MOJOK.CO – Kemarahan Sergio Aguero, pada derajat tertentu, adalah gambaran puncak dari kesedihan ketika melihat Lionel Messi, Sang Juru Selamat, menundukkan kepala dan melangkah pergi.
Usia Sergio Aguero sudah 33 tahun. Bagi pesepak bola, usia 33 tahun memberi sinyal bahwa si pemain sudah di ambang gantung sepatu. Bagi mereka yang sudah memenangi hampir semua piala, alangkah bahagianya jika bisa menghabiskan sisa karier bersama sahabat.
Kita semua tahu alasan Sergio Aguero memilih Barcelona setelah kontraknya bersama Manchester City selesai. Aguero ingin bermain bersama Lionel Messi, sahabatnya sejak remaja. Manajemen Barcelona sendiri mendatangkan Aguero demi menjaga Lionel Messi tetap bahagia.
Maka, “perjodohan” itu terjadi. Lionel Messi dan Barcelona sudah satu kata perihal kontrak baru. Saga kontrak baru yang sudah berlangsung cukup lama ini bakal selesai dengan sebuah tanda tangan. Hanya satu langkah lagi, dua sahabat lama bisa bersatu lagi. Namun, takdir berbelok ke arah yang mengejutkan.
Tidak pernah ada masalah di dalam kontrak baru untuk Lionel Messi. Masalah terbesar yang menggagalkan “perjodohan dua sahabat” ini adalah Barcelona tidak bisa mendaftarkan Messi karena struktur gaji yang kacau. Tak ada pilihan bagi Joan Laporta, Presiden Barcelona, selain merelakan Lionel Messi melangkah pergi demi masa depan klub.
Fans Barcelona di penjuru dunia patah hati. Tidak ada lagi tarian la Pulga di atas panggung Camp Nou. Namun, kita seharusnya sadar bahwa patah hati terbesar dialami oleh Sergio Aguero. Dia yang dijanjikan kebahagiaan bermain bersama sahabat di ujung karier, justru dikhianati oleh ekspektasi yang terbangun selama beberapa bulan. Sakit sekali.
Sergio Aguero berhak bersedih, bahkan marah. Siapa yang tidak ingin bermain Lionel Messi? Hapus status sahabat di antara dua pemain ini dan masih banyak alasan bagi Aguero untuk bisa sekali saja bermain bersama pemain terbaik di dunia itu.
Memphis Depay, pemain baru Barcelona yang datang berbarengan dengan Sergio Aguero, mengungkapkan kekecewaannya lewat Twitter. Memphis hanya mengunggah dua emoji hati dengan salah satunya adalah emoji broken heart. Dua emoji yang cukup menggambarkan kekecewaan tidak bisa berbagi umpan-umpan manis bersama Lionel Messi.
Gerard Pique menyesali keadaan ini. Kebersamaan yang sudah terbangun sejak mereka kanak harus terhenti. Katanya, Camp Nou tidak akan sama lagi. Sergi Roberto dan Jordi Alba hanya bisa berterima kasih atas semua kenangan manis yang pernah mereka cecap bersama.
Sergio Aguero?
Dia yang datang dengan segala ekspektasi ini tidak merilis komentar penuh kesedihan. Dia marah. Diberitakan banyak media, Aguero marah dengan keadaan ini. Saking kecewanya, dia meminta pengacaranya untuk mencari celah di dalam kontrak supaya bisa hengkah dari Barcelona secepat mungkin.
Padahal kita tahu, bahwa Sergio Aguero baru dua bulan bergabung. Dia bahkan belum pernah bertemu Lionel Messi di arena latihan. Messi harus berjuang bersama timnas Argentina di ajang Copa America, yang mana berhasil dia juarai.
Puncak kekecewaan dari sebuah ekspektasi yang patah adalah diamnya seorang manusia. Dia tidak perlu menyemburkan rangkaian kalimat sedih. Dia cukup bertindak. Konon, satu tindakan nyata jauh lebih berbobot ketimbang rangkaian kalimat indah.
Jika kabar kemarahan Sergio Aguero ini benar adanya, fans Barcelona perlu khawatir. Perginya Lionel Messi bukan akhir dari semua tragedi ini. Kerugian dari sisi finansial yang diderita Barca tahun lalu saja belum tentu bisa diselesaikan dalam waktu dekat.
Ketakutan terbesar yang saya simak lewat timeline media sosial adalah hengkangnya pemain-pemain potensial. Jika tidak ada terobosan yang cukup radikal, bukan tidak mungkin Barcelona akan kehilangan Frankie De Jong, Ansu Fati, Pedri, Gavi, dan pemain-pemain muda potensial lainnya.
Skuat Barcelona bersama Lionel Messi saja bisa terbilang kurang seimbang. Apa yang terjadi jika pemain-pemain potensial yang menopang skuat ini hengkang? Episode lainnya dari sebuah tragedi bakal segera tersaji.
Saya sendiri mencoba “mengenakan sepatu” Laporta. Di satu sisi, Laporta dan jajaran manajemen gagal membebaskan beban gaji sebelum Messi pulang ke Spanyol. Ini juga bisa disebut sebagai dosa. Namun, di sisi lain, Laporta dan jajaran manajemen sedang menerima “abu panas” dari brengseknya Bartomeu dan manajemen sebelumnya.
Oleh sebab itu, kondisi di dalam tubuh Barcelona sendiri sedang tidak ideal. Panas. Penuh ketidakpastian. Banyak pertanyaan yang mungkin belum bisa terjawab saat ini.
Namun, satu hal kita tahu, seorang manusia yang sekali kecewa akan sulit kembali ke “lembaran kosong dan sempurna”. Kemarahan Sergio Aguero, pada derajat tertentu, adalah gambaran puncak dari kesedihan ketika melihat Lionel Messi, Sang Juru Selamat, menundukkan kepala dan melangkah pergi. Patah hati yang tidak bisa dihindari, bahkan diobati.
BACA JUGA Nggak Arsenal Nggak Makan di Tengah Status Pengangguran Lionel Messi dan tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.