Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Balbalan

Euro 2020 dan Rasa Dahaga Akan Komentator Berkualitas, Spaces Twitter Memberi Kelegaan

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
10 Juni 2021
A A
Euro 2020 dan Rasa Dahaga Akan Komentator Berkualitas, Spaces Twitter Memberi Kelegaan MOJOK.CO

Euro 2020 dan Rasa Dahaga Akan Komentator Berkualitas, Spaces Twitter Memberi Kelegaan MOJOK.CO

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO –  Mari kita sambut Euro 2020 api membara dan mata terbuka. Mari bandingkan kualitas televisi dan media sosial. Twitter lebih dari televisi, yo!

Kita semua sudah tahu kalau sifat penonton bola di Indonesia ini sudah berubah. Konten-konten trivia sampai sejarah memang masih diminati. Namun, seiring waktu, rasa haus akan konten analisis yang objektif hingga taktikal makin menjadi. Menjelang Euro 2020, rasa dahaga itu wajib dipuaskan.

Saya sendiri tidak tahu apakah stasiun televisi dan penyedian jasa penyiaran streaming sudah berhasil merekam perubahan sifat penonton atau tidak. RCTI misalnya, sudah merilis lineup host dan komentator untuk Euro 2020. Saya cuma bisa berharap dan mendoakan RCTI sudah paham akan perubahan itu.

Biar apa? Tentu saja biar penonton Euro 2020 lewat RCTI mendapatkan sajian yang berkualitas dan objektif. Yah, kita tahu sendiri, seorang komentator sepak bola pernah jadi “pusat kejengahan” warga maya ketika gayanya mengawal pertandingan dianggap berlebihan. Sebuah kondisi yang bisa membuat stasiun televisi kehilangan pemirsanya.

Selain kenyataan itu, eksistensi konten sepak bola di televisi, terutama untuk segmen komentator, terancam oleh kreativitas netizen memaksimalkan fasilitas Spaces di Twitter. Fasilitas yang saya rasa seperti micro-podcast ini memungkinkan pengguna Twitter untuk secara langsung menyerap informasi dari individu yang mereka sukai.

Tentu saja, individu yang punya kekuatan menarik massa dalam jumlah besar adalah individu yang berkualitas. Pendengar Spaces di Twitter punya kemerdekaan untuk memilih mau mendengarkan siapa. Kalau satu pembicara di sebuah konten Spaces dirasa kurang berkenan, mereka bisa “lompat” ke Spaces lainnya.

Spaces di Twitter juga sangat fleksibel. Tidak ada ikatan kontrak resmi di sana. Semuanya bersifat kolektif dan gotong royong. Bahkan komentator yang dipilih bisa dengan cara diundi atau mana suka. Celakanya, panitia acara bisa melakukan seleksi komentator, bahkan menggantinya dengan komentator lain kalau dirasa kurang meyakinkan.

Intinya, pendengar dimanjakan. Pendengar, menghabiskan sekian kuota untuk mendengarkan sebuah konten berkualitas. Sifatnya mana suka dan bisa pindah sesuka hati.

Berbeda dengan televisi yang menggunakan kontrak kerja resmi untuk perkara komentator selama Euro 2020. Mau suka atau tidak, pemirsa tak bisa memilih mau mendengarkan siapa. Pilihan mereka cuma dua.

Pertama, mematikan volume televisi ketika komentator yang lagi ngomong dirasa tidak objektif atau jatuhnya bising. Kedua, mematikan televisi dan beralih ke penyedia layanan streaming, baik legal maupun ilegal. Oh maaf, ada satu pilihan lagi, yaitu masuk ke Twitter dan nonton dari sana meski komentatornya berbahasa Arab. Setidaknya lebih sejuk di telinga ketimbang mendengarkan komentator dalam negeri yang bising dan tidak objektif.

Oleh sebab itu, tantangan komentator Euro 2020 di televisi, menurut saya, semakin berat. Jika mereka gagal membungkus konten Euro 2020 secara berkelas, jangan harap pemirsa mau balik lagi untuk kompetisi selanjutnya. Kecuali memang tidak ada alternatif tontonan dan pilhan pemirsa cuma mematikan volume televisi.

Satu hal lagi yang bisa menjadi “ancaman” bagi komentator televisi selama Euro 2020 adalah kenyataan bahwa komentator di Twitter biasanya lebih jago. Baik soal sejarah, trivia, humaniora, taktik, sampai yang receh. Semuanya ada di Twitter dan bisa diberdayakan hanya dengan DM saja. Tanpa perlu kontrak kerja, tanpa perlu pakai seragam jas dan dasi.

Seiring zaman berjalan, rasa dahaga akan komentar-komentar cerdas berkualitas di dunia sepak bola bakal makin terasa. Saat ini, komentator- komentator galak dan kontroversial memang masih diminati. Namun, tak akan lama lagi, panggung mereka akan reyot dimakan rayap zaman. Ambruk oleh tuntutan manusia-manusia waras yang membutuhkan informasi bukan agitasi.

Kalau tak percaya ramalan saya, mari kita sambut Euro 2020 api membara dan mata terbuka. Mari bandingkan kualitas televisi dan media sosial. Twitter lebih dari televisi, yo!

Iklan

BACA JUGA Valentino Simanjuntak vs Real Madrid di Liga Champions: Cukup Beradaptasi untuk Juara, Tak Perlu UU ITE Itu dan tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.

Terakhir diperbarui pada 10 Juni 2021 oleh

Tags: euro 2020komentator bolarctiSpacestwitter
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

Redaktur Mojok. Koki di @arsenalskitchen.

Artikel Terkait

iklan rcti oke.MOJOK.CO
Ragam

Kisah Syuting Iklan “RCTI Oke” Pakai Helikopter hingga Bangun Rumah, Hasilnya Terkenang Puluhan Tahun

27 Februari 2024
MISI MULIA ELON MUSK MENGURANGI KONTEN CABUL DI TWITTER!
Video

Misi Mulia Elon Musk Mengurangi Konten Cabul Di Twitter!

2 Agustus 2023
Logo Twitter Ganti X: Langkah Sinting dari Elon Musk MOJOK.CO
Konter

Logo Twitter Ganti X: Langkah Awal dari Orang Sinting Bernama Elon Musk Menciptakan Aplikasi Super

25 Juli 2023
Belajar dari Sejarah, Twitter Nggak Akan Mati Begitu Saja karena Threads. MOJOK.CO
Kilas

Belajar dari Sejarah, Twitter Nggak Akan Mati Begitu Saja karena Threads

7 Juli 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.