Feminisme hari ini sering terdengar seperti akun motivasi: cewek harus kuat, cewek harus independen, cewek jangan mau diatur laki-laki. Pokoknya hidup bebas, tanpa patriarki, tanpa dapur, tanpa popok.
Tapi buat tamu Putcast kali ini, Aquarina Kharisma Sari—penulis asal Malang yang udah puluhan tahun ngulik isu perempuan—semangat semacam itu justru bisa jadi sesat pikir. Bukan karena perempuan nggak boleh kuat, tapi karena perjuangan perempuan Indonesia nggak bisa disamain mentah-mentah sama feminisme gaya Barat yang terlalu individualis.
Buat Aquarina, banyak feminis kita salah diagnosa soal gender. Mereka ngelawan patriarki seolah itu virus jahat yang harus dibasmi total. Padahal, katanya, patriarki itu bukan masalah… asal nggak ngawur makainya. Dalam versi “patriarki yang bener”, laki-laki wajib menafkahi, melindungi, dan bertanggung jawab—bukan cuma duduk di singgasana sambil main catur dan nyuruh-nyuruh.
Feminisme Bukan Urusan Personal
Ia juga kritik feminisme gaya Barat yang lebih cocok buat perempuan urban yang hidup sendiri dan bisa bayar ART. Tapi di desa? Hidup perempuan itu ribet, kompleks, dan penuh gotong-royong. Bukan cuma soal hak pribadi, tapi juga soal siapa jagain anak pas musim panen, siapa bantu tetangga pas ada hajatan.
Menurutnya, jangan cuma lihat perempuan dari kursi kekuasaan formal. Di rumah-rumah Jawa, misalnya, matriarki itu diam-diam jalan. Emak-emak yang ngatur dompet, ngelola rumah dan jagain emosi keluarga. Nggak tampil, tapi menentukan. Kayak WiFi nggak kelihatan, tapi semua orang butuh.
Dari Empati ke Strategi Politik
Dalam obrolan ini, Aquarina juga mengkritik arah feminisme yang menurutnya makin larut dalam budaya korban—yang belakangan jadi strategi politik. Semangatnya sih empati, tapi lama-lama justru dipakai buat cari simpati dan rebut kuasa. Buat Aquarina, pemberdayaan perempuan nggak bisa dibangun dari luka doang. Feminisme seharusnya bertolak dari kekuatan, kapasitas, dan relasi yang adil—bukan sekadar rebutan kuota.
Obrolan ini nggak cocok buat yang seneng jawaban instan atau kutipan Instagramable. Tapi kalau kamu siap mikir ulang—tentang patriarki, tentang perjuangan perempuan, dan apa artinya adil dalam konteks Indonesia—ya ini episode yang pas. Karena bisa jadi, kata Aquarina, solusinya bukan anti-patriarki, tapi patriarki yang ngerti tanggung jawab.







