Jika di dunia nabati ada istilah kecil-kecil cabe rawit untuk merujuk pada kehebatan yang dimiliki oleh makhluk kecil, istilah dunia hewani yang cocok untuk merujuk hal yang sama adalah kecil-kecil ikan cupang.
Tentu ini bukan bualan dan bukan omong kosong. Ada banyak alasan yang rasanya membuat ikan cupang layak untuk dijadikan perujukan sifat-sifat hebat.
Salah satu alasannya tentu saja adalah kecenderungannya menjadi ikan petarung. Kecenderungan yang kemudian membuatnya laris manis dibeli sebagai ikan aduan.
Alasan lain, ikan cupang adalah ikan yang sudah akrab dengan yang namanya perjuangan dan penderitaan. Pada proses perkawinan, misalnya. Proses perkawinan ikan cupang cenderung menyakitkan dan kadang berakhir tragis dengan kematian si betina, atau kematian si jantan jika ukuran jantan lebih kecil.
Tak hanya saat kawin, saat tumbuh dan berkembang pun ia sudah mengalami pergolakan perjuangan yang maha dahsyat. Bayangkan, seekor anakan cupang belum bisa bernapas sempurna dengan insang, itulah sebabnya anakan cupang lebih banyak berada di permukaan air. Sehingga jika ada anakan cupang yang tenggelam ke dasar air, ia akan langsung mati.
Cupang sekecil itu berkelahi dengan waktu. Begitu kata Mas Cupang Fals.
Nah, tempaan perjuangan sejak kecil inilah yang mungkin menjadikan cupang sebagai ikan petarung yang tangguh.
Ia tak segan bertarung dengan cupang mana pun, mau sebesar apa pun dan selebar apa pun siripnya, sesangar apa pun tampangnya, atau setinggi apa pun pangkatnya. Jika memang harus dilawan, pantang surut ke belakang.
Saking besarnya sifat petarung si cupang, bahkan jika di dalam wadahnya ada cermin, ia tak segan untuk menyerang bayangannya sendiri. Selain petarung yang hebat, ia juga pribadi yang sadar bahwa musuh terbesar seseorang adalah dirinya sendiri.