Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Balbalan

Tentang Perbedaan Level: Real Madrid Menunggu, Manchester United Mencari Keseimbangan

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
31 Januari 2020
A A
real madrid manchester united ed woodward ole gunnar solskjaer zidane MOJOK.CO
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Di antara Real Madrid dan Manchester United terbentang jurang perbedaan yang lebar. Jurang kualitas yang membuat masa depan keduanya terlihat sangat berbeda.

Level si sepak bola ditentukan banyak hal. Mulai dari kekayaan, sejarah, gelar juara, dan komposisi skuat. Perbedaan itu juga sampai ke detail-detail kecil seperti sikap dan ide pelatih, cara pelatih memaksimalkan kelebihan pemain dan melindunginya dari kelemahan. Namun, terkadang, detail kecil itu yang jadi pembeda. Pembeda perbedaan antara Real Madrid dan Manchester United.

Perbedaan detail antara dua raksasa Eropa itu terletak kepada pendekatan masing-masing klub untuk menemukan keseimbangan. Real Madrid sudah belajar banyak. Mereka berkembang berkat pengalaman pahit bernama proyek Galacticos. Proyek mahal yang boleh dikatakan mangkrak. Namun paling tidak, sekarang ini kegagalan itu punya makna.

Sementara itu, Manchester United tidak kunjung sadar bahwa titik keseimbangan yang mereka cari tidak berada di sosok pemain. Manchester United seharusnya sadar bahwa titik keseimbangan mereka hanya akan ditemukan jika pelatih berkualitas didukung sepenuhnya oleh manajemen. Membeli tidak akan menyelesaikan masalah.

Kita bisa bicara panjang lebar soal betapa Real Madrid suka sekali membeli pemain bintang. Bukan hanya satu, bahkan pernah dua megabintang mereka daratkan di satu jendela transfer. Atas nama citra, promosi, kekuatan finansial, dan nama besar klub, mereka boleh melakukannya. Tidak ada yang bisa menyalahkan.

Namun, bedanya dengan Manchester United, Florentino Perez mengukur setiap peser yang dikeluarkan Real Madrid. Presiden legendaris Real Madrid itu, secara pribadi, tidak pernah merugi. Setiap cegukan, setiap sandungan, cuma riak di panjangnya rencana Si Tangan Emas itu.

Dan semua hitungan itu, Perez letakkan kepada kepercayaan penuh kepada Zinedine Zidane. Sementara itu, Manchester United, lewat Ed Woodward, merasa lebih tahu soal dinamika lapangan hijau ketimbang setiap pelatih yang menjabat.

Siapa yang berani meragukan kualitas Jose Mourinho dan Louis van Gaal? Hanya fans bebal dan berkawan baik dengan Ed Woodward yang bisa meragukan dua pelatih kaliber besar itu.

Namun itulah yang terjadi, Ed Woodward membeli pemain yang tidak cocok dengan ide pelatih. Paul Pogba tidak pernah diinginkan Mourinho. Tapi, Pogba bagus sebagai “wajah komersil”. Wajah dan gaya rambutnya sangat menjual. Bagus untuk penjualan jersey klub. Maka, Manchester United menghamburkan hampir 100 juta paun untuk seorang pemain yang tidak masuk dalam ide pelatih.

Begitu juga Angel Di Maria dan Juan Mata. Louis van Gaal tidak pernah minta dibelikan dua pemain itu. Namun, Ed Woodward melangkahi kualitas pelatih untuk mendahulukan kebodohannya. Maka, ketika biji yang busuk ditanam, apakah kamu masih mengharapkan buah ranum akan bermunculan?

Dan berdiri di sana. Dengan senyum polos tak paham dengan apa yang terjadi. Ole Gunnar Solskjaer. Pelatih yang ketika berbicara kepada wartawan mengungkapkan kalau dirinya ingin dibelikan seorang striker yang “rela hidungnya patah” demi mencetak gol.

Pernyataan itu menggambarkan dua hal. Pertama, Ole tidak mempercaya dengan skuat yang ada. Tapi, pelatih mana, sih, yang masih percaya Jesse Lingard? Kedua, Ole tidak punya cara mengatasi rasa tidak percaya itu. Ke mana Manchester United harus belajar? Silakan tengok Florentino Perez dan Real Madrid kesayangannya.

Ketika rasa percaya, penuh, dipersembahkan kepada Zidane, Perez menekan ego membeli pemain berkaliber besar. Perez membeli pemain setelah berembug dengan pelatih. Zidane yang tahu dinamika di dalam ruang ganti, sementara Perez seperti penyihir di meja perundingan. Masing-masing bekerja sesuai kemampuannya. Keduanya tidak mengizinkan kebodohan ikut berdiskusi.

Perez beradaptasi, mengubah caranya memandang sepak bola. “Semuanya, di sepak bola, akan berubah. Kami tak tahu sampai kapan Real Madrid menjadi klub paling berharga. Semakin banyak klub Eropa yang dibeli pemilik kaya. Di Spanyol, ada Atletico Madrid dan Valencia. Di Inggris, uang dalam jumlah besar dari hak siar memberi efek besar. Manchester City mendapat uang dari Abu Dhabi, PSG dari Qatar, dan beberapa tim di Inggris mendapatkan dana dari para pemilik berkewarganegaraan Amerika Serikat,” ungkap Perez.

