MOJOK.CO – Ada beberapa fakta anak kedua yang bakal membuatmu mengerti betapa spesialnya kami—anak-anak kedua yang sering kamu lupakan. Hih!
Dalam susunan persaudaraan sebuah keluarga, anak kedua—apalagi dalam susunan tiga bersaudara—biasanya menjadi anak yang konon tak terlalu mudah diingat sebagaimana anak sulung dan anak bungsu. Jika kakak pertama sering kali dijadikan role model, sementara adik bungsunya menjadi anak kesayangan, anak kedua alias anak tengah berbeda—mereka lebih sering dianggap paling berbeda dibandingkan kedua saudaranya.
Memangnya, seberapa bedanya sih fakta anak kedua, baik yang bungsu maupun yang jadi anak tengah? Apakah mereka memang sangat berbeda, seperti dirimu dan dirinya hingga tak bisa bersatu?
1. Kemampuan Sosial Baik
Dibandingkan kakak maupun adik, fakta anak kedua yang pertama adalah bahwa mereka memiliki kemampuan sosial yang lebih baik dan dapat diandalkan. Beberapa pihak menyebutkan hal ini terbentu karena mereka lebih sering meminta saran pada teman-temannya, bukan orang tuanya.
Kemampuan sosial yang baik ini, sebagai contoh, tercermin pada kisah Ibas Yudhoyono yang melegenda: membuat twit dengan frase “Wahat rakyatku”. Plis deh, itu tuh bukan sombong—itu adalah reaksi alamiah anak kedua!
2. (Sedikit) Terlupakan
Karena bukan anak sulung, kesempatan anak kedua untuk diingat banyak orang memang tak terlalu besar. Saat bertemu dengan teman-teman orang tuanya, misalnya, anak-anak kedua ini harus bersikap sabar saat disapa dengan sapaan familiar sepanjang hidupnya:
“Eh, kamu udah besar! Siapa, ya, namanya? Romlah, bukan?”
Padahal, Romlah kan nama si kakak sulung :(((
Atau, sapaan lainnya yang tak kalah dikenang, “Eh, Adiknya Romlah! Sehat, Adiknya Romlah? Romlahnya mana?”
Hadeeeeh~
3. (Tadinya) Manja
Sebelum ada anak bungsu (dalam tiga bersaudara), anak kedua adalah bungsu yang tertunda. Dengan posisinya sebagai (mantan) bungsu, tentu si anak kedua mulanya adalah pribadi yang cukup dimanja, sebelum akhirnya jabatannya ini direbut, lalu membuatnya terkoyak hingga sampai di tahap kehidupan yang memperjelas statusnya sekarang: anak tengah, persis seperti El-nya Ahmad Dhani dan Bunda Maia.
Kemanjaan yang penuh nostalgia ini konon membuat fakta anak kedua selanjutnya: menjadi pribadi yang sedikit baper bila dibandingkan dengan saudara-saudaranya.
Makanya, kalau situ nggak serius-serius amat sama gebetan yang anak kedua, nggak usah sok-sok manjain, deh! *emosi*
4. Tukang Ngalah
Bukan apa-apa, nih, tapi anak kedua—khususnya dalam tingkatan tiga bersaudara—sepertinya patut dianugerahi gelar ‘anak yang mudah mengalah’.
Ha gimana mau nggak ngalah? Ada masalah sama kakak, dinasihati, “Hormati kakakmu!” Giliran ada masalah sama adik, dinasihati, “Ngalah, lah, sama adikmu.”
[!!!!!!!!111!!!!!11!11]
Tak jarang, dengan fakta anak kedua ini, mereka merasa seperti menjadi model murid teladan yang patut dicontoh murid-murid SD di dunia.
5. Tidak Punya Banyak Pilihan
Sebagai anak yang perbedaan usianya tidak jauh dari anak pertama, para anak kedua umumnya harus bersikap sabar menerima kenyataan bahwa mereka bakal sering menerima barang bekas pakai. Hal ini menunjukkan bahwa dalam beberapa hal, mereka memang tak punya banyak pilihan.
Bukan hanya barang, fenomena ini ditunjukkan pula oleh bagian dari diri mereka sendiri: nama lengkap. Kalau anak pertama biasa diberi nama ‘Eka’, ‘Eko’, ‘Pratama’, ‘Perdana’, ‘Prima’, dan lain sebagainya, anak kedua biasanya hanya punya sedikit pilihan.
Yang paling populer, mereka diberi nama ‘Dwi’. Iya nggak, wahai Dwi se-Indonesia?