Selepas SMA menjadi momen krusial bagi banyak orang, tidak terkecuali untukku. Masa ini seperti menentukan pintu awal masa depan. Ada yang memilih untuk melanjutkan ke perguruan tinggi, ada pula yang memilih bekerja. Apapun pilihannya, menurutku semua sah-sah saja. Setiap orang memiliki pertimbangannya masing-masing.
Aku pun merasa berhak dan sah-sah saja menentukan jalan hidupku selepas SMA. Pilihanku jatuh pada melanjutkan ke perguruan tinggi atau kuliah. Tentu saja pilihan itu sudah melewati pertimbangan panjang. Orang tua juga sudah mendukung penuh keputusanku. Sayangnya masih ada saja orang-orang terdekat lain yang ikut campur dan nyinirt terhadap pilihanku ini.
“Buat apa kuliah kalau akhirnya jadi ibu rumah tangga.” Begitu kata mereka. Mereka menyayangkan biaya besar untuk menguliahkan seorang perempuan karena ujung-ujungnya akan menjadi ibu rumah tangga.
Perkataan semacam itu masih sering dilontarkan kepadaku hingga saat ini. Padahal menurutku pemikiran seperti itu salah dan kolot. Setiap orang berhak mengenyam pendidikan yang layak, baik laki-laki maupun perempuan. Apa mereka lupa kalau generasi penerus bangsa terlahir dari seorang perempuan?
Pikiran dan tindakannya seorang ibu akan berpengaruh terhadap generasi selanjutnya. Ibu yang berpendidikan baik bisa menciptakan generasi yang cemerlang. Oleh karena itu, sebenarnya tidak ada yang sia-sia dari seorang perempuan yang menuntut ilmu setinggi-tingginya. Ilmu itu abadi dan selalu dibutuhkan dalam hal apapun, termasuk ketika menjadi ibu rumah tangga sekalipun.
Tulisan ini sama sekali tidak bermaksud menyudutkan ataupun merendahkan pihak manapun. Hanya bermaksud untuk mengingatkan agar tidak menghakimi keputusan hidup orang lain. Semangat bagi para perempuan hebat di luar sana, para perempuan yang sedang memperjuangkan hal baik dalam hidupnya.
Arnetta Cahyaningtyas
Tangkisan, Tawangsari, Sukoharjo, Jawa Tengah
[email protected]
Keluh kesah dan tanggapan Uneg-uneg bisa dikirim di sini