Iklan

“Oleh sebab itu, kami harus mengubah kebijakan transfer. Saat ini, kami memilih membeli pemain muda dengan harga yang lebih murah. Jika transfer murah ini berhasil, maka masa depan akan aman. Namun jika gagal, setidaknya kami tidak kehilangan banyak uang. Kami harus memperbaharui kebijakan transfer untuk bersaing dengan klub-klub kaya. Kami percaya bahwa ini adalah salah satu cara untuk memenangi trofi dan mempertahankan posisi kami sebagai klub paling berharga,” tambahnya.

Yang perlu dicatat di atas adalah: Perez tak keras kepala, meski ia sebenarnya mampu. Perez meletakkan keyakinannya akan masa depan, bukan kenikmatan sesaat.

Meski membeli pemain-pemain muda, Real Madrid tak lantas buta dengan kualitas. Bahkan, boleh dibilang, pemain muda yang dibeli Real Madrid, punya potensi luar biasa. Tak hanya yang dibeli, beberapa pemain muda sudah lama “dipupuk” oleh Real Madrid sejak lama. Mereka dipinjamkan ke klub lain untuk mendapatkan menit bermain.

Artinya, sudah sejak lama Perez menyiapkan kebijakan ini. Sudah sejak lama Perez berhitung dengan perubahan wajah sepak bola (industri). Buktinya sangat terasa dengan beberapa pemain dari La Fabrica, akademi Real Madrid, punya potensi besar. Mulai dari Luca Zidane, Achraf Hakimi, Oscar Rodriguez, Sergio Diaz, Fede Valverde, Dani Gomez.

Apakah Madrid gagal dengan skuat muda ini? Ya, tapi mereka menunggu. Bobot kata “mencari” antara Real Madrid dan Manchester United sangat besar. Achraf Hakimi berubah menjadi salah satu bek sayap menjanjikan di Eropa. Fede Valverde menjadi bagian penting dari skuat utama saat ini. Marco Asensio menjadi pemain kunci sebelum tumbang karena cedera.

Perez melanjutkan kebijakan ini dengan membeli Vinicius, lalu Rainier Jesus. Dua pemain Brasil dengan talenta sangat besar. Kepercayaan yang tinggi kepada Zidane ditunjukkan ketika Perez tidak tergoda menjual Toni Kroos.

Musim 2018/2019 yang lalu, Kroos menjadi salah satu penampil terburuk. Namun, yang kali pertama Real Madrid lakukan adalah menunggu. Mereka percaya dengan kualitas pemain. Hasilnya, musim 2019/2020, hinga saat ini, Kroos sudah mencetak 4 gol dan 8 asis. Musim lalu, Kroos hanya mencatatkan 1 gol dan 6 asis.

Bagi Real Madrid, Kroos seperti ballast di dalam kapal kuno. Ballast adalah penyeimbang sebuah kapal besar. Dahulu, orang menggunakan batu dan pasir sebagai ballast supaya kapal tidak oleng dan karam. Ketika kapal berbahan baja diperkenalkan, orang menggunakan air sebagai ballast.

Intinya adalah, Real Madrid “mencari” keseimbangan dengan menunggu. Percaya penuh kepada skuat yang ada. Sementara itu, Manchester United membeli pemain yang sebetulnya tidak perlu dilakukan. Ole tidak tahu caranya membangkitkan Nemanja Matic, memaksimalkan Fred, dan membantu Paul Pogba menemukan keseimbangan di dalam dirinya.

Real Madrid memberi pelajaran yang sangat berharga ke semua tim. Kepada Barcelona yang sibuk menjual pemain muda demi menyeimbangkan neraca di pembukuan mereka. Kepada Manchester United yang gagap dan lalai. Kepada manajemen Manchester United yang pongah dan sok tahu. Kepada Ole, bahwa percaya kepada pemain adalah langkah awal dari kesuksesan.

Inilah perbedaan level Real Madrid dan Manchester United.

BACA JUGA Real Madrid Menuju Los Galacticos Jilid III bersama Reinier Jesus atau tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.

Terakhir diperbarui pada 31 Januari 2020 oleh

Tags: ed woodwardklasemen la ligaLa Ligaliga inggrisLiga SpanyolManchester UnitedmourinhoMUoleOle Gunnar SolskjaerReal MadridzidaneZinedine Zidane
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

Redaktur Mojok. Koki di @arsenalskitchen.

Artikel Terkait

Harry Maguire Bek Dungu Manchester United Anti Bullying MOJOK.CO
Esai

Harry Maguire, Bek Dungu Milik Manchester United yang Mengajari Kita Makna Ketahanan Mental dan Cara Melawan Bullying

20 Oktober 2025
Untung Mohamed Salah Nggak Jadi Buruh di Indonesia MOJOK.CO
Esai

Beda Nasib Mohamed Salah dan Pekerja di Indonesia saat Menyuarakan Hak: Menghasilkan Ketimpangan yang Dinormalisasi

6 Januari 2025
Rokok Ilegal identik dengan Liga Inggris, yang Legal Liga Italia MOJOK.CO
Esai

Kenapa, ya, Rokok Legal Identik dengan klub Liga Italia, sementara Rokok Ilegal Lebih Dekat dengan klub Liga Inggris?

9 November 2024
Vidio vs Rp18 Triliun Live Streaming Ilegal Jelang Liga Inggris MOJOK.CO
Esai

Vidio Wajib Cemas. Menjelang Liga Inggris, Keuntungan Live Streaming Ilegal Mencapai Rp18 Triliun!

9 Agustus 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.