Doa ibu itu memang sangat nyata. Saya bisa masuk kuliah di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta alias UIN Jakarta di Jurusan Pendidikan Biologi dengan jalur rapat dan dulu masih zamannya SNMPTN. Namun, setelah lulus, saya tidak punya keinginan jadi guru.
Awalnya, karena saya yang suka banget nulis pengen banget masuk jurusan Sastra Indonesia. Ini asli, saya sampai tiga kali ganti PTN. Mulai dari UI jurusan Sastra Indonesia, lalu ke UNPAD Sastra Indonesia, lalu ke UNJ lewat jalur prestasi, karena saya memiliki prestasi Voli tingkat Kota dan Provinsi, mengambil jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga (PKO) dan Pendidikan Biologi untuk cadangan.Â
Namun, karena jurusan keolahragaan harus menggunakan portofolio atau membuat video keahlian untuk membuktikan prestasi Voli. Tapi, saya tidak mau melanjutkan karena saya termasuk orang yang tidak mau ribet.Â
Akhirnya, saya mengganti pilihan yang entah kenapa memilih ke UIN Jakarta, memilih jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Pendidikan Biologi di jurusan kedua.Â
Mujarabnya doa seorang ibu
Tibalah saat pengumuman SNMPTN, semua teman saya yang berbarengan masuk ke UNJ lewat jalur prestasi sudah diterima dan tinggal saya yang belum menerima pengumuman.
Sore harinya, saya kembali mengecek aplikasi SNMPTN dan alhamdulillah hasilnya saya di terima di UIN Jakarta Jurusan Pendidikan Biologi. Nilai Bahasa Indonesia saya 86 kalah dengan nilai Biologi saya yang 98.
Pada akhirnya, saya memilih untuk melanjutkan kuliah di Universitas Negeri, karena biaya kuliah yang jauh lebih terjangkau dibandingkan swasta.
Ini adalah doa ibu yang benar-benar mujarab, padahal hari itu sebelum pengumuman ibuku sudah mengajak untuk mendaftar kuliah di salah satu Universitas Swasta di Bogor. Tapi, berkat doa ibu, akhirnya saya di terima di UIN Jakarta.
Semester 1 yang begitu penuh tantangan dan tangisan
Awal semester yang bikin bener-bener down, IPK cuma 2,6 karena berasa kaget dengan pelajaran eksak fisika, kimia dan matematika. Bayangkan seminggu itu ada tiga laporan praktikum yang harus diselesaikan. Laporan praktikum yang di tulis tangan, harus di garis rapi kanan kirinya, harus menggunakan teori yang valid tidak boleh dari blogspot atau WordPress, dll.
Tugas-tugas yang numpuk dan bertubi-tubi presentasi yang tak ada habisnya benar-benar menguji mental mahasiswa baru. Saya hampir setiap hari begadang untuk mengerjakan laporan dan mengorbankan waktu tidur untuk dedikasi saya terhadap tugas-tugas. Lebay banget gak sih!
Tapi, saya adalah orang yang paling santai karena terkadang tugas saya udah selesai duluan sebelum tugas teman-teman saya selesai.
“Nov, kok lo rajin banget sih, udah ngerjain laporan aja. Baru juga praktikum tadi, eh malamnya udah dikerjain. Kerajinan banget lo,” kata teman kosan.
“Biar cepet kelar, biar bisa santai-santai hehe.”
Karena saya termasuk orang yang tidak suka menunda pekerjaan.
Masih mau lanjut kuliah di Pendidikan Biologi
“Kamu yakin masih mau ngelanjutin kuliah di Pendidikan Biologi sampai selesai?” Tanya Ibu
Di situ, saya sempat berpikir. Kalau hati saya berkata tidak, tapi setelah saya pikir-pikir lagi, kalau saya menyerah begitu saja berarti saya pengecut. Lalu, saya memikirkan biaya yang pastinya akan membengkak dan jangka waktu jika saya ingin kembali kuliah di jurusan berbeda yang harus dimulai dari awal lagi.Â
Itu terlalu membuang-buang waktu. Saya sudah sampai di semester 3, kenapa saya harus berhenti, walaupun memang masih ada waktu untuk berubah pikiran. Tapi saya tidak menyerah dan terus melanjutkan hingga selesai.
