MOJOK.CO – Program gaji pengangguran yang dijanjikan Jokowi berpeluang mengangkat derajat kerja pengangguran, kelak akan setara dengan PNS di mata calon mertua.
Kalau yang namanya baru sebatas ide, pasti semuanya baik. Bahkan kalau punya ide jahat kepada sesama, selama tidak diutarakan dan diwujudkan, kamu tidak akan pernah bisa disalahkan. Lha wong tidak ada buktinya. Enak, paling cuma dihitung dosa. Manusia sekarang, kebanyakan kan sudah tidak menghitung dosa, meski setiap hari jualannya agama. If you know what I mean…
Nah, ide menjadi masalah ketika diutarakan. Ketika didengar orang lain, yang berseberangan dengan kita. Dalam hal apa pun. Ide, yang kalau dijalankan dengan baik, bakal menghasilkan kebaikan, pasti dicari kelemahannya. Dicari kerugian yang bakal terjadi, bahkan ketika ide tersebut belum diwujudkan.
Nah, kalau sudah sampai di sini, kamu pasti paham kalau saya mau ngomong soal politik. Lebih tepatnya soal gaji pengangguran yang dijanjikan Jokowi lewat Kartu Pra-Kerja. Program ini ditujukan untuk mereka, lulusan SMA/SMK, perguruan, dan politeknik yang belum mendapatkan pekerjaan setelah lulus.
Mengapa pengangguran diberikan gaji? Pertanyaannya yang lebih transendental adalah apakah Jokowi lagi mabuk kecubung? Pengangguran kok malah dikasih gaji. Bukannya mereka nanti malah manja dan nggak mau cari kerja. Lha tiduran di sofa sambil nonton sinetron India setiap hari saja dibayar.
Buat apa bangun subuh, lari-larian mengejar KRL, desak-desakan di dalam KRL, dan menerima gaji sebatas UMR? Mending pengangguran. Jam kerja bebas, tanpa target, bisa cuti kapan saja, bisa liburan kapan saja. Ya meski dengan gaji pengangguran yang bakal minimal, kamu cuma bisa piknik di bantaran kali sambil jajan cilok.
Ini Jokowi nggak cuma mabuk kecubung, tapi mabuk agama. Ahh maaf, maksud saya mabuk jamur tahi sapi. Nganggur kok dibayar. Sudah betul itu Fadli Zon protes. Zon protes, ketimbang bikin program gaji pengangguran, lebih baik Jokowi perhatiin nasib guru honorer. Jokowi ini seperti nggak kerja betul-betul. Seperti Zon dong, protes. Itu dia sudah bekerja begitu giat. Untuk protes.
Direktur Center of Reform on Economics (CORE), Mohammad Faisal, juga protes. Faisal memandang seharusnya pemerintah fokes membuka lapangan kerja baru. “Jadi yang lebih urgent dilakukan oleh pemerintah semestinya mendorong penyediaan lapangan kerja formal sebanyak-banyaknya, khususnya untuk bisa menyerap penganggur muda yang persentasenya paling tinggi ini,” katanya.
Faisal ini apa nggak paham ya. Program gaji pengangguran ini juga jenis pekerjaan baru. Cuma belum dibikinkan narasi yang cocok saja. Tentu saja narasi yang ndakik-ndakik dan memukau di mata milenial pemula yang kalau kencing saja belum bisa lurus. Kelak, di KTP, di kolom pekerjaan, kamu bisa dengan bangga mencantumkan: Pengangguran.
Baik pengangguran paruh waktu, swasta, atau syariah pasti diberi tempat. Enggak seperti kolom agama, yang di banyak tempat nggak boleh diisi aliran kepercayaan. Jadi kalau ditanya calon mertua tentang pekerjaan, kamu bisa jawab dengan bangga: “Saya pengangguran, dan saya bangga.” Kelak, jenis pekerjaan ini punya gengsi setara PNS di mata generasi baby boomer yang kalau nge-scrool layar hape masih pakai jari telunjuk sebelah kanan.
Jokowi ini memang aneh-aneh saja. Kan kita lebih suka baca judul ketimbang membaca isi, apalagi memahami sebuah tulisan. Kalau judulnya sudah “Jokowi Bakal Bikin Program Gaji Pengangguran” yang langsung terporoduksi adalah pikiran jahat saja.
Kita ini susah sekali, mungkin miskin kuota, untuk mencari tahu apa sih tujuan Pak Jokowi mau gaji pengangguran. Mana ada yang tahu kalau program ini dibikin untuk mendorong penciptaan Sumber Daya Manusia (SDM) premium yang mampu bersaing dengan tenaga kerja, baik dari dalam maupun luar negeri.
“Saya tingkatkan keterampilan untuk pencari kerja dan Korban PHK. Untuk itu saya luncurkan kartu pra-kerja,” kata capres 01 itu memberi penjelasan ke kamu semua yang bebal. “Akan kita luncurkan untuk program vokasi, re-skilling dan up skilling bagi pekerja, yang berganti pekerjaan,” ia mencoba menambahkan.
Seiring program ini, Jokowi membidik 500 ribu orang ikut mendaftar. Jumlahnya ditargetkan meningkat empat kali lipat pada 2020, menjadi dua juta orang. Selain itu, ia juga berjanji bakal memperkuat program balai latihan kerja. Capres petahana itu menargetkan akan hadir 3000 balai latihan kerja tercipta pada 2020.
Wah, Pak, cukup. Penjelasan kayak gini itu percuma. Nggak ada yang tertarik menggoreng selain Mojok. Betul, kami adalah media cebong. Yang bakal jadi kampret ketika Prabowo bikin program kerja yang menarik atau lawan bikin blunder. Kami ini, lebih tepatnya, bunglon jenis baru. persilangan cebong dan kampret. Kami adalah CERET.
Nah, itulah manfaat cemerlang dar program gaji pengangguran yang dicanangkan oleh Jokowi lewat kartu pra-kerja. Ke depan, kami menyarankan Bapak bikin kartu pra-jadian. Para jomblo menahun dan jomblo newbie itu butuh perawatan medis. Mereka lebih cepat flu dan sariawan karena stres.