Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Nyamuk-Nyamuk Cak Munir

Abdullah Alawi oleh Abdullah Alawi
27 Agustus 2014
A A
Nyamuk-Nyamuk Cak Munir

Nyamuk-Nyamuk Cak Munir

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Pertama yang disodorkan teman saya adalah kopi hitam. Tak perlu basa-basi dengan pertanyaan seperti di film, minum apa? Dingin apa panas? Ia benar-benar tahu lidah, kerongkongan, perut, dan usus dua belas jari saya.

Selanjutnya ngalor-ngidul ngobrol. Ngomongin apa saja. Namanya juga ngobrol, tak perlu teratur seperti seminar, apalagi mendaulat seorang moderator. Hampir tiga tahun saya tidak berkunjung ke tempat tinggal teman yang satu ini. Dampak negatifnya, apa saja diobrolin. Mulai dari tanaman sampai politik. Dari sandal jepit sampai jilboobs. Tapi sayang, asyiknya ngobrol dicederai akhlak tak terpuji gerombolan nyamuk. Mereka hilir mudik di sekeliling kami. Mendarat di kaki, pergelangan tangan, telinga. Teman saya juga dikeroyok, tapi dia santai karena mentalnya sudah siap sedia dengan keadaan ini.

Tiap malam dia sudah terbiasa dengan polah mereka. Kendati begitu, dia tetap tepuk sana geprak sini. Kami pun ngobrol seperti sekaligus bermain pencak silat. Jika orang melihat dari kejauhan, sepertinya kami sedang mempelajari sebuah jurus.

Teman saya menyodorkan lotion pengusir nyamuk. Saya pun melulurkannya ke leher, telinga, pergelangan tangan, kaki. Tentu saja tidak di bibir dan biji mata, apalagi diminum dicampur kopi. Bisa modar saya. Nyamuk tiarap sebentar, sebagian mungkin pingsan, menepi ditembok, gorden, kusen, kursi dan bawah meja. Tapi kebanyakan mereka hanya istirahat menunggu lotion itu tak berfungsi.

Kami ngobrol dengan aman, sementara. Tapi kemudian mereka bangkit lagi, datang dengan kesumat berlipat-lipat. Berputar-putar, berdesing-desing seperti pesawat agresi militer. Saya yang semula hendak bermalam akhirnya pulang. Sesampai di rumah, sambil tengkurap, iseng buka Twitter. Ingin tahu setelah dibiarkan lama, apakah ada follower nyasar, mungkin juga ada yang kirim DM, siapa pula yang mention dan lain sebagainya.

Setelah dipastikan tak ada yang berubah dari sebelumnya, saya memeriksa tagar apa yang sedang menjadi trend. Di paling bawah, saya tertarik pada #menolaklupa.

Setelah dibaca dari awal, ternyata tagar itu dibikin para nyamuk. Nyamuk 1 berkicau, “Orang ini pernah ke sini. Mari serbu! #menolaklupa.” Nyamuk 2 merespons dengan mention Nyamuk 3, “Mari pesta, kawan. #menolaklupa.” Nyamuk 4 menyambar, ”jangan sisakan! #menolaklupa.” Nyamuk 5 tiba-tiba mendamprat, “Keparat, dia memakai lulur sialan. #menolaklupa.” Nyamuk 6 menanggapi, “Kita mesti cari tahu bagaimana cara menaklukan lulur keparat itu! #menolaklupa.” Nyamuk 7 memberi resep, “Minum comberan dulu. Itu bisa menetralisir lulur keparat. #menolaklupa.” Kicauan Nyamuk 1 diretwit nyamuk tujuh dengan memention Nyamuk 8. Nyamuk 9 meretwit lagi, disambar nyamuk sepuluh. Sambung-menyambung.

Sebelum lebih jauh menelusuri obrolan mereka, saya sudah mengambil beberapa kesimpulan sementara. Dilihat dari sisi waktunya, bisa dipastikan mereka ngetwit ketika saya di rumah teman. Dilihat dari penulisannya, mereka menulis dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang disempurnakan. Paling tidak, gerombolan mereka pernah mengikuti pelatihan menulis. Mereka berpeluang besar diterima jadi wartawan di media online.

Nyamuk 1 membuka obrolan baru, ”Ngomong-ngomong, rasa darahnya aku masih ingat #menolaklupa.” Nyamuk 2 membalas, “Aku juga masih ingat, dulu rasa darahnya segar, sekarang sepertinya kurang oksigen. #menolaklupa.” Nyamuk 3 menimpali, “Itu yang ingin aku katakan, darahnya kurang oksigen #menolaklupa”. Hajar! #menolaklupa.” Twit-twit mereka selalu diretwit akun lain. Tapi kemudian saya menemukan satu twit yang tak diretwit sama sekali. Nyamuk 13 berkicau, “Aku masih ingat rasa darah Cak Munir. #menolaklupa.” Dan twit itu merupakan akhir dari sahut-sahutan mereka. Mungkin tidur atau lelah. Tapi sekarang aku yang #menolaklupa kejahatan mereka.

Terakhir diperbarui pada 8 Oktober 2018 oleh

Tags: #MenolakLupaMunirnyamuk
Abdullah Alawi

Abdullah Alawi

Artikel Terkait

Mengenal Sosok Aktivis Munir dan Nyali Melawan Pelanggar HAM
Video

Mengenal Sosok Aktivis Munir dan Nyali Melawan Pelanggar HAM

3 Maret 2024
munir
Kilas

Aktivis Khawatir Kasus Pembunuhan Munir Ditutup Sebab Masa Kedaluwarsanya Tinggal Dua Tahun Lagi

8 September 2020
Pojokan

Mafia, Raket Nyamuk, dan Hobi Membunuh

22 Agustus 2020
emirsyah satar ari askhara bumn garuda indonesia erick thohir moge harley davidson cukai munir
Esai

Rekor Orang-orang Garuda setelah Pembunuhan Munir: Nyelundupin Moge!

6 Desember 2019
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Jogja Macet Dosa Pemerintah, tapi Mari Salahkan Wisatawan Saja MOJOK.CO

Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah

23 Desember 2025
Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
Nonton Olahraga Panahan. MOJOK.CO

Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu

25 Desember 2025
Pasar Kolaboraya tak sekadar kenduri sehari-dua hari. Tapi pandora, lentera, dan pesan krusial tanpa ndakik-ndakik MOJOK.CO

Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik

23 Desember 2025
Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan MOJOK

Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan

21 Desember 2025
Melalui Talent Connect, Dibimbing.id membuat bootcamp yang bukan sekadar acara kumpul-kumpul bertema karier. Tapi sebagai ruang transisi—tempat di mana peserta belajar memahami dunia kerja MOJOK.CO

Talent Connect Dibimbing.id: Saat Networking Tidak Lagi Sekadar Basa-basi Karier

24 Desember 2025

Video Terbaru

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

23 Desember 2025
Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.