Gimana caranya mengajar dan jadi Guru ? Apa bisa ?
Ternyata, setelah dijalani sampai di semester 7. Kuliah di Pendidikan Biologi tidak terlalu menakutkan seperti yang saya pikirkan. Ya, banyak ke alam untuk melakukan penelitian, ke pantai, ke penangkaran rusa dan ke taman nasional.Â
Bersyukurnya kuliah di Pendidikan Biologi, yang saya rasakan adalah bisa melihat ciptaan Tuhan yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang seperti sel-sel dan bakteri yang hanya bisa dilihat dengan mikroskop.
Fokus di semester 7 tibalah ada mata kuliah microteaching dimana kita dituntut untuk praktek mengajar di kelas. Saya masih meragukan kemampuan saya sendiri, apalah saya bisa melakukannya ? Nerveous, gelisah dan tidak percaya diri.Â
Tapi, pada akhirnya satu persatu tugas yang makin tinggi levelnya dan sampai di Praktek Mengajar yang sebenarnya di semester 8. Saya harus terjun langsung ke sekolah dan bertemu dengan anak murid.
Dengan overthinking saya menganggap bahwa “”Duh gimana ya, bisa ngajar gak ya. Kalau mereka gak paham gimana ? Kalau mereka ada yang nanya gimana ? Bisa gak ya deket sama mereka?”” Pertanyaan itu yang udah terbesit di pikiran saya.
Tapi setelah saya menjalani semuanya, ternyata semua overthinking itu menjadi positif thinking. Dekat dengan murid, mengajar mereka, dan disapa oleh mereka itu adalah suatu pencapaian yang di luar ekspetasi saya. Ternyata, menjadi seorang guru tidak semenakutkan itu.
Bertemu dengan mereka adalah pengalaman paling berharga untuk saya.
Sudah Wisuda tapi nggak mau jadi guru
Setelah lulus dan wisuda dari Jurusan Pendidikan Biologi saya bingung, karena saya tidak ingin menjadi guru karena memang bukan passion saya.Â
“Tugas mama sama papa udah selesai kuliahin kamu. Sekarang tinggal terserah kamunya mau gimana dan kemana, ya kalau bisa sih ngajar. Ikut CPNS juga. Bahkan kalau bisa jadi PNS,” ucap ayah.
“Iya, soalnya sayang kan ijazahnya. Udah kuliah hampir 5 tahun, tapi malah gak mau jadi guru. Terus kamu mau jadi apa?” tanya Ibu
Saya hanya bisa menjawab iya, walaupun hati saya tidak ingin menjadi guru. Karena berat menurut saya. Tapi, pencapaian saya yang luar biasa sudah bisa menyelesaikan tanggung jawab saya yaitu kuliah di jurusan Pendidikan Biologi sampai wisuda adalah suatu kebanggaan untuk saya.Â
Jadi, apapun yang tidak kita sukai kalau kita percaya dan kita menjalaninya dengan baik, pasti akan membuahkan hasil yang baik. Walaupun pada akhirnya, entah tujuannya kemana, yang pasti menyelesaikan tanggung jawab adalah suatu keharusan.
Apa yang tidak kita sukai bukan berarti harus kita hindari, tapi mencoba untuk percaya diri agar hal yang menakutkan menjadi suatu hal yang menyenangkan.
Novia Nurhayati Margabhakti, Rt.04 Rw.09, Kertamaya, Bogor Selatan [email protected]Â
BACA JUGA Uneg-uneg Lulusan S1 Keguruan tentang Regulasi Guru yang Ribet dan keluh kesah lain dari pembaca Mojok di UNEG-UNEG
Keluh kesah dan tanggapan Uneg-uneg bisa dikirim di sini