wa,Saya mahasiswa Jurusan Sejarah semester 3 yang sedang gencar-gencarnya menemukan jati diri. Sejak awal semester, saya memang nggak cari kesibukan apapun. Katakanlah, saya hanya mahasiswa nolep dan kupu-kupu yang setiap selesai kelas pasti langsung pulang ke kos.
Saya tidak begitu bersosialisasi dengan lingkungan saya, ya karena memang jiwa-jiwa saya tuh males buat berkawan dengan lingkungan sekitar atau sebutannya nolep abis. Nolep itu dari kata no life, yang maknanya adalah perilaku seseorang yang lebih memilih untuk menyendiri dibanding menjalankan kehidupan sosialnya. Seperti itu gambaran hidupku di semester awal saat kuliah.
Jadi, setelah selesai kelas langsung balik ke kosan. Namun, alasan terbesar saya untuk menjadi mahasiswa kupu-kupu itu ya karena saya masih maba yang sedang mengikuti kaderisasi.
Pikir saya, “daripada ntar kecapekan, badan remuk, mending kupu-kupu dulu lah selama kaderan.” Dan yeah, saya bertahan selama setahun sampai akhirnya saya di sikrab.
Jadi mahasiswa nolep itu membosankan
Sampai akhirnya saya menyadari sesuatu. Jadi nolep dan nggak ada kerjaan itu membosankan sekaligus ngabisin uang. Hal ini saya sadari ketika saya akhirnya saya pulang ke rumah dan melihat ibu saya yang seorang single perent bekerja dengan giat demi menghidupi saya di kota yang jauh. Saya merasa menjadi beban yang berat untuknya. Hingga, saya memutuskan untuk mencari kesibukan-kesibukan saat kuliah.
Saya mencoba keluar dari zona nyaman dengan mendaftar UKM di kampus, mencari freelance di internet, dan meningkatkan skill saya dengan mendaftar kelas online. Apapun coba saya lakukan buat ngembangin diri dan tentunya mendapatkan uang tambahan. Saya nggak ingin selamanya jadi mahasiswa nolep.
Tapi nihil, susah ternyata nyari kerja yang nggak sesuai sama kemampuan. Di tambah saya nggak memiliki portofolio yang mendukung.
Ada sedikit penyesalan yang saya rasakan, karena melewatkan begitu banyak waktu ketika saya menjadi mahasiswa baru setahun lalu. Banyak uang yang sudah orang tua saya keluarkan untuk membiayai kehidupan saya di kota.
Baca halaman selanjutnya…
Saya takut akan gagal di masa depan