Para pehobi ayam tentu sudah tak asing dengan ayam satu ini, ayam dengan warna permukaan tubuh seluruhnya hitam. Yak tul, ayam cemani.
Bagi orang Jawa, ayam cemani dianggap mempunyai keterkaitan kultural yang erat, sebab ayam ini sering digunakan sebagai pelengkap upacara dan ritual adat Jawa, seperti bersih desa, ruwatan, sampai larung sesaji. Ini gara-gara ayam keling tersebut dipercaya mampu menolak bala.
Ayam cemani mempunyai warna hitam legam bukan kerena dia ayam Afrika atau terlalu lama dijemur di padang mahsyar, melainkan karena ia mempunyai kondisi genetik unik yang disebut fibromelanosis. Kondisi genetik ini membuat lapisan sel epidemis di seluruh badannya menghasilkan warna atau pigmen hitam.
Ayam cemani ini sudah ada sejak zaman dulu, bahkan konon sudah eksis sejak Kerajaan Majapahit. Nama cemani sendiri berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya ‘hitam legam’. Tapi, ini masih perlu diperdebatkan, sebab jika nama asli Gajah Mada ternyata Gaj Ahmada, bisa jadi nama asli ayam cemani adalah Ay Amcemani. Yah, selalu ada kemungkinan kan?
Ayam cemani harganya cukup mahal. Maklum, namanya juga ayam langka. Satu ekor ayam cemani dengan kualitas terbaik dan dari jenis terbaik harganya bisa mencapai ratusan ribu sampai jutaan rupiah. Di Amerika, satu ekornya malah sampai dihargai 2,6 juta rupiah. Sebab, selain banyak dicari oleh para pehobi, ayam ini juga banyak dicari oleh pakar genetika dan anatomi. Usut punya usut, ternyata di Amerika ayam ini punya julukan yang sangat, sangat metal, yakni chicken of the darkness alias ayam kegelapan.
“Itu ayam apa band pengisi Jogja Brebeg, Om?”