Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Media Sosial

Twitter, Tempat Orang Berlomba Menjadi Jahat

Prabu Yudianto oleh Prabu Yudianto
10 November 2022
A A
Twitter, Tempat Orang Berlomba Menjadi Jahat jerome polin elon musk akun base twitter

Twitter, Tempat Orang Berlomba Menjadi Jahat (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Media sosial kini sudah beralih fungsi. Facebook yang harusnya jadi forum diskusi, menjadi tempat swasembada meme. Instagram yang sejatinya untuk pamer kini jadi validasi sebuah toko atau seller yang terpercaya. LinkedIn berubah jadi tempat mencari jodoh. Bumble dan Tinder menjadi alat promosi MLM. Tiktok jadi tempat audisi acara infotainment. Bagaimana dengan Twitter?

Hari ini, Twitter adalah tempat bagi warganet untuk menjadi si paling jahat.

Bukan ngadi-ngadi, tapi Twitter memang jadi arena tanding argumen paling liar. Semua orang bisa berargumen atas segala isu. Dan dengan sistem Twitter yang unik, semua orang ingin menjadi puncak rantai makanan dalam twitwar paling ngga jelas sekalipun.

Sistem di Twitter membuat sebuah cuitan mudah dibagikan. Berbeda dengan Facebook dan Instagram yang harus di-screenshot untuk berbagi komentar. Setiap cuitan kita di Twitter bisa dibagikan dalam dua kali klik dan tetap jadi “hak milik” pengirim. Jadi mendapat like dan share sampai ribuan adalah pencapaian besar. Bahkan cuitan yang mendapat like dan share ribuan akan disematkan di profil. Hampir seperti piala.

Akibatnya orang berlomba untuk beropini paling cringe, beda, dan sering kali goblok. Semua dilakukan agar komentarnya dibagikan, disukai, atau dibalas orang banyak. Dan cara paling mudah untuk mendapat pencapaian semu ini adalah beropini jahat. Selain tidak perlu banyak usaha, opini jahat memang mendapat atensi besar dari warganet Twitter.

Saya kesulitan untuk mengumpulkan contoh dari kejahatan cuitan orang di Twitter. Bukan karena sedikit, tapi karena saking banyaknya. Bahkan cukup scroll dua-tiga kali saja, Anda akan ketemu opini dan cuitan jahat ini. Dari body shaming, menghina ras, menghina preferensi seksual, sampai urusan strata pendidikan dan ekonomi.

Bullying dan doxing adalah dua contoh kejahatan yang sering terjadi di Twitter. Bermodalkan akun anonim, sekelompok orang berusaha mengacaukan hidup lawannya di dunia nyata. Doxing bahkan lebih mengerikan. Debat politik bisa berakhir dengan pembocoran data pribadi dan keluarga. Dampak psikologis jelas tidak dapat dihindari. Beberapa korban bullying dan doxing di Twitter harus ditangani psikolog dan beberapa memilih untuk bunuh diri.

Belum lagi kultur base dan menfess. Di sana banyak orang berlomba untuk menjatuhkan harga diri orang lain. Dari mencibir driver ojol sampai melecehkan unggahan foto seseorang. Ratusan sampai ribuan like diburu demi kebanggaan yang semu.

Baca Juga:

Akun Affiliate yang Jualan Numpang Tragedi Itu Biadab, dan Semoga Nggak Laku!

4 Dosa Akun Centang Biru yang Bikin X Jadi Makin Nggak Asik

Urusan korea-koreaan juga tidak luput dari kultur menjadi jahat ini. Mungkin malah paling jahat. Hanya karena sudut pandang saja, seseorang bisa diserang sampai dunia nyata. Padahal hanya urusan ngefans sama artis yang jelas tidak kenal siapa mereka.

Puncaknya adalah tragedi Kanjuruhan. Ketika di dunia nyata banyak suporter menyuarakan #sepakatdamai, di Twitter malah dikisruh opini-opini pekok. Dari mengungkit kasus lama, sampai menghakimi para suporter. Imbasnya bisa kita rasakan. Polarisasi dan melemahnya tekanan untuk mengusut tuntas kasus berdarah ini.

