Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Jangan Buat Anak Penasaran dengan Kata ‘Ora Ilok’

Afifa Enggar oleh Afifa Enggar
13 Mei 2020
A A
anak muda jawa nasihat jawa ora ilok duduk di pintu mojok

anak muda jawa nasihat jawa ora ilok duduk di pintu mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Membayangkan rasanya jadi orang tua itu menantang sekali. Wong saya yang sering mendengar cerita tetangga karena anaknya mereka anggap bandel saja ikut pusing. Ibarat kata jadi orang tua itu seperti bermain layang-layang. Diulur bisa jadi lepas dan hilang kendali, ditarik juga bisa jadi patah. Berat sih memang. Apalagi jaman sekarang ini, anak-anak sudah mulai bisa berpikir cukup kritis jika dibandingkan dengan jaman saya dulu. Jadi ya, sebagai orang tua memang sudah seharusnya memberi pendidikan dan nasihat yang sesuai dengan jamannya.

Ada banyak sekali nasihat dari orang tua yang kita terima sewaktu kecil. Nasihat yang kita terima kemungkinan akan kita wariskan kelak kepada anak cucu kita. Ada kalanya kita tambah dengan “Yen jare mbah-mbah biyen”. Khazanah budaya Jawa sangat beragam, salah satunya dapat kita lihat dari macam-macam ungkapan dan adagium dalam bahasa Jawa yang khas. Tak jarang banyak sekali ungkapan bahasa Jawa yang beraifat mistis dan kadang kala tidak bisa kita ukur secara empiris.

Dari kekhasan itulah orang-orang Jawa dapat lebih komunikatif dan kreatif dalam menyebarkan ajaran hidup, tata krama, dan budi pekerti bagi orang di sekelilingnya. Sangat banyak sekali ungkapan dalam bahasa Jawa, salah satunya wewaler. Wewaler berasal dari kata waler, yang telah mengalami pengulangan pada suku awal kata. Kata waler menurut Kamus Bausastra (Poerwadarminta dkk. 1939) berarti larangan. Pada umumnya, wewaler disampaikan oleh orang tua kepada anak-anak dan masyarakat umum. Wewaler menjadi salah satu sarana orang Jawa, khususnya kaum orang tua dalam proses edukasi kepada anak dalam menyampaikan nasihat dan ajaran hidup.

Saya ingat betul ketika orang tua saya memperingatkan saya yang sedang duduk di atas bantal. “Aja lungguh dhuwur bantal, mengko bisa wudunen.” (Jangan duduk di atas bantal dapat menyebabkan bisul). Kemudian ketika saya sedang makan tahu dengan sambel bawang di depan pintu karena ikut Simbah meme gabah, orang tua saya bilang, “Aja lungguh ngarep lawang, mengko ndhak dadi perawan tuwa.” (Jangan duduk di depan pintu, nanti jadi perawan tua). Waktu itu saya betul-betul tidak paham hubungan sebab akibat dalam nasihat atau wewaler yang orang tua saya sampaikan tersebut.

Ketika saya tanya apa hubungannya duduk di atas bantal dengan munculnya bisul, mereka hanya menjawab dengan ajian andalan, yaitu “Ya, pokoke ora ilok.” Ajian ora ilok masih terus bergelayut dalam pikiran saya. Karena saya rasa, ajian itu belum cukup menjawab pertanyaan-pertanyaan saya. Sampai pada akhirnya, saya berusaha ngonceki maksud dari ungkapan-ungkapan orang tua saya tersebut.

Saya mencoba untuk memaknai ungkapan “Aja lungguh dhuwur bantal, mengko bisa wudunen”. Apabila dilihat menurut norma kesopanan, perilaku duduk di atas bantal memang kurang sesuai dan dianggap tidak sopan alias ora ilok tadi. Ya iya lah, bantal pada umumnya dipakai untuk alas kepala ketika tidur. Kok malah dibuat alas duduk, wis jan ora umum. Tapi, kenapa akibat yang ditimbulkan ketika duduk di atas bantal adalah muncul bisul alias wudun? Kok tidak yang lain? Kan tidak masuk akal, wong bantal itu isinya kapuk kok bisa menyebabkan bisul. Andaikan saja wewaler itu bunyinya, “Aja lungguh dhuwur bantal mengko tilise klebon klentheng” (jangan duduk di atas bantal, nanti anusnya bisa kemasukan isi kapuk), pasti saya langsung bisa menerima.

Tapi sayangnya, tidak ada alasan yang orang tua saya sampaikan atas akibat-akibat yang ditimbulkan ketika saya melakukan sesuatu hal yang dilarang itu. Kan ndak masok~ Tetapi menurut penjelasan praktis saya yang sok tahu ini, ketika kita duduk di atas bantal, bagian tubuh kita yang bersentuhan langsung dengan bantal adalah pantat. Itu sebabnya dalam wewaler tersebut, muncul bisul pada pantat ketika ada anak yang duduk di atas bantal akan terasa lebih ngena dan efektif untuk dipatuhi.

