MOJOK.CO – Ahmad Dhani, leader sekaligus penulis lagu grup band legendaris Dewa 19 resmi ditetapkan sebagai tersangka. Apakah kita akan kehilangan Dhani yang musisi, berganti Dhani yang politikus?
Ahmad Dhani terbukti menyebarkan ujaran kebencian melalui akun Twitter pribadinya. Blio dinyatakan sudah melanggar Pasal 45A ayat (2) juncto Pasal 28 ayat 2 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP).
“Menyatakan terdakwa Ahmad Dhani terbukti bersalah dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi untuk menimbulkan rasa kebencian,” ujar ketua Hakim Ketua Ratmoho. “Menjatuhkan pidana penjara selama satu tahun enam bulan memerintahkan agar terdakwa ditahan.”
Dan selepas sidang, leader Dewa 19 tersebut langsung menginap di dalam penjara. Foto dirinya duduk di sebuah kasur tipis di dalam kurungan menjadi viral.
Banyak yang menyangkan vonis untuk Juru Bicara kubu Prabowo dan Sandiaga Uno tersebut. Disebutkan bahwa hukuman kepada musisi cum politikus kelahiran Surabaya tersebut sudah menodai hak mengutarakan pendapat di muka umum. Bahkan, tagar #SaveAhmadDhani sudah jadi trending topic di Twitter per Selasa (29/1) siang.
Soal ikut meramaikan tagar #SaveAhmadDhani itu hak masing-masing. Silakan saja. Kalau saya sih malah “Kangen” dengan sosok Ahmad Dhani sebagai musisi, sebagai leader Dewa 19 yang memecat Ari Lasso karena kecanduan narkoba untuk kemudian bangkit menggawani lahirnya Dewa. Sebuah band legendaris yang mungkin hanya satu atau dua band saja yang bisa berani berkata bahwa mereka berada di level Dewa.
Ahmad Dhani sebagai musisi adalah sosok jenius. Ia seperti penambang diksi-diksi yang sastrawi dan romantis. Terkadang bisa begitu romantis seperti lagu “Restu Bumi” atau “Satu Sisi”. Hingga lagu-lagu kritik sosial seperti “Bukan Siti Nurbaya”.
Blio menjadi salah satu musisi di tanah air bersama Ariel Noah yang mendapat pujian almarhum Chrisye. “Saya orang yang menghormati Ahmad Dhani karena karya musiknya yang hebat,” begitu penuturan almarhum Chrisye seperti dikutip oleh Tirto.
Saya juga merindukan sosoknya yang bisa tetap tegar ketika Dewa 19 diragukan bisa kembali bangkit kala Ari Lasso tidak bersama lagi. Dewa 19 mengubah nama menjadi Dewa ketika Elfonda Makel masuk. Diragukan adalah hal yang lumrah, tetapi bangkit kembali dari keterpurukan adalah salah satu hal yang langka.
Apalagi ketika namamu sudah demikian besar. Sudah menghasilkan karya yang begitu laris. Ketika “datang kembali” dengan album baru, kamu diharapkan membawakan karya-karya yang monumental.
Dan, itulah yang terjadi. Digawangi Elfonda Mekel atau akrab disapa Once, Dewa menelurkan album Bintang Lima. Album itu sudah laku lebih dari 1,7 juta keping dan menjadi karya Dewa paling laris hingga saat ini.
Lagu-lagu seperti “Separuh Nafas”, “Risalah Hati”, “Cemburu”, “Hidup Adalah Perjuangan”, Sayap-Sayap Patah”, “Cinta Adalah Misteri”, hingga “Roman Picisan” bukan hanya menjadi karya monumental. Karya-karya di atas seperti sebuah keajaiban yang dibungkus menjadi sebuah kesatuan dibalut judul Bintang Lima.
Karya-karya tersebut begitu romantis, menggelitik, dan nakal. Memadukan semua diksi yang sastrawi dan bermakna dalam. Tidak ada yang tahu makna lirik “tatap matamu bagai busur panah” di lagu “Roman Picisan” selain Ahmad Dhani sendiri. Lagu “Cemburu” mewakili semua perasaan selingkuhan yang merah hatinya setelah “pacarnya” malah mesra dengan pacar sebenarnya. #ehh
Tidak sedikit remaja di periode 2000an yang tidak ikut sing along ketika lagu-lagi di Bintang Lima diputar di radio. Waktu itu belum ada Youtube, apalagi Spotify. Kita baru bisa menikmati lagu-lagu hanya lewat beli kaset secara langsung atau request lagu di radio.
Dan, pastinya sangat banyak anak remaja baru akil baliq request lagu “Dua Sejoli” di radio disertai salam-salam kepada gebetan dalam sebuah usaha mbribik. Lagu-lagu Dewa sudah menjadi evergreen, tetap relate ketika dinyanyikan di awal tahun 2019 ketika Ahmad Dhani sudah tidak lagi bikin lagu-lagu yang bisa meremukkan jiwa dan bikin bahagia dalam waktu bersamaan.
Ahmad Dhani yang kini seperti sudah lebih nyaman mengenakan baju politikus bukan sosok yang saya kangeni. Blio, sebagai sosok politikus justru terlalu akrab dengan kontroversi. Ya memang, Dhani sebagai musisi juga tidak jauh dari kontroversi keluarga. Namun, gejolak rumah tangga itu sifatnya domestik dan dianggap biasa terjadi.
Namun, ketika blio masuk penjara karena ujaran kebencian, seperti ada sesuatu yang istimewa, yang tersia-siakan di muka bumi ini, yaitu kejeniusan Dhani menyusun lirik dan nada.
Padahal, lewat lagu “Bukan Siti Nurbaya”, Dhani sudah memperingatkan kita tentang sesuatu yang lebih luhur ketimbang duniawi. Begini bunyi liriknya:
Katakan pada mama
Cinta bukan hanya harta dan tahta
Pastikan pada semua
Hanya cinta yang sejukkan dunia
Ahmad Dhani sedang bertarung di panggung politik. Seolah-olah, blio tengah mengejar tahta semata. Apalagi ketika menyerang lawan politiknya dengan begitu gencar dan pedas.
“Pastikan pada semua, hanya cinta yang sejukkan dunia.” Sebetulnya Dhani paham betul bahwa hanya cinta yang bisa bikin manusia sejahtera dan beri kesejukan di dunia, yaitu cinta. Ujaran kebencian, tentu tidak menggambarkan “cinta yang sejukkan dunia”.
Bisa nggak sih, begitu keluat dari penjara nanti, Ahmad Dhani kembali aktif di Dewa 19 atau Dewa saja? Berkontemplasi menemukan kembali keajaiban di dalam dirinya. Keajaiban yang membuat Dewa bisa memproduksi lirik begitu memesona.
Sebagai Baladewa paruh waktu, hanya itu rasa kangen saya. Terutama setelah penurunan keajaiban selepas album Bintang Lima. Bisa, Mas Dhani?