Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Yasonna Laoly Sebar Hoaks, Bicara Ngawur, Lalu Sekarang Bawa-bawa Tuhan

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
23 Januari 2020
A A
yasonna laoly hoaks tanjung priok harun masiku petisi pemecatan jokowi tempo mojok.co

yasonna laoly hoaks tanjung priok harun masiku petisi pemecatan jokowi tempo mojok.co

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Saya kok baru tahu kalau pejabat negara boleh berbohong. Dua kali lagi, seperti yang dilakukan Pak Yasonna Laoly. Oh, kalau pejabat boleh. Enak ya.

Saya masih ingat omongan Pak Jokowi setelah pelantikan menteri beberapa bulan yang lalu. Pak Jokowi bilang saat ini nggak ada yang namanya visi menteri. Yang ada adalah visi presiden, dengan kata lain ya visi Pak Jokowi. Nah, kalau ada menteri yang menyebar hoaks, bicara ngawur, dan sampai dipetisi, apa ya masih mewakili visi Jokowi?

Adalah Yasonna Laoly, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, seorang menteri yang “menaungi” penegakan hukum di Indonesia tapi kelakuannya malah menyalahi hukum. Gimana nggak melanggar hukum, lha wong Pak Yasonna Laoly baru saja menyebar hoaks. Setelah itu, beliau secara serampangan menyakiti hati anak-anak Tanjung Priok.

Saya sering heran, lho. Kalau ada warga yang menyebar hoaks, polisi cepet banget bergerak. Nggak sampai satu bulan, rata-rata, si penyebar hoaks sudah diciduk dan dipamerkan ke muka publik. Kadang pakai konferensi pres. Mengundang wartawan untuk mengabarkan “prestasi besar” itu.

Namun, kalau pejabat yang melakukan kejahatan yang sama, hukum yang sama nggak berlaku. Kayaknya begitu lho ya. Pejabat bisa dengan mudah nggak masuk “radar polisi”. Bahkan meskipun sudah seperti melindungi seorang tersangka. Istilah menutup-nutupi kebenaran.

Kalau lagi ngomongin Harun Masiku, politikus PDI Perjuangan, tentunya ada nama Yasonna Laoly disebut di sana. Nama Pak Yasonna Laoly bersanding dengan nama Ketua KPK, Firli Bahuri. Keduanya seperti bahu-membahu untuk tidak mengatakan kebenaran di muka publik. Ya maaf ya kalau saya agak jahat begini. Gemas, je.

Ketika Tempo bisa melacak keberadaan Harun Masiku, Ketua KPK dan Yasonna Laoly–yang notabene menteri dengan sumber daya kuat–gagal bekerja seperti Tempo. Pak Yasonna Laoly bersikeras kalau Harun Masiku masih di luar negeri ketika Tempo berhasil melacak keberadaan Harun Masiku di Indonesia. “Pokoknya belum ada di Indonesia,” kata Yasonna Laoly seperti dikutip oleh Tempo.

Indonesia Corruption Watch (ICW) menilai Pak Yasonna Laoly dan pimpinan KPK telah menyebar berita bohong terkait keberadaan Harun Masiku. “Ini membuktikan bahwa Menteri Hukum dan HAM serta pimpinan KPK telah menebar hoaks kepada publik,” ujar peneliti ICW Kurnia Ramadhana.

Pak Kurnia juga mengingatkan, kalau perkara Harun Masiku sudah masuk ranah penyidikan. Jadi, kalau ada pihak-pihak yang berupaya menyembunyikan Harun Masiku dengan menebarkan hoaks, seharusnya KPK tidak lagi ragu untuk menerbitkan surat perintah penyelidikan dengan dugaan obstruction of justice sebagaimana diatur UU Tindak Pidana Korupsi Pasal 21 .

HAAA… MAMAM… HOAKS PERTAMA.

Nggak lama berselang, Pak Yasonna Laoly bikin kesalahan fatal karena bikin warga Tanjung Priok sakit hati. Saat itu, Pak Yasonna hadir di acara Resolusi Pemasyarakatan 2020 Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Lapas Narkotika IIA Jatinegara. Beliau bilang gini:

“Itu sebabnya kejahatan lebih banyak terjadi di daerah-daerah miskin. Slum areas. Bukan di Menteng. Anak-anak Menteng tidak. Tapi coba pergi ke Tanjung Priok di situ ada kriminal. Lahir dari kemiskinan,” kata Pak Yasonna seperti dikutip Detik.

Ketika dikonfirmasi, Pak Yasonna bersikeras dengan pernyataannya. Bapak yang sangat terhormat ini justru menyatakan bahwa kalimatnya terbukti secara ilmiah. Dia bahkan menceritakan soal penelitiannya yang dihitung secara valid. Sudah ngawur, malah pamer gelar profesor segala. Iya, iya, orang pinter.

