur dengan teman.
Curhat
Salam hangat Cik Prim, Gus Mul dari Kota Malang yang dingin. Sebut saja saya Mawar.
Akhir-akhir ini saya risau. Bukan karena skripsi saya yang tak kunjung selesai, tapi karena saya merasa kurang nyenyak tidur tiap malam. Jadi, saya punya teman sekamar tukang ngorok ‘tingkat dewa’. Bagaimana tyda? Lah wong kalau ngorok itu sekontrakan dengar semua, padahal dia saja tidur baru 5 menit. Bisa dibayangkan, kan, gimana ramainya kondisi kontrakan tiap malam?
Sekitar 2-3 bulan pertama, saya mencoba menjadi manusia yang ‘neriman’. Saya nggak berani negur, merasa ndak enak takut menyinggung perasaannya. Saya selalu tidur menggunakan headset dengan volume tingkat tinggi. Tapi, kalau setiap malam seperti itu, ya, kasian kuping saya.
Beberapa minggu ini, saya mencoba mengingatkan dia kalau saya terbangun jam 12 malam atau ketika saya sudah ngga bisa tidur berjam-jam karena risih mendengar suara ngoroknya. Dia langsung terbangun kemudian pindah posisi tidur miring supaya ndak ngorok, namun setengah jam kemudian dia ngorok lagi. Saya lihat mulutnya: meskipun ndak kebuka, tapi kok tetap bisa ngorok dengan lancarnya ya. Saya heran…
Mohon dengan sangat solusinya, Cik Prim, Gus Mul…
Mawar.
Jawab
Salam hangat, Mawar. Sebelumnya, mohon maaf mengecewakanmu, tapi yang membalas curhatmu kali ini bukanlah Gus Mul ataupun Cik Prim. Semoga, solusi yang dipaparkan di sini tetep bisa menggugah senyummu kelak, ya, War.
Mawar, kegundahan hatimu sangat beralasan. Tidur di sebelah orang ngorok itu memang menyebalkan. Saya juga mengalami hal ini, kok, karena by the way bapak saya di rumah pun ngorok.
Tidur di dekat orang ngorok itu konon membuat kita harus rajin membangunkan orang tadi setiap kali ia mulai ngorok. Tapi, lama-lama kan capek, ya ngga sih? Hemm?
Saya perhatikan teman kamu ini cukup memahami pendapat “tidur-miring-biar-ngga-ngorok”. Nah, saran saya, untuk mendukung ide ini (karena memang banyak yang menyarankan langkah ini), kamu sebaiknya menjahitkan sesuatu di piyamanya, lebih tepatnya di bagian punggung. Menjahitkan apa? Ya apa saja, bola bekel, duri lele, atau malah bola basket. Tujuannya, agar temanmu ini tidak lagi tidur telentang yang malah akan membuatnya ngorok.
Banyak orang berpendapat, ngorok erat kaitannya dengan otot di tenggorokan. Maka, lebih masuk akal rasanya kalau kita merencanakan waktu untuk berolahraga bersama setiap hari dengan tujuan mengencangkan otot, termasuk otot di tenggorokan. Dengan gaya hidup yang sehat, diharapkan temanmu bisa berangsur-angsur menghilangkan kebiasaan ngoroknya.
Lalu, coba perhatikan posisi kepalanya saat tidur: apakah sudah cukup tinggi? Untuk meminimalkan suara ngorok ini, bantulah temanmu untuk tidur dengan menggunakan 1-2 bantal setinggi kurang lebih 10 cm. Dengan cara ini, lidah dan rahangnya bisa maju ke depan, sedangkan otot lehernya jadi lebih rileks dan terbuka. Akibatnya, ngorok-ngoroknya pun bisa hilang, atau ya minimal berkurang lah~
Tips-tips lain sebenarnya bisa kamu coba, dengan syarat kamu sudah mengomunikasikannya terlebih dulu pada temanmu bahwa suara ngoroknya membuatmu sedikit terganggu. Bila perlu, rekam dulu suara ngoroknya, untuk jaga-jaga kalau dia ngelak. Soalnya bapak saya kalau diprotes karena ngoroknya kenceng, selalu bilang, “Siapa yang ngorok? Mimpi kamu aja, kali.”
Ih, kan KZL.
Jadi gitu ya, Mawar. Kalau suara ngoroknya mengganggu, sampaikan saja dengan jujur. Sodorkan juga informasi lengkap soal bahaya tidur ngorok (karena emang bahaya). Saya aja pernah baca artikel judulnya “Tidur Ngorok Itu Bukan Tanda Tidur Pulas Karena Kamu Bisa Saja Bangun di Akhirat”. Ngeri abis!
Tapi, Mawar, saya jadi ingat pada sebuah tebakan yang saya dapat saat SD.
Kenapa orang ngorok?
Jawabannya, karena tidur. Hehe~
Jadi, kalau kamu pengen temenmu nga ngorok, coba alihkan perhatiannya dan beri dia jadwal ngeronda setiap malam. Alhasil, dia pun nga akan tidur dan nga akan ngorok.
Well, semoga saran-saran ini membantu, ya. Saya sendiri agak-agak kurang percaya diri nih. Soalnya, mendadak saya ingat, Cik Prim pernah secara random “mengancam” saya,
“Li, kalau kamu tidur ngorok lagi, aku rekam, loh!”
Yha, Mawar, kayaknya saya adalah diri lain dari temanmu itu, deh.
Salam kenal,
Aprilia Kumala