Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Tulisan Balasan untuk Penulis Skenario FTV Cepi Komara dari Netizen yang Masih Nonton Televisi

Muhammad Arsyad oleh Muhammad Arsyad
29 Januari 2021
A A
Tulisan Balasan untuk Penulis Skenario FTV Cepi Komara dari Netizen yang Masih Nonton Televisi

Tulisan Balasan untuk Penulis Skenario FTV Cepi Komara dari Netizen yang Masih Nonton Televisi

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Usai penulis skenario FTV “Kisah Nyata” Indosiar nulis di Mojok, tulisan balasannya pun langsung bermunculan. Ngejar trefik yha?

Saya rasa, saya tidak perlu menjelaskan posisi saya karena disclaimer sudah ada di judul tulisan ini.

Oh iya, hal ini penting saya lakukan agar nanti Mas Cepi Komara nggak mengira, “Halah paling ini yang nulis nggak pernah nonton FTV dan tayangan televisi,” atau, “Halah penonton Netflix, Disney Plus, Viu, kok ikut-ikutan komentar FTV!”

Jadi begini Mas Cepi, saya ingin membalas tulisan sampean. Eh bukan ding, lebih tepatnya membalas pembelaan yang sampean tulis di Mojok tempo hari.

Saya dukung hak Mas Cepi bersuara sebagai penulis skenario FTV, wabilkhusus untuk yang judulnya “Bagaimana Menyadarkan Istriku Yang Terlalu terobsesi K-Pop” dan “Istriku Menelantarkan Keluarganya demi Jadi Artis Tiktok”. Saya dukung penuh. Cuma saya dukung bersuaranya aja, kalau isi suaranya sih, ya—maaf—belum tentu.

Wajar sih kalau penulis skenario FTV Indosiar sekelas Mas Cepi Komara harus turun gunung bikin semacam klarifikasi. Sampai ditulis di Mojok pula. Artinya, hujatan netizen atas karya belio itu ternyata diperhatikan dan direnungi juga sejauh ini.

Saya pikir selama ini, penulis skenario FTV Indosiar itu cuek aja dan cuma mikir yang penting bisa hidup dari bikin naskah skenario. Mau se-absurd atau seaneh apapun menurut netizen, mereka toh nggak peduli. Cari duit ini kok, udah nggak ada waktu lah buat ngurusin omongan orang.

Weladalah, ternyata penulis skenario kayak Mas Cepi ini masih perhatian juga dengan keresahan netizen selama ini, bahkan sampai bikin surat ke seluruh netizen Indonesia.

Tapi ini wajar juga sih, apalagi belakangan karya-karya Mas Cepi kan lebih sering dihujat sama netizen. Ya apalagi kalau bukan karena dari judul dan jalan cerita yang anget-anget-lucu itu. Dan karena hujatan itu sudah terjadi berkali-kali kayak orang rutin minum obat mencret, wajar kalau Mas Cepi akhirnya kayak geregetan membalas hujatan itu.

Oke, balik ke tulisan Mas Cepi Komara.

Gini, Mas. Tulisan Mas Cepi itu sebagian saya sepakat. Tapi sebagiannya lagi tidak sama sekali. Terlebih karena Mas Cepi tidak memberikan semacam tanggapan yang—meski nggak seabsurd skenario FTV-nya—tapi terasa kurang pas menanggapi poin-poin yang dikritisi netizen.

Mari saya perlihatkan tanggapan-tanggapan Mas Cepi yang perlu kita udar bersama-sama. Buat Mas Cepi bacanya pelan-pelan saja ya. Nggak usah buru-buru.

Oke saya mulai dari awal lagi ya, Mas.

Cuplikan video FTV berjudul “Istriku Menelantarkan Keluarganya Demi Jadi Artis Tiktok” viral. Netizen mengkritik film itu. Poin yang bikin netizen mengelus dada yaitu saat si anak dan ayahnya joget-joget TikTok agar si ibu yang sedang koma bisa sadar.

Iklan

Pada akhirnya si ibu memang sadar setelah mendengar musik TikTok. Namun netizen banyak yang protes karena scene tersebut dirasa nggak realistis. Akhirnya banyak lah yang menghujat karya itu. Lantas Mas Cepi Komara, si penulis skenario, menulis tanggapan atas respon netizen tersebut.

