Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Balbalan

Ambisi Martinelli dan Injeksi Nyali ke Nadi Arsenal

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
10 Desember 2019
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – High-intensity sprints yang 20 kali dilakukan Martinelli mengubah aura gloomy Arsenal. Menyuntikkan nyali kepada sebuah tim yang tengah lesu darah.

Oktober 2019 yang lalu, saya menulis soal keberanian Gabriel Martinelli. Tandang ke Anfield untuk laga Carabao Cup, Arsenal diprediksi akan kalah. Prediksi itu memang terbuki. Namun, sepanjang laga, Martinelli menunjukkan keberaniannya untuk meladeni anak-anak muda Liverpool yang sudah berkembang dengan pesat.

Malam itu, Martinelli mencetak dua gol. Meski kalah, Arsenal menemukan satu pemain muda yang nampaknya imun dengan tekanan. Waktu pun berjalan….

Sejak Oktober hingga Desember 2019, Arsenal belum pernah merasakan lagi yang namanya kemenangan. Performa yang mereka tunjukkan di antara hasil imbang dan kekalahan adalah performa tim calon degradasi. Tidak ada koordinasi. Tidak ada kejelasan taktik. Adanya kelesuan dan ambruknya kepercayaan diri. Tim ini menjadi pengecut sepenuhnya.

Kombinasi antara ambruknya kepercayaan diri dan para pemain senior yang tidak performa menyeret Unai Emery ke “tiang gantungan”. Pelatih asal Spanyol itu dipecat. Asa sedikit terangkat ketika Freddie Ljungberg diangkat menjadi caretaker. “Saya berjanji mengembalikan senyuman di bibir para fans,” janji Freddie.

Hasilnya? Satu kali imbang dan satu kali kalah di dual aga Arsenal bersama Freddie. Salah satu penyebabnya adalah Freddie tidak berani untuk menggeser pemain senior dari tim utama. Terutama mereka yang performanya ambruk.

Rumus sepak bola itu, terkadang, sangat sederhana. Jangan memainkan pemain jika berada dalam periode buruk. Apalagi ketika si pemain itu punya pengaruh besar di ruang ganti. Kesuraman dirinya akan menular dan menjangkiti pemain lainnya. Di saat seperti ini, dibutuhkan nyali dari pelatih untuk menepikan pemain itu.

Saya tahu kalau “rumus sederhana” itu tidak sepenuhnya sederhana karena pengaruh pemain. Mencadangkan si pemain bisa merusak mood tim. Oleh sebab itu, selain nyali, dibutuhkan kecakapan komunikasi pelatih. Di sini, Freddie terbantu kemampuan berbahasa Inggris yang lebih baik ketimbang Emery.

Melawan West Ham United, Freddie menjawab gerutuan fans Arsenal di seluruh dunia. Caretaker asal Swedia itu mencadangkan Lacazette dan David Luiz. Seharusnya, dia juga berani mencadangkan Sokratis. Namun, kondisi Rob Holding yang cedera membuat mau tidak mau, Freddie menduetkan Sokratis dengan Chambers.

Di depan, Martinelli dan Nico Pepe mendapatkan kepercayaan penuh untuk tampil sejak awal laga. Sebuah pemandangan yang memberikan kesegaran di wajah skuat Arsenal yang murung itu. Apakah Arsenal lantas bermain lebih baik? Bukan namanya Arsenal kalau tidak mengalami kemalangan beruntun.

Ketika sesi pemanasan, hamstring Hector Bellerin tertarik. Bermain pun belum, dia digantikan Ainsley Maitland-Niles. Ketika babak pertama baru berjalan setengah jalan, Kieran Tierney harus digantikan Sead Kolasinac. Bahu Tierney bergeser setelah bertabrakan dengan salah satu pemain West Ham.

Tidak lama kemudian, lewat sebuah umpan silang yang sama sekali tidak berbahaya, West Ham mencetak gol lewat Ogbonna. Sepanjang babak pertama, hanya Martinelli yang terus berlari. Tahukah kamu, ketika melawan West Ham, Martinelli menjadi pemain yang paling sering melakukan high-intensity sprints sebanyak 20 kali!

Bukan tanpa arti, tetapi jenis lari yang merepotkan siapa saja yang mengawal dirinya. Jenis lari yang membuatnya tidak kehilangan feeling ketika babak kedua dimulai. Sebuah feeling yang membantunya membaca arah umpan tarik dari Kolasinac.

