MOJOK.CO – Dari kajian Ustaz Rahmat, saya harap kita tidak terlalu bernafsu membangun keheroikan beragama, tapi malah mengabaikan mana yang haq dan mana yang salah.
Heboh soal permasalahan Masjid Al-Safar yang oleh Ustaz Rahmat Baequni dianggap menyerupai bentuk simbol illuminati (bahkan sampai-sampai harus memaksa Gubernur Ridwan Kamil untuk angkat bicara dalam diskusi umum) mau tak mau memang kemudian menarik minat saya untuk menonton video kajian Dauroh Akhir Zaman.
Video tersebutlah yang menjadi asal mula kehebohan soal Masjid Al-Safar. Dalam video tersebut, Ustaz Rahmat Baequni mengulas tentang Masjid Al-Safar yang menurutnya sarat dengan nuansa segitiga.
Sedari awal, saya sudah merasa maysgul dengan cuplikan video yang memperlihatkan Ustaz Rahmat yang menyebut Masjid Al-Safar sebagai Masjid yang penuh dengan bentuk segitiga dan menjadi bagian dari manifestasi Iblis dalam menyesatkan manusia karena salatnya dibuat menghadap pada segitiga satu mata.
“Tapi saya dituduh dalam Instagram beliau (Ridwan Kamil), kalau saya selalu melakukan cocokologi, saya (dianggap) tidak tabayyun sama beliau. Loh, yang tabayyun harusnya siapa? Saya apa beliau?” ujarnya seakan memberikan narasi bahwa yang punya kewajiban bertabayyun harusnya Ridwan Kamil, bukan ustaz Rahmat.
Dari poin ini kelihatan bahwa Ustaz Rahmat kurang memahami konsep “Burden of Proof”, yakni konsep di mana siapa saja yang menuduh seseorang atas sesuatu, maka dialah yang punya kewajiban untuk membuktikan, bukan sebaliknya.
Hal tersebutlah yang salah satunya ikut membuat saya semakin tertarik untuk menonton full video kajian Dauroh Akhir Zaman. Saya tertarik dengan bagaimana Ustaz Rahmat memberikan ceramah dalam kajian yang hampir seluruh pesertanya adalah anak muda dan berkali-kali diselingi dengan pekik takbir itu.
Saya pada akhirnya benar-benar menonton video tersebut. Video yang terbagi dalam tiga part dengan masing-masing part berdurasi sekitar 40 menit.
Total, hampir dua jam saya menonton video kajiannya. Setelah hampir dua jam menonton video tersebut, yang saya rasakan tak lain dan tak bukan adalah malu dan geli. Malu, karena kok bisa-bisanya Islam jadi tampak sangat receh begini. Geli, karena memang materi yang disampaikan sungguh-sungguh lucu.
Salah satu materi yang cukup menggelitik bagi saya tentu saja adalah soal materi segitiga bermuda. Ustaz Rahmat menyebut bahwa segitiga bermuda adalah tempat azazil (iblis) membangun istana. Itulah sebabnya banyak pesawat dan kapal hilang di sana. Sebab, Azazil membangun istananya dari kristal cahaya. Kristal tersebutlah yang kemudian menutupi kapal dan pesawat yang melintas di sana.
“Siapa pun yang lewat sana, hilang. Sebetulnya tidak hilang. Ada. Tapi tertutup dengan kristal cahaya,” terang Ustaz Rahmat.
Kata Ustaz Rahmad, kristal cahaya itu pula yang membuat David Copperfield mampu menghilangkan patung Liberty.
Tak cukup sampai di situ, Ustaz Rahmat menyebut bahwa Amerika dan Israel adalah negara bentukan Dajjal.
“Kenapa dunia seolah takut tidak mau menghukum Amerika dan Israel? Karena Amerika adalah negara bentukan Dajjal.”
Ia pun menyebut bahwa sebutan Paman Sam (Uncle Sam) ada hubungannya dengan panggilan Samiri, yang menurutnya adalah alter-nya Dajjal.
Bagi saya, itu jelas sangat menggelikan dan cukup membuat saya semacam, “Wooow!”
