Kereta api lokal menjadi pilihan favorit banyak orang karena harganya yang terjangkau. Salah satu kereta api lokal yang jadi favorit adalah KA Pandanwangi. Kereta ini melayani rute Jember-Banyuwangi PP.
Tarif yang ramah di kantong membuat tiketnya selalu diburu masyarakat. Namun dengan sistem pemesanan yang hanya bisa dilakukan satu minggu sebelum keberangkatan, penumpang harus sigap berburu tiket demi mendapatkan kursi yang nyaman. Di setiap perjalanan bersama KA Pandanwangi, saya menemui berbagai tipe penumpang dengan banyak drama, misalnya seperti penumpang berikut ini.
#1 Siap-siap bertemu penumpang yang suka tukar tempat duduk di KA Pandanwangi
Kalau kalian pernah bertemu orang yang tiba-tiba meminta tukar tempat duduk di kereta api, rasanya pasti kesal, kan. Sebenarnya kita bisa memahami jika ada penumpang yang ingin bertukar dengan alasan masuk akal. Misalnya, orang tua yang ingin duduk berdekatan dengan anaknya yang masih kecil atau lansia yang kesulitan jika duduk terlalu jauh dari pendampingnya. Â
Akan tetapi di KA Pandanwangi rute Jember-Banyuwangi, saya menemukan beberapa orang yang dengan seenaknya sendiri meminta tukar tempat tanpa mempertimbangkan kenyamanan orang lain. Misalnya karena mereka ingin duduk di dekat jendela untuk menikmati pemandangan atau sekadar ingin berkumpul dengan teman-temannya. Padahal kursi yang mereka inginkan ada di gerbong lain. Akibatnya, kita yang sudah nyaman di tempat duduk harus repot-repot berpindah, membawa barang bawaan yang berat, bahkan berjalan jauh melewati gerbong-gerbong.Â
Tukar tempat duduk memang bisa menjadi bentuk toleransi dan empati, tapi ada batasannya. Sebaiknya sebelum meminta tukar tempat, pertimbangkan dulu apakah permintaan tersebut benar-benar perlu atau sekadar keinginan pribadi. Jangan sampai demi kenyamanan sendiri, kita justru merepotkan orang lain.
#2 Penumpang yang nggak mau pindah dari kursi orang lain
Selama perjalanan naik KA Pandanwangi rute Jember-Banyuwangi, saya menemukan ada saja penumpang yang dengan santainya duduk di kursi yang bukan haknya. Bahkan ketika pemilik kursi sebenarnya datang, mereka malah bersikap defensif. Ada juga yang sampai nyolot ketika diminta pindah, lho.
Sebenarnya para penumpang ini sudah punya tempat duduk sendiri, misalnya di sisi koridor, tapi mereka seenaknya bergeser ke kursi dekat jendela. Penumpang seperti ini kerap beralasan bahwa duduk di mana saja sama saja, padahal jelas tidak demikian. Parahnya lagi, ada juga yang sama sekali nggak memiliki tiket, tetapi tetap duduk dengan santai tanpa peduli.
Pada dasarnya, transportasi umum mengandalkan kesadaran dan etika dari setiap penumpang. Menghormati hak orang lain, terutama dalam hal tempat duduk, adalah bentuk dari rasa hormat dan kepedulian terhadap sesama. Jika semua orang bisa lebih disiplin dan menghargai aturan, perjalanan pun akan menjadi lebih nyaman bagi semua pihak.
Baca halaman selanjutnya: Bertemu penumpang yang membawa banyak barang…




