Berlari ke dalam kotak penalti, Martinelli menjaga jarak dengan semua pemain West Ham yang ada di dalamnya. Kecerdikan yang membuatnya tidak ditempel secara lekat. Kepekaan yang membuatnya menemukan ruang untuk mensontek bola ke tiang jauh. Adalah gol dan ekspresi Martinelli yang mengubah aura tim.

Iklan

Arsenal menjadi lebih berani melepas umpan-umpan vertikal. Bermain lebih cepat, The Gunners menemukan banyak ruang yang mudah dieksploitasi. Fakta bahwa West Ham adalah tim kedua dengan pertahanan terburuk di Liga Inggris mulai terlihat.

Mulai dari gol Martinelli, gol khas Pepe, lalu tendangan akrobatik Aubameyang, Arsenal membalikkan skor dalam waktu 10 menit saja. Tahukah kamu, ini kemenangan pertama Arsenal selama delapan tahun ketika berada dalam posisi tertinggal di kandang lawan! Sudah delapan tahun tidak pernah menang comeback di kandang lawan! Sangat menggambarkan kekuatan mental The Gunners.

Nyali Martinelli memantik sebuah perubahan. Pemain asal Brasil itu pun membuat rekor. Di usianya yang menginjak 18 tahun 174 hari, Martinelli menjadi pemain termuda yang mencetak gol di pertandingan debutnya di Liga Inggris. Sebelumnya, Martinelli juga membuat gol ketika debut bersama Arsenal di ajang Europa League melawan Standard Liege (2 gol). Pun juga ketika debut di Carabao Cup melawan Nottingham Forest (2 gol).

Martinelli, pemain berusia 18 tahun itu, punya nyali yang lebih besar ketimbang beberapa pemain senior bergaji tinggi. Dia tahu dengan beratnya makna tanggung jawab mengenakan emblem meriam di dada. Paham betul kalau kerja keras tidak pernah mengingkari proses. Jenis pemain yang harus diperbanyak di dalam skuat Arsenal saat ini.

Determinasi, tanpa rasa takut, dan kemauan untuk terus berlari lebih dibutuhkan untuk mengubah aura gloomy Arsenal. Urusan taktik dan teknis perlu dilambari oleh determinasi dan kebanggaan mengenakan seragam Arsenal. Tanpa tiga hal itu, secanggih apapun taktik yang dipakai, tidak akan berjalan dengan baik.

Kini, setelah menyuntikkan nyali ke nadi Arsenal, Martinelli perlu menambah ambisi ke dalam permainannya. Sudah bukan saatnya bersabar menunggu giliran tampil. Dia, yang berasal dari divisi empat Liga Brasil, harus menekankan keberadaannya di dalam skuat. Bukan karena kesombongan setelah berkontribusi, tetapi karena Arsenal memang sedang membutuhkannya.

Ambisi, yang diekspresikan secara positif, akan mendorong pemain berkembang lebih pesat. Martinelli punya contoh ideal bernama Cristiano Ronaldo. Seorang pemain yang tidak hanya bertalenta, tetapi paham dengan usaha keras sebagai pondasi. Ambisi itu, yang kelak akan menyelamatkan, atau bahkan membangkitkan Arsenal di masa depan.

BACA JUGA Nyali Martinelli Dan Identitas Anak Muda Liverpool atau tulisan Yamadipati Seno lainnya.

Terakhir diperbarui pada 10 Desember 2019 oleh

Tags: Arsenalaubameyangfreddie ljungbergliga inggrismartinellipepe
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

Redaktur Mojok. Koki di @arsenalskitchen.

Artikel Terkait

Harry Maguire Bek Dungu Manchester United Anti Bullying MOJOK.CO
Esai

Harry Maguire, Bek Dungu Milik Manchester United yang Mengajari Kita Makna Ketahanan Mental dan Cara Melawan Bullying

20 Oktober 2025
Untung Mohamed Salah Nggak Jadi Buruh di Indonesia MOJOK.CO
Esai

Beda Nasib Mohamed Salah dan Pekerja di Indonesia saat Menyuarakan Hak: Menghasilkan Ketimpangan yang Dinormalisasi

6 Januari 2025
Rokok Ilegal identik dengan Liga Inggris, yang Legal Liga Italia MOJOK.CO
Esai

Kenapa, ya, Rokok Legal Identik dengan klub Liga Italia, sementara Rokok Ilegal Lebih Dekat dengan klub Liga Inggris?

9 November 2024
Vidio vs Rp18 Triliun Live Streaming Ilegal Jelang Liga Inggris MOJOK.CO
Esai

Vidio Wajib Cemas. Menjelang Liga Inggris, Keuntungan Live Streaming Ilegal Mencapai Rp18 Triliun!

9 Agustus 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.