MOJOK.CO – Saya kira Arsenal sudah sangat memalukan ketika kalah dari Manchester City. Ternyata Chelsea malah lebih jago mempermalukan diri sendiri.
Dalam waktu satu minggu, Arsenal berhadapan dengan dua klub Manchester. Pertama, Manchester United di Piala FA, lalu Manchester City di Liga Inggris? Hasilnya, Arsenal kalah dengan skor identik, 3-1. Diselingi kemenangan “susah-payah” atas Cardiff City, The Gunners menjadi bahan olok-olok se-Kabupaten London.
Apalagi di jadwal yang sama, Chelsea menang secara meyakinkan dari Sheffield Wednesday dan Huddersfield. Masing-masing dengan skor 3-0 dan 5-0. Ketika menang dari Huddersfield, Gonzalo Higuain, striker kesayangan Maurizo Sarri sudah mulai menyumbang gol. Bagaimana dengan Tottenham Hotspur? Lebih baik tak usah kita bahas. Ini tulisan soal sepak bola, bukan pentas drama “diving di kotak penalti”.
Arsenal semakin menjadi bulan-bulanan lantaran ketika kalah dari Manchester City, anak asuh Unai Emery tersebut dipaksa bertahan hampir sepanjang laga. The Gunners sempat memberi perlawanan, bahkan sampai bisa menyamakan kedudukan, tapi tetap saja kalah karena inkonsistensi adalah kawan baik mereka.
Pertandingan tersebut dipandang sebagai ajang latihan saja bagi City. Anak asuh Pep Guardiola tersebut sangat dominan. Mencetak tiga gol dengan sangat mudah. Gimana nggak mudah, lha wong pemain-pemain Arsenal sendiri lupa dengan yang namanya bertahan. Selain inkonsistensi, bikin kesalahan sendiri di kotak penalti adalah nama tengah Arsenal: Ar-kalahan-senal.
The Gunners menjadi bahan meme ketika Emery lebih memilih memainkan Denis Suarez, pemain baru yang dipinjam dari Barcelona, ketimbang memberi kesempatan kepada Mesut Ozil. Saking dramanya, orang kalau lihat Arsenal, samar-samar logonya berubah jadi logo Indosiar. Memang, terkadang klub ini jadi semacam klub siraman rohani. Mengajarkan bersabar dalam keterpurukan.
Namun sodara-sodara, segala keburukan Arsenal itu, nyatanya masih bisa disaingi oleh Chelsea. Jadi, kedua klub ini bukan hanya bersaing mengejar peringkat keempat yang untuk sementara dikudeta Setan, tapi keduanya bersaing menjadi bahan meme sedunia.
Jadi, di sela-sela kemenangan Chelsea atas Sheffield Wednesday dan Huddersfield, mereka bertandang ke Bournemouth. Apa yang terjadi? The Blues kalah dengan skor 4-0. Dampak dari kekalahan itu adalah Pak Sarri mengunci para pemain The Blues di kamar ganti setelah kalah.
Apakah beliau marah-marah? Saya curiga Pak Sarri mengajak sebats anak asuhnya biar agak rileks menghadapi kenyataan bahwa mereka punya DNA pecundang. Buktinya, ketika melawan Huddersfield di kandang sendiri, mereka mengamuk dengan bikin lima gol. Sebuah kemenangan yang kata Eden Hazard: “Sebuah respons yang diinginkan Pak Sarri.”
Sebuah kemenangan yang katanya jadi titik kebangkitan The Blues. Apalagi kemudian, mereka akan tandang ke rumah Manchester City. Ini big match, setidaknya itulah yang ada di kepala masing-masing fans gaib mereka. Big match, juga yang ada di kepala para pengamat sepak bola.
Maklum, misi yang mereka emban sangat besar. City tengah kejar-kejaran dengan Liverpool di puncak klasemen. Sementara Chelsea butuh kemenangan supaya tidak tertinggal terlalu jauh dari Manchester United di peringkat keempat. Paling tidak, prediksi menyebutkan bahwa big match ini akan berakhir dengan skor ketat.
Namun apa yang terjadi? Chelsea menunjukkan kepada Arsenal caranya bertahan ala klub Liga Danone. Anak asuh Pak Sarri kalah dengan kebobolan enam gol. Enam gol!
Arsenal, kalau kamu lihat lagi highlight lawan City, sudah sangat jelek cara bertahannya. “Hold my beer,” kata Chelsea. Ternyata mereka lebih bisa memalukan ketimbang The Gunners. Sudah sama-sama dari Kabupaten London, malah bersaing mana yang lebih bisa memalukan.
Tahukah kamu, terakhir kali Chelsea kalah dengan skor 6-0 terjadi di tahun 1999. Ketika itu mereka kalah dari Sunderland. Sunderland, sodara-sodara. Sunderland itu, saya kasih tahu, kalau di Liga Indonesia, sama seperti PS TIRA-Persikabo. Klub semenjana, yang banyak orang nggak tahu apakah punya sejarah atau tidak.
Tahun 1999 adalah sebuah masa di mana Chelsea juga klub semenjana, ketika uang minyak dari Rusia belum masuk ke Liga Inggris. Ketika mereka bahkan pernah hampir bangkrut karena kesulitan dana.
Kalah dengan skor banyak sih nggak terlalu masalah bagi fans The Blues. Mereka sudah terbiasa menempel di klub juara. Jadi satu hari setelah kalah, mereka tinggal mengganti foto profil menjadi foto pemain-pemain Juventus, misalnya. Yang hampir pasti selalu juara di Serie A Italia. Liga yang bahkan gagal ditaklukkan Pak Sarri.
Fans Chelsea ini seperti ikan remora. Kamu tahu ikan remora? Itu lho, ikan yang suka menempel di badan hiu atau paus untuk menyantap remah-remah sisa makanan. Ia menempel dengan mulut penghisap, menempel kuat seperti sol sepatu. Ia ingin selalu merasa aman karena selalu bersama pemangsa yang berada di puncak rantai makanan.
Sekarang kalian merasakan jadi fans The Blues pra-uang minyak. Bagaimana rasanya? Pahit? Sudah memilih klub yang ingin didukung selanjutnya? Saransaya dukung City saja. Toh fans mereka sama-sama gaib. Apalagi konon fans City itu fans bayaran.
Melihat jadwal Liga Inggris, mereka masih akan bertemu Liverpool dan Manchester United. Sinetron macam apa lagi yang siap dipertunjukkan anak asuh kelas drama Pak Sarri? Mending colab sama Arsenal, bikin sinetron hidayah, pakai naga terbang, biar ratingnya agak tinggi.