• Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Kuliner
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Hewani
    • Personality
    • Nabati
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Kuliner
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Hewani
    • Personality
    • Nabati
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
Home Pojok Tubir

Mendukung Doxing, Merayakan Kebodohan

Prabu Yudianto oleh Prabu Yudianto
7 Mei 2022
0
A A
Mendukung Doxing, Merayakan Kebodohan

Mendukung Doxing, Merayakan Kebodohan (Shutterstock.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Selama doxing masih kita pupuk, kita hanya akan berada di titik yang sama. Hanya canggih dalam diksi, tapi otak tetap sebesar biji kenari.

Saya selalu ingat salah satu quote di film Kingdom of Heaven: “Ketika kamu berdiri di hadapan Tuhan, kamu tidak bisa berkata, ‘tapi aku disuruh orang lain untuk melakukan ini.’” Maknanya, di hadapan Tuhan, seseorang menanggung sendiri dosa yang dilakukan. Tapi di hadapan warganet, seorang balita bisa menanggung “dosa” atas apa yang diperbuat ayahnya.

Saya merujuk pada salah satu doxing di jagat Twitter. Seorang warganet yang dipandang sebagai buzzer mengolok Presiden Jokowi sebagai ODGJ. Warganet yang tersinggung segera membongkar aib sekaligus identitas “buzzer” tadi. Dari preferensi seksual, foto diri, foto istri, dan foto anaknya.

Bahkan saat membagikan foto anak ini, si pengunggah menyebut sang anak harus ikhlas. Alasannya karena apa yang dilakukan sang ayah pantas membuat si anak malu.


Keyboard warrior (Shutterstock.com)

Oke, saya akan menarik diri dari urusan siapa-bela-siapa. Saya tidak tertarik dengan politik negara ini, dan malas mendukung salah satu tokoh. Mending dukung Real Madrid. Toh lebih baik negara ini diurus oleh cah-cah kampung daripada oleh partai. Tapi saya tidak habis pikir tentang doxing yang melibatkan anak dari si “buzzer” tadi.

Doxing ini tidak berhenti di ranah politik. Perkara setiap ujaran yang dipandang salah bisa berakhir dengan doxing. Salah satu akun Twitter bahkan memposisikan diri sebagai “pejuang” dengan rutin melakukan doxing. Setiap ada ujaran nyeleneh, akun tersebut akan membagikan foto paling memalukan dari si pengunggah. Tentu untuk mempermalukan dan bukan untuk endorsement.

Akun-akun seperti ini bukannya dihujat, namun didukung. Tentu oleh mereka yang satu pandangan politik maupun moral. Apa yang dilakukan oleh akun tersebut dianggap sebagai kewajaran dan hukuman sosial yang pantas. Bahkan akun yang paling getol membela “stop body shaming” dan “everybody is unique” mendukung akun-akun sejenis tadi. Seakan-akan, tiap ada orang kena doxing, justru dirayakan oleh netizen dengan gegap gempita.

Kontradiksi (Pixabay.com)

Saya menyadari mengapa doxing menjadi hal normal hari ini. Hukuman sosial dipandang lebih efektif daripada penjara Guantanamo sekalipun. Masyarakat berebut menjaga perdamaian di ruang hidupnya, dan media sosial memperluas ruang hidup ini. Setiap pandangan politik dan moral tersenggol, doxing dimuliakan sebagai balasan.

Namun apakah ini pilihan paling baik? Yo jelas tidak lah. Edan wae kalau situ berpikir ini yang terbaik.

Untuk beberapa kasus, hukuman sosial macam itu memang yang paling tepat. Misal pada kasus pelecehan seksual, menyebar identitas menjadi alat preventif agar pelaku tidak melakukan perbuatan yang sama kembali. Tapi, setiap hukuman sosial ini harus paham konteks dan batasannya.

Pada kasus balita yang ikut kena doxing, ini sudah salah sasaran. Memang benar, si ayah telah melanggar norma kelompok tertentu dengan akun anonim. Maka hukuman sosial yang bisa dipikirkan kelompok ini adalah membongkar identitas si ayah merangkap “buzzer” ini. Harapannya agar menjadi efek jera bagi si ayah.

Bayi polos (Pixabay.com)

Tapi, melibatkan anak ini jelas di luar konteks. Anak balita yang jelas belum punya pandangan politik tidak bisa dijadikan pelaku atas kesalahan ayahnya. Ditambah lagi, balita adalah individu paling rentan kejahatan. Membongkar identitas anak yang mungkin masih pakai popok bukanlah cara memberikan efek jera. Namun, cara mengerikan untuk menghancurkan masa depan si anak sendiri.

Mengolok preferensi seksual pun sebenarnya juga tidak masuk akal. Karena apa yang diujarkan tidak relevan dengan urusan seksual seseorang. Niat membuat malu ini memang terlihat tepat, tapi tidak pada tempatnya. Justru model demikian yang menormalisasi mentalitas ad hominem. Menyerang sebuah sudut pandang menggunakan sisi yang tidak relevan. Tidak sehat dan sama gobloknya.

Perkara fisik apalagi. Apa yang menjadi opini seseorang tidak selamanya relevan. Bahkan sering tidak relevan sama sekali. Kembali lagi, ini menjadi kultur debat ad hominem yang memuakkan!

Budaya doxing ini sangat luas dampaknya. Yang pertama jelas hancurnya privasi seseorang akibat penghakiman warganet ini. Seseorang akan lebih rentan terhadap aksi kejahatan berbasis identitas akibat doxing. Dan saya pikir, ini bukan harga yang pantas dari beda pandangan politik. Bahkan dengan model mengolok dan menyebar hoax sekalipun. Tidak perlu takut bos Facebook mencuri data kita. Toh kita biasa mengobral data dalam doxing.