Pada mulanya penjelasan Mas Cepi sebagai penulis skenario itu menarik. Apalagi ketika muncul perbandingan dengan contoh film luar negeri, yang secara garis besar punya konsep sama, yakni: membangunkan orang koma dengan cara aneh-aneh. Dari film India 3 Idiots sampai film Indonesia This is Cinta.

Oke, oke, first impression saya baca tanggapan itu adalah, “Wah, argumentatif juga nih.” Namun baru jalan sekitar limat menit kemudian, saya mikir lagi lalu mbatin, “Sek, sek, sebentar. Nggak gitu dong cara mikirnya.”

Jadi gini, Mas Cepi.

Jawaban Mas Cepi dengan memakai contoh-contoh film yang template-nya sama itu (bangunin orang koma pakai berbagai cara) sebenarnya sama sekali tidak menjawab tuduhan netizen. Soalnya yang netizen tuduhkan itu adalah adegan tidak masuk akalnya, bukan template-nya.

Sebab kok bisa-bisanya orang lagi sekarat bukannya didoakan, tapi malah dijogeti TikTok?

Kalau Mas Cepi bilang, kenapa Rancho waktu bangunin Raju di film 3 Idiots nggak ada yang protes? Hayaaa jelas nggak ada yang protes dong ya, Mas.

Kenapa? Karena urusan pernikahan di India itu bagi perempuan secara kultur sangat rumit. Jadi wajar kalau cara membangunkan Raju adalah dengan “pura-pura” membereskan persoalan rumit itu. Orang yang nonton di Indonesia bisa paham akan itu karena memang ada scene penjelasannya di bagian awal-awal film.

Lagian, kan fokus filmnya bukan di situ. Judulnya aja “3 Idiots” bukan “Sahabatku Mau Bunuh Diri karena Habis Ngencingin Rumah Rektor Kampusnya”. Sedangkan di skenario yang Mas Cepi tulis itu kan dari judul udah kelihatan kalau fokus ceritanya adalah di TikTok, bukan cara bangunin orang koma-nya.

Jadi selain perbandingannya meleset, analogi yang dipakai nggak pas dan—jelas—nggak menjawab keresahan netizen juga. Ibarat kata, ini adalah penjelasan yang… mrucut.

Nah, tapi nggak apa-apa, Mas. Supaya tanggapan sampean nggak mubazir-mubazir amat, saya bisa sedikit bantu.

Gini, Mas Cepi. Barangkali Mas Cepi bisa menjelaskan kalau scene tersebut logis, misal dengan memberikan hasil penelitian bahwa musik yang disukai pasien (kebetulan kasus di skenario Mas Cepi adalah musik TikTok) bisa menyadarkan orang koma.

Atau Mas Cepi bisa menjelaskan cara kinerja syaraf otak. Bagaimana sistem syaraf otak yang mampu terangsang dengan musik TikTok. Artinya, bukan cuma selesai dengan kasih adegan film lain sebagai pembanding, tapi juga jelasin bagian cerita yang sampean bikin sendiri.

Selain itu, menurut sampean, penggunaan TikTok dalam proses membangunkan orang koma itu adalah upaya untuk menambah kesan dramatis. Oke, memang betul.

Yang terjadi dengan film-film yang sampean contohkan kayak 3 Idiots dan This is Cinta, kesan dramatis itu memang muncul, tapi maaf, untuk FTV sampean yang bangunin orang koma pakai TikTok bukan kesan dramatis yang muncul di kami, tapi malah lirik lagunya Payung Teduh…

~sedikiiit cemaaas… banyaaak bingungnyaaa~

Saya bikin tulisan ini karena saya dulu adalah penonton setia FTV, Mas. Semua tayangan televisi saya tonton bahkan sampai sekarang.  Dari yang soal pelakor, pengusaha sukses yang bangkrut, azab, talkshow nggak jelas, sinetron, sampai acara musik campur gameshow. Semua saya sudah tonton.

Setelah saya tonton dengan seksama, FTV model begituan, yang temanya seperti yang digarap Mas Cepi, belakangan memang terjadi semacam over-creativity. Karena over, jatuhnya malah absurd dan jauh dari realitas penontonnya yang dulu.

