Beberapa waktu lalu pas ada demo besar-besaran di hampir semua wilayah di Indonesia, banyak yang mempertanyakan keberadaan para anggota DPR. Ada juga yang mempertanyakan kerjanya DPR tuh apa sih sampai-sampai rakyat harus turun sendiri untuk menyuarakan aspirasi mereka.
Sebenarnya sih kita semua sudah tahu jawaban dari pertanyaan itu. Juga bisa menyimpulkan apa saja pekerjaan mereka. Kesimpulannya sama: kita tidak punya wakil rakyat. Atau, ya ada sih wakil rakyat, cuma pada budek kupingnya!
Bukan bermaksud menyerang anggota DPR secara personal. Juga tidak bermaksud mengkritisi kinerja DPR dari yang hanya ditunjukan secara fisik saja. Tapi kok ya selama ini, mereka memang tidak banyak membuat perubahan khususnya terkait dengan kemaslahatan rakyat yang mereka wakilkan.
Lah pas ada virus corona saja mereka baru menunjukan batang hidungnya…
Itu pun, bukan sebagai penyambung keresahan masyarakat di tingkat daerah, provinsi, atau nasional. Mereka datang bukan untuk mengkritisi betapa lambannya pemerintah dalam menangani pandemi ini. Bukan juga untuk mengingatkan pemerintah supaya tidak menjadikan wabah ini sebagai lelucon belaka. Sebaliknya, mereka malah ikut ndagel dan berkolaborasi dengan pemerintah melakukan blunder-blunder (seperti saat mengesahkan RUU yang kontroversial) yang merugikan rakyat yang mereka wakili.
Lebih parahnya, mereka sama sekali tidak bersimpati dengan para tenaga medis yang menjadi martir untuk bisa menangani kekacauan akibat keterlambatan pemerintah merespon pandemi ini. Bukannya mendahulukan para tenaga medis untuk melakukan rapid test terhadap virus ini, para anggota dewan yang terhormat malah meminta untuk mereka lebih didahulukan untuk dicek kesehatannya. Sungguh blunder sekali nalar para anggota dewan ini. Eh, emang sejak awal mereka punya nalar, ya?
Dan anehnya, kita tidak kaget dengan kejadian seperti ini. Seakan-akan sudah terlatih dan nrimo ing pangdum kalau para wakil rakyat yang terhormat ini emang suka cari sensasi. Bahkan masih hangat di ingatan kita kalau beberapa waktu lalu ada anggota dewan yang menolak dites setelah mereka pulang berpergian dari luar negeri.
Para anggota DPR nih apa tidak melihat bagaimana gentingnya situasi akibat pandemi ini? Di Itali, negara maju yang fasilitas kesehatannya terbaik saja sampai kewalahan hingga harus membuat pilihan-pilihan untuk menyelamatkan warga yang mana dan mengikhlaskan warga yang lain karena mereka punya keterbatasan peralatan, obat, dan tenaga medis yang ada. Kalau apa yang terjadi sekarang adalah sebuah film bergenre perang, di sinilah saatnya kita merasa greget dan terharu.
Saya tahu kalau para anggota DPR ini punya peran penting sebagai pembuat undang-undang. Tapi masalahnya, tenaga medis sekarang jauh lebih penting daripada sampeyan-sampeyan ini.
Mentang-mentang kalian punya privilese, mbok ya punya hati, lebih didahulukan para tenaga medis yang sekarang jadi garda terdepan dalam melawan pandemi ini. Mereka itu punya risiko yang lebih besar untuk terpapar virus daripada kalian sebagai Anggota DPR lho. Sekarang saja, sudah banyak tenaga medis yang berguguran. Dan ke depannya, bisa lebih banyak lagi karena mereka harus bekerja berdampingan dengan pasien yang sudah positiv virus corona ini.
Jujur saya greget sekali melihat berita soal anggota DPR yang minta dites terlebih dahulu ini. Ketika selama ini mereka tidak punya peran yang signifikan, mereka malah minta lebih diistimewakan.
Saya pikir hal seperti ini tidak bisa terus dibiarkan. Setidaknya kita harus bersuara untuk mendesak pemerintah agar rapid tes didahulukan kepada tenaga medis saja. Jangan sampai gara-gara kehabisan rapid test, tenaga kesehatan semakin berkurang, tapi stok anggota DPR tetap banyak. Padahal kita lebih butuh tenaga medis dibandingkan mereka yang suka bikin lelucon buat rakyat.
Pemerintah harus bikin skala prioritas. Kalau memang DPR ini masuk skala prioritas—dan lebih tinggi prioritasnya dibandingkan tenaga medis sebagai garda terdepan melawan pandemi ini, setidaknya kita harus dikasih tahu lah apa alasan yang membuat mereka lebih penting karena kami sebagai rakyat sama sekali tidak menemukan alasan tersebut. Bagi kami mereka lebih suka bikin sensasi daripada prestasi.
BACA JUGA Anggota DPR Periode Ini Sungguh Asoy, Banyak Nama Kontroversialnya! atau tulisan Taufik lainnya.