Secara pribadi, saya juga sering menjadi sasaran kejahatan Twitter ini. Dari hujatan yang melecehkan, sampai doxing tentang hidup pribadi. Bahkan mendiang eyang saya dibawa-bawa. Awalnya saya mencoba maklum. Toh orang bilang Twitter itu seperti Suzuran. Tapi tetap saja saya melihat ada yang salah.

Maka wajar jika banyak yang menyuarakan social media detox. Maksudnya untuk meninggalkan medsos dan membuang segala informasi buruk yang diterima. Upaya menjaga kesehatan mental ini jadi penting bagi warganet Twitter. Lha gimana, isinya hanyalah opini-opini jahat dan bengis demi popularitas dan atensi.

24 jam sehari dan 7 hari seminggu, warganet saling lempar cuitan jahat. Tidak peduli berapa banyak mental bahkan nyawa yang jatuh. Bahkan nalar pun patah demi popularitas sebagai orang jahat ini. Lha wong nggak dibayar atau dibanggakan, tapi hasrat jadi jahat terus menggebu demi like dan share.

Tidak ada solusi dari kultur jahat Twitter ini. Di satu sisi, kita perlu menghargai kebebasan berpendapat. Tapi di satu sisi, banyak orang memanfaatkan kebebasan ini untuk mendulang like dan share tadi. Kebebasan berpendapat menjadi alasan seseorang merasakan popularitas semu dengan cara jahat.

Jadi selamat datang di distopia dunia maya. Di mana menjadi jahat adalah kunci popularitas dan pencapaian. Sakit hati sampai bunuh diri adalah bukti jika seseorang itu lemah. Dan tidak ada yang nyata, hanya kebanggaan semu yang memuakkan!

Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Orang Pintar Pamer di Twitter, Netizen Sewot. Kalian Kenapa, sih?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 10 November 2022 oleh

Tags: bullyingdoxingjahatTwitter
Prabu Yudianto

Prabu Yudianto

Penulis kelahiran Yogyakarta. Bekerja sebagai manajer marketing. Founder Academy of BUG. Co-Founder Kelas Menulis Bahagia. Fans PSIM dan West Ham United!

ArtikelTerkait

Orang Pintar Pamer di Twitter, Netizen Sewot. Kalian Kenapa, sih Terminal Mojok

Orang Pintar Pamer di Twitter, Netizen Sewot. Kalian Kenapa, sih?

19 Juli 2022
twitter

Twitter itu (Sedikit) Menyebalkan

27 Juli 2019
orang jelek cinta pacaran tahu diri Memahami Tweet Jefri Nichol: Ngapain Marah-Marah, kalau Kenyataanya Kita Memang Jelek?

Memahami Tweet Jefri Nichol: Ngapain Marah-Marah, kalau Kenyataanya Kita Memang Jelek?

2 Februari 2020
Jerome Polin Tanya di Twitter, Netizen Ngamuk. Kalian Ini Kenapa, Sih Terminal Mojok

Jerome Polin Tanya di Twitter, Netizen Ngamuk. Kalian Ini Kenapa, Sih?

27 Januari 2022
katolik garis lucu tutup edaran imbauan keuskupan jakarta twitter katolik lucu kristen mojok

Katolik Garis Lucu Bangkit di Hari ke-3? Mengingat Lagi Kelucuan Yesus Bungee Jumping

9 Juni 2020
Twitter, Tempat Orang Berlomba Menjadi Jahat jerome polin elon musk akun base twitter

Saran untuk Jerome Polin agar Tidak Dihujat Netizen (Lagi)

21 Februari 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang Mojok.co

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Desember 2025
Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

30 November 2025
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025
Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

2 Desember 2025
6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting Mojok

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting

30 November 2025
5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain Mojok.co

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.