Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Mengkritik Acara Motivasi yang Isinya Membayangkan Orang Tua Meninggal

Ajeng Rizka oleh Ajeng Rizka
10 Januari 2020
A A
seminar esq acara motivasi renungan muhasabah sma ujian nasional smp kuliah nangis orang tua meninggal mojok.co

seminar esq acara motivasi renungan muhasabah sma ujian nasional smp kuliah nangis orang tua meninggal mojok.co

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – “Coba bayangkan, pulang sekolah kalian melihat bendera kuning berkibar di depan rumah kalian. Ternyata orang tua kalian sudah tiada dan kalian belum sempat minta maaf.” Lalu terdengar suara tangisan massal menggelegar karena takut orang tua meninggal beneran.

Saya adalah orang yang susah menangis tapi ikutan banjir air mata ketika SMA mengadakan acara renungan atau namanya yang lebih edgy adalah muhasabah. Lah gimana, saya pernah duduk di kursi roda selama dua bulan dan nggak ngapa-ngapain, saya nggak sedih. Malah eyang saya yang nangis lihat saya gelindingan ke sana kemari.

Sejak acara renungan itu saya jadi tahu saya akan lemah dan menangis kalau ingat orang tua. Namanya juga anak rantau.

Acara renungan itu begitu luar biasa, mata saya benar-benar terbuka dan auto ingin taubat. Bertahun-tahun kemudian adik saya juga mengikuti acara serupa, tapi seperti biasa, dia menceritakan dengan konyol. Acara renungan yang dilakukan sambil mengelilingi api unggun itu rusak perkara seorang siswa yang latah kaget dengan ledakan api dan teriak, “Ibu jangan dibakaaaar!” saat mereka tengah membayangkan orang tua meninggal.

Sampai akhirnya acara renungan macam ini makin mainstream dan jadi bahan meme. Nggak jarang netizen menjadikannya olok-olok karena terasa lebay. Semua yang pernah menangis di acara renungan pun merasa dibohongi, semacam dipancing menangis untuk sesuatu yang nggak jelas.

Tapi tenang, ada alasan logis mengapa siswa diajak menangis dan seringnya dilakukan menjelang Ujian Nasional. Menangis membantu mengaktifkan sistem saraf parasimpatis yang bisa meringankan stres tanpa memikirkannya sekali pun. Bahkan air mata yang secara refleks keluar mengandung hormon stres yang akhirnya dilepaskan. Pantesan dilakukan menjelang Ujian Nasional, biar siswa-siswa agak relaks.

Sayangnya tangis-tangisan di acara renungan ini justru dipancing dengan kebohongan dan retorika menyebalkan yang mereka sebut sebagai motivasi. Intinya, air mata dan tangis ini adalah hasil manipulasi keadaan karena selalu diawali dengan membayangkan. Membangun realitas palsu untuk menangis itu… hadeeeh.

Pantas ketika sudah dewasa kita jadi sadar kalau ini adalah bagian dari kekonyolan duniawi. Padahal, hakikat motivasi dan manipulasi itu sebenarnya berseberangan. Meskipun beda tipis, manipulasi sebenarnya lebih mirip ngecheat pakai gameshark. Manipulasi identik dengan memberikan pancingan dan memikirkan sesuatu yang sebenarnya belum terjadi.

Saya berikan sebuah pengandaian. Kasus pertama, seorang anak tidak pernah dapat peringkat tiga besar di kelasnya. Orang tuanya kemudian mengatakan bahwa anak tersebut akan dihadiahi liburan ke Bali jika suatu saat nanti dia bisa masuk tiga besar. Si anak kemudian rajin belajar demi ke Bali.

Kasus kedua, seorang anak tidak pernah dapat peringkat tiga besar di kelasnya. Orang tuanya kemudian bertanya apa yang menyebabkan dia demikian. Ternyata, si anak memang tidak pernah menargetkan dirinya masuk tiga besar, dia merasa tidak ingin. Orang tua kemudian memberikannya pemahaman bahwa peringkat di kelas adalah indikator pengukuran sekaligus bentuk apresiasi dari hasil belajarnya. Anak kemudian memahami bahwa mendapat peringkat di kelas itu baik. Lambat laun dia menginginkannya dan rajin belajar karenanya.

Kasus pertama adalah manipulasi, simpel dan tepat sasaran. Hasilnya instan, tapi setelah si anak berhasil ke Bali maka selesailah sudah. Kasus kedua adalah motivasi di mana anak akan memahami betul apa yang dia inginkan dan jadi rajin belajar sebagai upaya untuk mencapai keinginannya.

Jadi lebih baik bayangkan saat pulang, kalian lihat bendera partai di rumah kalian, ternyata orang tua kalian nyaleg. Hmmm, mamam!

BACA JUGA Waktu yang Tepat bagi Orang Indonesia untuk Menangis atau artikel lainnya di POJOKAN.

Terakhir diperbarui pada 10 Januari 2020 oleh

Tags: meninggalMotivasiorang tuaSMA
Ajeng Rizka

Ajeng Rizka

Penulis, penonton, dan buruh media.

Artikel Terkait

Dakwoh membuktikan bahwa hijrah nggak harus ninggalin dunia lama. Simak perjalanan hidupnya yang penuh tantangan dan inspirasi
Video

Motivasi Hidup Ala Dabwok: Hijrah Nggak Harus Ninggalin Musik

17 Mei 2025
Rumah Setelah Ibu Meninggal MOJOK.CO
Malam Jumat

Setelah Ibu Meninggal

2 Januari 2025
Hasto Wardoyo batasi penjualan miras di Yogyakarta karena kasus penusukan santri krapyak. MOJOK.CO
Kilas

Gerombolan Pemuda Mabuk Tusuk Santri Krapyak, Hasto Minta Penjualan Miras Dibatasi

26 Oktober 2024
Benarkah Jogja Cocok Ditinggali Oleh Para Pensiunan yang Ingin Menghabiskan Masa Hidupnya?
Video

Benarkah Jogja Cocok Ditinggali Oleh Para Pensiunan yang Ingin Menghabiskan Masa Hidupnya?

17 Juni 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.