Padahal ya, Mas, dulu itu, FTV-FTV bertajuk “Kisah Nyata” itu plotnya ringan-ringan. Cocok dengan masyarakat kelas menengah ke bawah kayak saya. Nggak seaneh sekarang yang mobat-mabit ceritanya.

Misalkan FTV dulu itu menceritakan kehidupan seseorang yang sukses lantaran suka bersedekah. Atau cerita dua orang pedagang, satu pakai cara curang, satunya lagi bermain jujur. Yang curang kena batunya, sedangkan pedagang yang jujur usahanya makin mujur. Udah, simpel.

Oke, saya tahu, kalau skenario FTV hanya bertahan sama kisah-kisah dongeng kayak gitu, FTV Indosiar “Kisah Nyata” bakalan ketinggalan, makanya kemudian dibikin yang ngikutin tren, ngikutin zaman.

Masalahnya, bukannya mengikuti zaman doang, tapi yang ada malah senggol-senggol pangsa pasar lain yang tadinya bukan termasuk target penonton FTV model beginian. Mungkin maksudnya adalah memperbanyak rating, cuma ya itu, konsekuensinya nggak dipikirin.

Lah iya, tontonan simpel begini kok tiba-tiba ada K-Pop sampai TikTok? Itu kan artinya nyentil-nyentil ganjen pengen viral di media sosial kan? Kalau beneran pangsa pasar ini adalah ibu rumah tangga atau pemuda selo kayak saya, lah kenapa nggak ngangkat yang relate dengan kehidupan kami-kami aja?

Kenapa malah bahas K-Pop sampai TikTok? Mana udah tahu K-Pop sama TikTok habitatnya di medsos hayaaa jelas ini sama aja nyerahin diri untuk dibuli. Coba-coba cari segmen pasar baru, tapi cuma pengin ratingnya doang, nggak siap dengan habitat baru yang lebih brutal.

Ya wajar kalau akhirnya FTV beginian jadi “meledak”. Meledak diledek habis-habisan tapi ya, bukan meledak ditonton.

Dari sana kita tentu bisa menyimpulkan… bahwa yang sedari awal ganjen coba-coba pengen viral di medsos siapa? Hayooo ngakuuu? Industri FTV-nya sendiri kan?

Ya udaaah sih, dijalani aja keviralan ini untuk sementara waktu. Dan, plis, dinikmati aja.

BACA JUGA Tanggapan buat Netizen dari Penulis Skenario FTV ‘Istriku Menelantarkan Keluarganya demi Jadi Artis Tiktok’ atau tulisan Muhammad Arsyad lainnya.

Terakhir diperbarui pada 29 Januari 2021 oleh

Tags: FTVIndosiarPenulis Naskahskenario
Muhammad Arsyad

Muhammad Arsyad

Mahasiswa IAIN Pekalongan.

Artikel Terkait

Jadi Karyawan Alfamart Kendal 10 Tahun, Nekat Kerja di Bogor karena Terobsesi FTV, Berakhir Patahkan Mitos Nikahi Perempuan Sunda.MOJOK.CO
Ragam

Kerja Alfamart di Kendal 10 Tahun, Nekat Resign Pindah Kerja di Bogor karena Terobsesi FTV sampai Nikahi Perempuan Sunda

18 Mei 2024
perantau sumenep tinggalkan warung madura demi ke jogja gara-gara ftv.MOJOK.CO
Catatan

Tinggalkan Warung Madura di Bekasi, Perantau Sumenep Pilih Kerja di Jogja Gara-gara Keseringan Nonton FTV, Sempat Kelaparan Kini Penghasilan Besar

5 Mei 2024
ilustrasi Sinetron Indosiar Bukan Nggak Masuk Akal, Itu Prediksi Masa Depan mojok.co
Pojokan

Sinetron Indosiar Bukan Nggak Masuk Akal, Itu Prediksi Masa Depan

21 September 2021
mahfud md
Pojokan

Baru Nonton ‘Ikatan Cinta’ Aja Udah Protes, Mahfud MD Belum Pernah Lihat Sinetron Lainnya Sih

16 Juli 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.