Tos sama saya kalau guru sejarah pas di sekolah dulu bikin ngantuk.
Saya begitu menikmati sejarah ketika menginjak dewasa. Bagi saya, sejarah seperti menonton film, seru! Ada alur dan tokoh dengan berbagai karakter yang membuat sulit ditebak.
Saya jadi heran, kenapa saat masih sekolah dahulu saya nggak menyukai sejarah ya? Boro-boro menganggapnya seru, saya sangat benci pelajaran sejarah. Pelajaran ini saya anggap mimpi buruk karena harus menghafal banyak hal dan gurunya yang membosankan.
Saya yakin hal seperti ini juga dirasakan banyak orang. Sejarah terasa begitu asyik ketika sudah dewasa, sementara ketika sekolah begitu menyiksa. Andai saja guru-guru sejarah di sekolah lebih pandai dalam menyampaikan materi, saya yakin banyak orang melek sejarah sekarang ini.
Dosa guru sejarah
Setelah saya renungkan, ketidaksukaan saya terhadap sejarah memang berawal dari guru-guru sejarah semasa sekolah yang begitu membosankan. Tidak pernah sekalipun saya mendapat guru yang asyik, semuanya memaksakan muridnya untuk menghafal. Termasuk, menghafal tahun-tahun yang banyak sekali itu. Alhasil, setiap pelajaran sejarah saya mengantuk. Perkataan guru masuk kuping kiri, keluar kuping kanan.
Hal ini ternyata banyak juga dialami oleh kawan-kawan saya yang lain. Apakah memang semua guru sejarah seperti itu ya? Bikin ngantuk hingga murid-muridnya benci dengan pelajaran yang diampunya.
Bukanya saya mau menyalahkan para guru sejarah ya. Saya tahu beban guru sangatlah banyak, tidak hanya mengajar murid-murid, tapi juga beban administrasi yang segunung itu. Namun, tetap saja, tugas utama untuk mengajar murid tidak boleh dilakukan setengah hati. Guru sejarah bisa bersiasat menggunakan metode lain yang menarik minat murid.
Storytelling mungkin bisa dicoba
Saya pikir metode paling menarik agar murid semangat belajar sejarah adalah story telling. Saya jatuh cinta pada sejarah juga karena gaya story telling buku-buku karya Langit Kresna Hariadi. Memang sih, cerita sejarah dalam novelnya tidak sepenuhnya tepat karena harus berkompromi dengan alur cerita novel. Namun, tetap saja, karyanya mampu memicu rasa penasaran untuk mencari tahu lebih lanjut.
Nah, saya harap guru-guru sejarah bisa seperti itu. Guru memicu rasa penasaran para murid hingga murid tertarik ngulik sendiri. Kalau rasa penasaran sudah timbul, dijamin murid dapat mudah memahami pelajaran.
Sekali lagi saya tekankan, tulisan ini bukan untuk merendahkan guru sejarah di mana saja berada. Saya hanya ingin pelajaran sejarah lebih digemari. Apalagi memahami sejarah sangat penting untuk mengenal jati diri bangsa. Ingat Jas Merah kan? Jangan sekali-kali melupakan sejarah.
Penulis: Diaz Robigo
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Nasib Guru Les di Kampung Serba Salah. Bayarannya Seret, Mau Menagih Sungkan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.