Kedua, doxing memang tidak menyelesaikan masalah. Karena doxing menyerang seseorang tidak pada lingkup dia melakukan “dosa” tadi. Namun, menarik sisi kehidupan lain sebagai alat menghakimi. Jika masalahnya adalah gesekan politik, solusinya adalah sistem politik sehat seturut sila ke-4 Pancasila. Bukan saling balas doxing.

Terakhir, doxing juga rentan pemalsuan identitas. Sudah sering terjadi seseorang jadi korban karena foto dan identitas dirinya dipakai tanpa izin oleh seseorang. Akibatnya, doxing yang terlanjur dijadikan alat hukuman tidak tepat sasaran. Dan pelaku doxing hanya bisa bilang “maaf”.

Doxing hanya menunjukkan betapa kedewasaan politik kita masih sejajar anak kecil. Pola ad hominem yang dianggap pantas membuktikan bahwa ego personal masih dibawa dalam ranah politik dan sosial. Selamanya kita akan menjadi bayi peradaban jika doxing masih menjadi alat penghakiman dan kekuatan politik.


Alias, kita hanya akan mandeg, di situ-situ aja. Hanya canggih dalam diksi, tapi otak tetap sebesar biji kenari.

Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Bekerja Kok untuk Duit, Aneh

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 7 Mei 2022 oleh

Tags: doxingNetizenPerundungan
Prabu Yudianto

Prabu Yudianto

Naracela di negeri Do It Yourself. Musuh romantisasi dan upah murah Daerah Istimewa. Sunset di tanah monarki.

Artikel Lainnya

Yang Nyinyirin Kriteria Pasangan Itu Punya Masalah Apa, sih?

Yang Nyinyirin Kriteria Pasangan Itu Punya Masalah Apa, sih?

18 Mei 2022
4 Fakta tentang Ijime, Perenggut Kebahagiaan Anak-anak di Jepang

4 Fakta tentang Ijime, Perenggut Kebahagiaan Anak-anak di Jepang

21 Maret 2022
Kiwil glorifikasi pernikahan ketidaksetaraan

Jangan-jangan, yang Dinyinyirin Billie Eilish Selama Ini Adalah Kiwil

16 Oktober 2021
smart shaming

Smart Shaming, Perundungan terhadap Orang Pintar yang Blas Ra Mashok!

11 Oktober 2021
Dari Kasus Dhea Regista Terbukti bahwa Doxing Hanyalah Onani Moral

Dari Kasus Dhea Regista Terbukti bahwa Doxing Hanyalah Onani Moral

24 Agustus 2021
jerinx musik hardcore rock post hardcore punk mojok

Jerinx, Nora, dan Kemarahan yang Salah Sasaran

23 Juni 2021
Pos Selanjutnya
Niat Baik di Balik Jalan Rusak yang Tak Kunjung Diperbaiki

Niat Baik di Balik Jalan Rusak yang Tak Kunjung Diperbaiki

Komentar post

Terpopuler Sepekan

2 Kelemahan Daihatsu Sigra yang Harus Diketahui Sebelum Membelinya

2 Kelemahan Daihatsu Sigra yang Harus Diketahui Sebelum Membelinya

24 Mei 2022
5 Hal Konyol yang Bisa Kalian Temukan di Jalanan Kota Surabaya Terminal Mojok.co

5 Hal Konyol yang Bisa Kalian Temukan di Jalanan Kota Surabaya

23 Mei 2022
Harapan untuk 'Gubernur Baru' Jogja yang Akan Dilantik

Harapan untuk ‘Gubernur Baru’ Jogja yang Akan Dilantik

22 Mei 2022
10 Lagu Bahasa Inggris dengan Lirik yang Mudah Dihafal dan Dinyanyikan Terminal Mojok

10 Lagu Bahasa Inggris dengan Lirik yang Mudah Dihafal dan Dinyanyikan

2 Januari 2022
Soal Meresahkan, Kinder Joy Ternyata Nggak Seberapa Dibanding Pororo Drink Terminal Mojok.co

Soal Meresahkan, Kinder Joy Ternyata Nggak Seberapa Dibanding Pororo Drink

23 Mei 2022
Kenapa Detektif Kindaichi Tak Sepopuler Detektif Conan Terminal Mojok

Kenapa Detektif Kindaichi Tak Sepopuler Detektif Conan?

21 Mei 2022
Mendukung Doxing, Merayakan Kebodohan

Mendukung Doxing, Merayakan Kebodohan

7 Mei 2022

Dari MOJOK

  • Melepas Kepergian Buya
    by Arif Hernawan on 28 Mei 2022
  • Jokowi: Buya Syafii Maarif Sosok yang Menyuarakan Toleransi 
    by Yvesta Ayu on 27 Mei 2022
  • Haedar Nashir Sempat Menemui, Buya Syafii Maarif Ditangani Tim Dokter Kepresidenan
    by Yvesta Ayu on 27 Mei 2022
  • Indonesia Berduka, Buya Syafii Maarif Wafat Jelang Usia ke-87
    by Yvesta Ayu on 27 Mei 2022
  • Rekap 11 Tahun Perjalanan AC Milan Menunggu Scudetto
    by Ali Ma'ruf on 26 Mei 2022

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=GwazDvZPZ_Q&t=619s

Subscribe Newsletter

* indicates required

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
DMCA.com Protection Status

© 2022 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Gaya Hidup
    • Cerita Cinta
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Kuliner
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Luar Negeri
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2022 Mojok.co - All Rights Reserved .

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In