Saya mau mengutip tulisan Ajeng Rizka aja biar Pak Yasonna bisa lebih memahami:

Iklan

“Baiklah kalau Pak Yasonna Laoly masih kekeuh.

Kita bicara data BPS saja yang sampelnya benar-benar diambil di Indonesia. Bukan sebuah penelitian ilmiah dari Amerika Serikat. Siap?

Angka kerawanan keamanan dan ketertiban wilayah DKI Jakarta 2019 di kelurahan Tanjung Priok adalah 12,83%. Angka kerawanan keamanan dan ketertiban wilayah DKI Jakarta 2019 di Menteng adalah 15,58%.”

Kriminalitas memang, perlu diakui, salah satu penyebabnya adalah kemiskinan. Namun, di Tanjung Priok nggak pernah tuh ada gerebekan KPK. Justru Mentang yang kena. Kejahatan kecil dilakukan oleh orang-orang kecil, sementara kejahatan besar dilakukan oleh mereka yang duduk di kursi kekuasaan. Misalnya ya korupsi.

“Sebagai Menkumham, seharusnya Pak Yasonna memegang data identitas pelaku kriminal di lingkungan kerjanya (lapas dan rutan). Kalau beliau sedikit jeli, maka akan ditemukan menurunnya pelaku kriminal yang berasal dari Priok di rutan dan lapas beliau, sejalan dengan penanganan kejahatan di kepolisian yang menurun,” kata Ahmad Syahroni, politikus Nasdem.

HAAAA… HOAKS KEDUA.

Maka ya nggak heran kalau kemudian muncul petisi untuk memecat Pak Yasonna Laoly, The Professor of Law itu. Sebuah petisi di laman change.org sudah dibuat untuk meminta Presiden Joko Widodo memecat Pak Yasonna Laoly terkait kebohongannya soal keberadaan Harun Masiku. Petisi itu dikasih judul: “Presiden Jokowi, Berhentikan Yasonna Laoly karena Kebohongan Publik tentang Harun Masiku”.

Sudah bohong, dua kali lagi. Saya masih yakin kalau bohong itu dosa. Dilarang di semua agama. Eeeh, Pak Yasonna malah pakai bawa-bawa Tuhan sampai bersumpah segala. “I swear to God, itu karena error,” kata doi. Pak, nggak perlu pakai sumpah. Sumpah nggak bikin kebenaran terbuka dan yang jahat dihukum seadil-adilnya. Sumpah nggak bikin kenyang.

Setelah ini, Pak Yasonna mau bilang lagi khilaf? Lha apa bedanya sama maling ayam sama jemuran kalau begitu?

“Sumpah, Pak Polisi, saya khilaf.” Nggak lucu blas.

Untuk Pak Yasonna Laoly, saya sih masih berpikir positif. Saya yakin Bapak itu tahu banget. Profesor, je. Gelar yang nggak main-main. Saya yakin Bapak nggak bohong, kok. Tapi cuma lupa. Kok banyak lupanya? Ya namanya juga pejabat. Ya kan, Pak Yasonna Laoly?

BACA JUGA Harun Masiku dan “Kenyataan” Bahwa Tempo Lebih Jago Ketimbang Negara atau artikel YAMADIPATI SENO lainnya.

Terakhir diperbarui pada 12 Agustus 2021 oleh

Tags: Harun MasikuhoakshoaxicwjokowiKPKMentengsuaptanjung priokYasonna Laoly
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

Redaktur Mojok. Koki di @arsenalskitchen.

Artikel Terkait

Kereta Cepat Whoosh DOSA Jokowi Paling Besar Tak Termaafkan MOJOK.CO
Esai

Whoosh Adalah Proyek Kereta Cepat yang Sudah Busuk Sebelum Mulai, Jadi Dosa Besar Jokowi yang Tidak Bisa Saya Maafkan

17 Oktober 2025
Menteng Jakarta Pusat, Saksi Bisu Perantau “Diinjak-injak” Orang Kaya.MOJOK.CO
Ragam

Menteng Jakarta Pusat, Saksi Bisu Perantau Miskin “Diinjak-injak” Orang Kaya: Meninggalkan Kota Kecil demi Mengubah Nasib, Malah Diupah Tak Wajar

20 Mei 2025
Sialnya Warga Banjarsari Solo: Dekat Rumah Jokowi, tapi Jadi Langganan Banjir Gara-gara Proyek Jokowi.MOJOK.CO
Aktual

Sialnya Warga Banjarsari Solo: Dekat Rumah Jokowi, tapi Jadi Langganan Banjir Gara-gara Proyek Jokowi

7 Maret 2025
3 Rupa Nasionalisme yang Mewarnai Indonesia Hari Ini MOJOK.CO
Esai

3 Rupa Nasionalisme yang Mewarnai Indonesia Hari Ini

26 Februari 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.