Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Balbalan

PS TIRA Mencari Rakyat di Bantul

Muhidin M. Dahlan oleh Muhidin M. Dahlan
8 Juni 2018
0
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK – PS TNI mengubah namanya menjadi PS TIRA untuk Liga 1 musim ini demi dukungan Rakyat Bantul. Sayang, barak bernama Stadion Sultan Agung terlalu sunyi untuk menjadi mesin pendorong klub tentara ini.

Pentingkah Rakyat bagi tentara nasional? Jika pertanyaan itu Anda tanyakan kepada PS TIRA, jawabannya pasti sangat penting. Itu ditunjukkan dari perubahan nama dari PS TNI menjadi PS TIRA. “Tira” adalah akronim dalam akronim, yakni “TNI Rakyat”.

Pemakaian nama baru itu tak sekadar perubahan biasa, tapi juga diikuti langkah-langkah taktis. Klub milik PT Cilangkap TNI Jaya ini awalnya bermarkas di Stadion Pakansari, Bogor dan/atau Stadion Patriot Chandrabhaga, Bekasi.

Pada perhelatan liga tahun sebelumnya, yakni Liga 1 Gojek Traveloka, Stadion Pakansari dan/atau Stadion Patriot Chandrabhaga selalu menjadi barak yang sunyi. Bila pun bergemuruh, pastilah karena pendukung lawan-lawannya dengan status tamu.

PS TNI pun seperti bertanding sepenuhnya mengandalkan 11 patriot mudanya yang bertungkus lumus di lapangan. Dalam kamus PS TNI, tak ada “pemain ke-12”. Sekali 11, tetaplah 11.

Tapi, bukankah terlalu “independen” (si patriot muda tanpa Rakyat) seperti itu menyalahi kodrat kelahiran tentara nasional?

Tentu saja.

PS TNI butuh Rakyat. Langkah pertama diambil adalah memasukkan lema “Rakyat” dalam nama. Walaupun ada “Rakyat” dalam PS TIRA, semua pemilik saham tentu saja jenderal dan beberapa organisasi yang bernaung di bawah TNI, seperti Induk Koperasi TNI AD, TNI AU, TNI AL, dan Pusat Koperasi Mabes TNI.

Setelah urusan nama selesai, Bantul dipilih sebagai pengganti Bogor dan Bekasi. Alasan dipilihnya Bantul karena PS TIRA mengingat perjuangan gerilya Panglima Besar Jenderal Soedirman. PS TIRA berharap, kedatangan mereka di Bantul disambut meriah Rakyat seantero Bantul seperti saat Pangsar (Panglima Besar) kembali dari gerilya di Jawa Timur. Barisan Rakyat di selatan Kota Yogya itu mengelu-elukan Sang Pangsar.

Ini faktanya: sejak diluncurkan kali pertama di Stadion Sultan Agung Bantul pada 18 Maret 2018 hingga pekan ke-12 Gojek Liga 1 bersama Bukalapak 5 Juni 2018, PS TIRA tak juga mendapatkan sorak-sorai, hore-hore meriah dari Rakyat Bantul.

Stadion Sultan Agung biasanya selalu penuh oleh Rakyat ketika Persiba Bantul masih di liga utama sebelum nyungsep sedalam-dalamnya di liga amatir. Stadion ini juga bergemuruh saat PSIM Yogyakarta memilihnya sebagai kandang sementara. Stadion ini juga mendidih saat PSIS Semarang menjadikan Sultan Agung menjadi markas untuk beberapa pertandingan big match. Stadion ini juga bermandi batu dan pecahan kaca ketika Persija Jakarta menjadikan Sultan Agung sebagai stadion kos sementara saat stadion di ibu kota dipersiapkan/digunakan untuk pergelaran Asian Games.

Tapi, stadion ini berubah menjadi barak atau asrama saat dipakai TNI. Ciri barak adalah sunyi, tenteram, disiplin. Dalam barak, Rakyat tak diperkenankan masuk. Dalam barak, disiplin ditegakkan. Dalam barak, semua penuh aturan. Dalam stadion rasa barak tak ada teriakan, tak ada kor, tak ada bentangan syal, tak ada kibaran bendera berwarna-warni. Bahkan, nyaris tak ada suara dari tribun.

“Yang rame, jangan diam,” Syahrul Fadhil, kiper PS TIRA, berteriak-teriak di depan gawangnya saat mereka berusaha mempertahankan skor kemenangan 1-0 atas pemuncak klasemen sementara Liga 1 di pekan ke-12, Barito Putera. Setelah teriakan Syahrul itu mereda, pada menit ke-75, panitia pelaksana yang memegang mik mengumumkan ke seantero stadion: “Perlu saya sampaikan, penonton malam ini berjumlah 189.”

Anda bisa bayangkan, apa yang ada dalam benak kiper yang didatangkan dari PSS Sleman itu. Menurut saya, teriakan Syahrul itu menyalahi “hukum barak” yang “diam bae sebagai kunci”.

Jika pun stadion penuh sesak, ramai, dan tentu saja ribut, tak lain karena kehadiran Rakyat dari lawan tanding PS TIRA. Salah satunya adalah saat dijewer Persebaya Surabaya pada 13 April 2018 dengan skor telak 1-4. Bahkan, usai kehadiran “rakyat yang urakan” itu, dinding stadion dievaluasi dan diputuskan, tembok di sebelah barat sudut kanan ditinggikan lagi sehingga spesies manusia penggila bola tak bisa lagi memanjat.