Yang lebih menggelikan lagi, tentu saja adalah ketika Ustaz Rahmat membahas soal tahun 2000 atau milenium kedua. Ia menyebut bahwa Y2K (yang mana merupakan kependekan dari Year 2000) sebagai singkatan dari “Year of the Yesus Kingdom”.
Dari sini sudah kelihatan sekali cocokologi ngawurnya. Saya tak ragu menyebut ini ngawur, sebab yang menyebut Yesus sebagai Yesus itu ya cuma orang Indonesia, sedangkan kalau orang barat ya nyebutnya Jesus. Pakai J, bukan Y. Lha wong Yanto orang Mertoyudan itu kalau pindah ke Arkansas juga berubah nama jadi Janto, je. Hehehe.
Nah, kalau yang paling membuat saya geleng-geleng kepala tentu saja adalah materi soal pesawat yang menabrak gedung kembar WTC. Ustaz Rahmat menjelaskan materi othak-athik gathuk menggunakan nomor penerbangan pesawat penabrak Q33NY, nomor yang kalau dibuka di Microsoft Word dan font-nya diganti dengan Wingdings akan menjadi simbol pesawat, note kembar, tengkorak, dan bintang daud.
Materi tersebut bukan hanya cocokologi, tapi juga hoax kuno yang sudah berkali-kali dibahas oleh banyak orang dan menyebar lewat milis sejak tahun 2001.
Materi tersebut tak diragukan lagi hoax-nya sebab nomor penerbangan pesawat yang menabrak WTC adalah AAL11 dengan nomor registrasi pesawat N334AA, dan UA175 dengan nomor registrasi pesawat N612UA. Jadi, nggak ada, tuh, nomor Q33NY. (Silakan lihat di sini.)
Kalau Anda suka suka buka Kaskus sejak jaman jebot, pasti sudah tak asing lagi dengan hoax soal nomor penerbangan ini.
Materi berikutnya, tak usahlah dibahas lagi. Apa yang bisa diharapkan dari materi konspirasi yang bahkan sudah jadi hoax sejak zaman Jin dan Jun? Lha gimana, Ustaz Rahmat ini menyebut bahwa UFO adalah kendaraan pengintainya Dajjal, sementara Dajjal menyebarkan doktrin mata satu lewat film bajak laut Pirates of The Caribbean sampai tokoh Plankton di serial SpongeBob, hingga soal Olimpiade (termasuk juga Asian Games, PON, dan Porda) sebagai bagian dari usaha meneruskan penyembahan terhadap dewa Helios!
Bahwa mungkin ada beberapa materi yang memang benar yang disampaikan oleh Ustaz Rahmat, itu jelas. Namun, mengingat ada banyak hal yang ngawur tentang materi konspirasi tersebut, rasanya susah untuk memercayai dengan utuh apa yang dikatakan oleh beliau.
Ustaz Rahmat mungkin memang menguasai ilmu agama yang cukup mendalam. Namun, soal kemampuan menerima informasi tentang konspirasi, Ustaz Rahmat bagi saya tak ubahnya seperti anak kecil yang pertama kali menonton video 3gp di hape Nokia 6600, dan kemudian sangat meyakini bahwa di salah satu belahan bumi, ada anak yang durhaka dan kemudian diazab menjadi ikan pari.
Kita yang Islam tentu saja percaya soal Dajjal, percaya pula soal hari kiamat dan segala instrumennya, sebab itu memang merupakan salah satu rukun iman yang harus kita percayai. Namun percaya dengan teori konspirasi, saya pikir itu hal yang jauh berbeda.
Jangan hanya karena ingin membangun keheroikan beragama, lalu kemudian mengabaikan mana yang haq dan mana yang salah.
Ah, saya jadi ingat dengan sebuah quote dari seseorang yang nggak bijak-bijak amat: “Mabuk ciu surungane potil karo sagon, keser-keser sewengi, sesuk wis sadar. Tapi nek mabuk agama, surungane takbir, dikandani pirang-pirang tahun hurung mesti gelem sadar.”
Duh Gusti, paringono ekstasi…