Nah melalui wewaler tersebut, orang tua hanya ingin memperingatkan bahwa yang dilakukan oleh si anak adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan norma kesopanan, yang kemudian ia sampaikan secara arif. Ungkapan itu juga tidak semata-mata mengancam anak dengan akibat-akibat menakutkan yang ditimbulkan ketika berbuat sesuatu yang tidak pas pada tempat dan situasinya. Orang tua jaman dulu juga tidak mungkin bermaksud nyumpahi dan berharap anaknya mendapat akibat-akibat buruk itu.

Baca Juga:

Rumah Joglo Memang Unik, tapi Nggak Semua Orang Cocok Termasuk Saya

8 Kosakata Boyolali yang Susah Diterjemahkan Warga Lokal dari “Horok” Sampai “Nine”

Atau jangan-jangan, akibat-akibat menakutkan itu memang dibuat karena saking dablegnya kita yang sering tidak nggugu dan patuh terhadap nasihat orang tua. Maka, dalam ungkapan wewaler tersebut cenderung menyertakan akibat dan efek yang tidak mengenakkan agar anak-anak merasa takut dan menghindari perbuatan yang kurang pas dan tak pantas itu. Itu cuma pemikiran saya saja sih. Tapi saya yakin, banyak orang-orang seperti saya ini yang dulu semasa kecilnya memang dableg dan tidak nggugu dengan perkataan orang tua. Kalau belum diancam akan mendapat akibat-akibat buruk yang bisa saja terjadi atau diambilkan pecut, ya belum kunjung manut.

Dari pemaknaan saya terhadap adagium ora ilok bertujuan bahwa orang Jawa khususnya orang tua, telah memupuk pengertian kepada generasinya agar selalu bertindak sopan dan sesuai etika yang berlaku dalam masyarakatnya. Mereka hendak menciptakan suasana yang seimbang dan harmonis kepada generasinya. Tapi yakinlah, orang tua dan mbah-mbah kita tidak maksud mengancam dan menakut-nakuti kita. Namun tak lain untuk kebaikan dan keseimbangan hidup anak cucunya.

Memang orang Jawa selalu menyampaikan ajaran dengan penuh misteri dan teka-teki. Sifat dan perilaku masyarakat Jawa dapat dilihat dari bahasa dan budaya mereka. Pendidikan budi pekerti melalui ungkapan-ungkapan khususnya wewaler tersebut telah turut membentuk pribadi anak agar selalu berlaku trap susila, sopan, beretika, empan papan, dan seimbang. Sudah selayaknya cara menasihati dengan arif layaknya mbah-mbah kita harus tetap kita lakukan dalam menebarkan benih kebaikan dan keserasian. Tidak hanya bagi orang Jawa, melainkan seluruh makhluk di bawana ini.

Ini menjadi tantangan kita di masa depan. Bagaimana memberi pendidikan dan nasihat kepada generasi selanjutnya yang nalar kritisnya semakin maju. Tentunya nasihat yang bisa mereka terima haruslah nasihat yang rasional. Sebagai penerus kaum orang tua, kita harus selalu menyesuaikan diri sesuai situasi dan kondisi dengan jaman. Harus nut ing jaman kalakone. Menembus ruang dan waktu.

Sumber gambar: Wikimedia Commons

BACA JUGA Melihat Keistimewaan Anak ‘Kalung Usus’

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 13 Mei 2020 oleh

Tags: AnakJawaora ilokOrang Tuapetuahwewaler
Afifa Enggar

Afifa Enggar

Seseorang yang sedang nunut ngangsu banyu di Sastra Jawa Universitas Sebelas Maret.

ArtikelTerkait

warisan balas budi kepada orang tua mojok

Balas Budi kepada Orang Tua Itu (Katanya) Merepotkan, Menyebalkan, dan Nggak Perlu

1 September 2020
shinchan

Label Nakal Crayon Shinchan, Bukti Orangtua Asia Tak Pernah Salah

24 Juni 2019
Begini Rasanya Jadi Orang Batak Keturunan Jawa Berwajah Timur terminal mojok

Begini Rasanya Jadi Orang Batak Keturunan Jawa Berwajah Timur

23 Maret 2021
Jogja 3 Kali Jadi Provinsi Termiskin di Jawa. Istimewa! (Unsplash)

Hebat! Jogja 3 Kali Jadi Provinsi Termiskin di Jawa! Wujud Konsistensi dari Daerah Paling Istimewa di Dunia

6 Juli 2024
tuyul orang tua bungkuk hantu mojok

Penjelasan tentang Mitos Orang yang Jalannya Bungkuk Tandanya Memelihara Tuyul

15 Juli 2020
Jember Selatan seperti “Anak Tiri” Kabupaten Jember (Unsplash)

Penderitaan Orang Jember Selatan yang seperti Menjadi “Anak Tiri” Kabupaten Jember karena Perbedaan Bahasa dan Budaya

9 Februari 2024
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

1 Desember 2025
Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang Mojok.co

Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang

2 Desember 2025
Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

1 Desember 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025
4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang Mojok.co

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang

3 Desember 2025
Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.