Sebetulnya, ada satu pertandingan tandang di mana Rakyat datang untuk bernyanyi kepada PS TIRA. Di tribun utara, saat PS TIRA meladeni permainan Bali United yang berakhir dengan skor kemenangan 2-1, terdapat delapan orang bernyanyi malu-malu tanpa dirijen. Drum mereka hanya satu yang tentu saja kalah dari ratusan pendukung Bali United yang berada di tribun timur. Saat pertandingan berakhir, kedelapan orang ini berteriak-teriak minta diperhatikan pemain-pemain PS TIRA, namun tak ada satu pun yang merekennya. Menengok saja tidak. Saya melihat dengan jelas, betapa ada gurat lelah dan malu di muka mereka.

Saya menunggu lagi kemunculan R-8 (Rakyat 8) itu pada 11 Mei 2018 saat PS TIRA melayani PSMS Medan. Tidak ada. Saya mencoba menunggu lagi jangan-jangan R-8 yang saya lihat malam itu di tribun utara hadir lagi pada 22 Mei 2018 ketika Perseru Serui jauh-jauh datang ke Bantul dan mempermalukan si tuan rumah 0-1. Tidak ada juga. Pada pertandingan pekan ke-12 saat Barito Putera tandang ke Bantul, R-8 belum juga muncul.

Saya berpikir, Rakyatkah R-8 itu? Jika itu Rakyat, mungkinkah mereka utusan yang moksa ke Pantai Selatan atau lenyap selamanya di Goa Selarong? Diharapkan kehadirannya, tapi tidak direken.

Ya, mestinya PS TIRA tak perlu bersusah payah mereken kehadiran Rakyat itu. Toh, tentara adalah warga pilihan, warga elite dalam piramida struktur kependudukan di Indonesia.

Sebagaimana elitenya tentara, PS TNI/PS TIRA juga muncul dalam belantika sepak bola nasional tak melalui hukum promosi dan degradasi. Ia ada ujug-ujug sudah menjadi elite. Karakter elite seperti ini, tolong, “Dewan Jenderal” yang duduk mengurusi manajemen, janganlah dinodai oleh semangat populis mencari-cari Rakyat yang tak jelas karakternya.

Tanpa Rakyat, kesebelasan tentara yang berjulukan The Army atau The Young Warrior ini selalu tampil stabil: kadang menang besar, kadang kalah besar. Kadang menang di barak, kadang menang di stadion lawannya. Enggak ada bedanya main di Barak Sultan Agung atau di stadion lawan-lawannya. Tanpa pelatih kepala pun yang dipecat pada pekan ke-12 karena tak becus menaikkan peringkat klasemen, PS TIRA tetap memetik kemenangan.

Bahkan, hingga pekan ke-12, penyerang utama PS TIRA bernomor punggung 9, Aleksandar Rakic, berada di urutan ketiga pencetak gol terbanyak.

Luar biasa, bukan?

Jadi, o tentara, teruslah menjadi terdepan, independen, dan istikamah di jalan elite di semua lapangan kehidupan. Rakyat itu apalah, apalah. Bikin susah saja.

Terakhir diperbarui pada 8 Juni 2018 oleh

Tags: BantulbarakKlasemen Liga 1klub tentaraLiga 1PS TiraPS TNIrakyat bantulstadion sultan agungTentara
Iklan
Muhidin M. Dahlan

Muhidin M. Dahlan

Penulis dan kerani partikelir IBOEKOE dan Radio Buku.

Artikel Terkait

Jogja Sejuk dan Rindang Seperti Sleman Hanya Impian Palsu MOJOK.CO
Esai

Mengidamkan Semua Ruas Jalan Penting di Jogja Sejuk dan Rindang Seperti Padukuhan Pangukan Sleman

7 April 2025
Humor Gelap Tentara vs Sipil yang Menghantui Indonesia MOJOK.CO
Esai

Humor Gelap Tentara vs Sipil yang Menghantui Indonesia

17 Maret 2025
PSIM Jogja Aku Yakin dengan Kamu MOJOK.CO
Esai

PSIM Jogja: Aku Yakin dengan Kamu

18 Februari 2025
Kampung Kalimati, Bantul sebuah permukiman kumuh di sekitar Pantai Parangkusumo. MOJOK.CO
Jogja Bawah Tanah

Kalimati Bantul, Kampung Kumuh di Tengah Gemerlap Pariwisata Jogja

31 Januari 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bus ekonomi Mira, saksi perantau Surabaya nekat ke Jogja tanpa bekal apa-apa buat cari kerja. Tujuh jam menderita dengan kerandoman penumpang MOJOK.CO

Naik Bus Mira karena Pengin Nikmati Perjalanan dengan Harga Murah, Malah Menderita karena “Keanehan” Penumpangnya

16 Juni 2025
Cerita Lintang dan Ayla dari SSB menjadi pemain sepak bola putri yang banggakan Jogja MOJOK.CO

Lintang dan Ayla, Dari Pertanyaan “Perempuan Kok Main Bola” Jadi Inspirasi Sepak Bola Putri di Jogja

18 Juni 2025
Usai sarjana malah sulit dapat kerja, kini pilih jadi buruh ketimbang jadi sarjana nganggur. MOJOK.CO

Nyesel Ikuti Perintah Ibu Kuliah Jurusan Guru, Setelah Lulus Jadi Susah Cari Kerja

19 Juni 2025
Fadli Zon menyangkal pemerkosaan massal dalam kerusuhan 1998. MOJOK.CO

Muslihat Penulisan Ulang Sejarah Mei 1998: Memberikan Penghargaan kepada Soeharto dan Menyangkal Bukti Pemerkosaan

17 Juni 2025
Temani pacar dari gagal CASN dan nganggur, setelah jadi ASN malah ditinggal bahagia dengan orang lain MOJOK.CO

Setia Temani Pacar dari Gagal CASN hingga Nganggur Lama, Setelah Jadi ASN Malah Ditinggal Bahagia sama Orang Lain

17 Juni 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.