Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Jangan Hujat Mereka yang Membiarkan Orang Tuanya Tetap Bekerja di Usia Senja

Agus Mulyadi oleh Agus Mulyadi
6 Oktober 2018
A A
orang tua
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Tulisan Inge August di Mojok hari ini tentang fenomena mengasihani orang-orang tua yang masih tetap bekerja di usia renta bagi saya cukup menarik. Ia memberikan perspektif baru dalam bersikap saat kita bertemu dengan mbah-mbah renta yang masih tetap bekerja mencari nafkah.

Belakangan, juga kerap beredar postingan bertajuk “The power of Twitter” yang salah satu tujuannya adalah melarisi dagangan atau jasa yang ditawarkan oleh orang-orang tua yang masih tetap bekerja.

Nah, salah satu penyikapan yang hampir selalu saya temukan dalam fenomena “Renta-renta kerja” ini adalah banyaknya orang yang menghujat anak para orang renta yang masih tetap bekerja karena membiarkan orang tuanya bekerja di usia senja.

“Aduuuh, kasihan, sudah tua kok masih saja kerja, ini anak-anaknya pada kemana sih, tega banget!”

Begitulah komentar yang lumrah kita temui di berbagai postingan-postingan “The power of Twitter.

Komentar tersebut tentu saja adalah sebuah komentar yang wajar dan manusiawi. Di negara yang konon katanya penuh dengan ajaran welas asih ini, melihat orang tua renta bekerja keras tentu akan memunculkan rasa kasihan. Hal ini lumrah adanya.

Namun sayang, Kita seringkali hanya memandang dari sisi kasihan kita, tanpa pernah mencoba untuk pernah memandang dari sisi batin si orang tua.

Saya punya pandangan tersendiri soal hal ini.

Beberapa tahun yang lalu, saya berkunjung ke rumah mbah (nenek) saya di kaliangkrik, saya memang rutin ke sana, karena memang emak saya membuka warung lotek dan soto di dekat sekolah tak jauh dari rumah mbah saya, emak saya pulangnya seminggu sekali, jadi kalau saya kangen emak, biasanya saya bakal menyempatkan waktu berkunjung ke sana.

Jarak dari rumah mbah dengan warung emak saya memang nanggung. Dekat tapi jauh, sekitar 300 meteran. Kalau pakai motor terlalu dekat, tapi kalau jalan kaki ya lumayan capek. Apalagi jalannya naik.

Nah, waktu itu, saya dibuat jengkel sama mbah saya. Pasalnya, mbah saya memaksa saya untuk mengantarnya ke warung. Saya tidak mau, karena saya inginnya mbah saya istirahat saja di rumah, soalnya beberapa waktu sebelumnya, mbah saya baru saja kecelakaan, terserempet motor saat mau nyebrang jalan, dan kakinya sempat harus dijahit beberapa jahitan.

“Gus, mbok ya simbah diantarkan ke warung,” rajuk mbah

“Ndak usah mbak, mbah di rumah saja, leyeh-leyeh, istirahat,” sahut saya

Tapi mbah saya terus saja memaksa, dan saya pun tak kalah untuk terus membujuk mbah agar mau istirahat saja di rumah. Tarik ulur antara nenek dengan cucunya ini berjalan dengan sangat alot. Hingga pada suatu titik, saya akhirnya menyerah, pertahanan argumen saya jebol, bukan karena saya diplomat yang buruk, tapi karena mbah saya akhirnya mengeluarkan jurus terbaiknya: mengancam.

Iklan

“Yo wis, biar mbah jalan kaki saja,” begitu kata mbah saya.

Modiar saya, lha kalau mbah saya sudah mengancam demikian, saya bisa apa? 

Hasilnya bisa ditebak, saya akhirnya mengizinkan mbah ke warung dan mengantarkannya. Puas kau mbah?

Di warung, mbah saya dengan gesit dan sigap membantu emak saya. Mulai dari menyiapkan aneka bahan dagangan, nguleg bumbu, hingga mencuci piring-piring dan gelas kotor, padahal emak saya dan bulik (yang juga bantu-bantu emak di warung) sudah melarang mbah, tapi apa daya, mbah tetep ngoyo pengin bantu-bantu je.

Pada titik itu, akhirnya saya tersadarkan, bahwa seringkali, bentuk perhatian kita tak selamanya berbalas sesuai dengan tujuan.

Kadang, menyuruh kakek dan nenek kita untuk berdiam diri dan istirahat saja di rumah malah menjadi hal yang sangat menyiksa bagi mereka, dan membiarkan mereka bekerja seringkali justru menjadi salah satu cara membahagiakan mereka.

Bagi orang tua yang sudah begitu sepuh, salah satu tujuan dan semangat hidup yang masih tersisa adalah membantu anak-anaknya dan memberikan uang jajan untuk cucu-cucunya dari hasil kerja keras sendiri. Dan bekerja menjadi salah satu pelampiasan terbaik.

Bagaikan menggarami lautan, mereka bakal sangat bahagia tatkala bisa memberikan materi untuk anak anaknya, kendati sebenarnya, anak anaknya sudah sangat mampu secara finansial.

Mangkanya, kalau ndilalah sampeyan melihat ada orang tua renta yang masih saja sibuk kerja, berdagang misalnya, cukup doakan dan larisi dagangannya. Jangan hujat anak-anaknya, karena kita tak pernah tahu, apa yang sudah anak-anaknya usahakan untuk dia.

Terakhir diperbarui pada 6 Oktober 2018 oleh

Tags: Bekerjaorang tuatua
Agus Mulyadi

Agus Mulyadi

Blogger, penulis partikelir, dan juragan di @akalbuku. Host di program #MojokMentok.

Artikel Terkait

Hasto Wardoyo batasi penjualan miras di Yogyakarta karena kasus penusukan santri krapyak. MOJOK.CO
Kilas

Gerombolan Pemuda Mabuk Tusuk Santri Krapyak, Hasto Minta Penjualan Miras Dibatasi

26 Oktober 2024
Benarkah Jogja Cocok Ditinggali Oleh Para Pensiunan yang Ingin Menghabiskan Masa Hidupnya?
Video

Benarkah Jogja Cocok Ditinggali Oleh Para Pensiunan yang Ingin Menghabiskan Masa Hidupnya?

17 Juni 2024
Tetap Bertahan Kerja Walau Sudah Tidak Kerasan. MOJOK.CO
Kilas

Tetap Bertahan Kerja Walau Sudah Tidak Kerasan

21 Mei 2023
Keluh Kesah Menjadi Anak Kesayangan Orang Tua. MOJOK.CO
Kilas

Keluh Kesah Menjadi Anak Kesayangan Orang Tua

21 Mei 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.