Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Madura Justru Amat Butuh Kereta Api!

Naufalul Ihya Ulumuddin oleh Naufalul Ihya Ulumuddin
28 Juni 2023
A A
Madura Justru Amat Butuh Kereta Api!

Madura Justru Amat Butuh Kereta Api! (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Kemarin, saya baru membaca tulisan dan Bung Akbar Mawlana. Tulisannya menyajikan judul yang cukup menyentak, yaitu Madura Tidak Butuh Kereta Api!. Karena ketegasan judulnya, maka saya coba baca untuk menelusuri alasan-alasannya. Selepas membaca, saya justru kecewa, ternyata alasannya penuh dengan kesimpulan-kesimpulan yang dangkal.

Intinya, ada tiga faktor mengapa Madura dirasa tidak butuh kereta api. Pertama, karena setiap orang Madura nggak mesti akan naik kereta api. Kedua, butuh dana super besar. Ketiga, kekhawatiran atas pedagang asongan. Tentu saja ini alasan yang cukup mengecewakan bagi saya.

Dalam kesempatan ini, selain menyanggah, saya akan tunjukkan bahwa adanya kereta api, justru lebih baik untuk Madura.

Belum tentu naik kereta api bukan berarti tidak butuh

Anggapan tidak butuh kereta api dengan alasan karena orang-orangnya “nggak mesti” mau naik kereta adalah anggapan yang terburu-buru. Bukankah memang dalam hidup dan setiap kebijakan umum selalu terselip ketidakpastian. Awal kereta hadir sebagai moda transportasi umum juga tidak serta merta orang mau menaikinya. Selalu ada proses pengenalan dan penyesuaian, sehingga terjadi kebiasaan.

Dengan kata lain, orang Madura justru sangat mungkin akan terus menggunakan kereta api dalam proses mobilitasnya di internal pulau Madura.

Argumen lain dalam tulisan bung Akbar juga menjelaskan bahwa masyarakat Madura lebih nyaman menggunakan transportasi pribadi. Nah, justru itu malah perlu dibuat kereta agar muncul fasilitas yang mendorong budaya bepergian menggunakan transportasi umum.

Bukankah persoalan yang berusaha dipecahkan adalah tentang kemacetan yang diakibatkan banyaknya orang yang menggunakan transportasi pribadi? Salah satu solusi jelasnya adalah dengan beralih ke transportasi umum, salah satunya kereta api. Lalu, bagaimana mungkin bisa beralih ke transportasi umum, kalau alternatif transportasinya saja ditolak?

Bangkalan ke Surabaya deket, ke wilayah Madura yang lain? 

Selain itu, di tulisan itu juga dijelaskan bahwa orang Madura lebih senang bepergian ke Surabaya. Bagi saya, sebagai orang Bangkalan yang memang wilayah kabupaten paling dekat Surabaya, argumen itu saya validasi benar. Tapi, belum lengkap dengan alasannya.

Baca Juga:

Perjalanan Bersama Joglosemarkerto Mengubah Cara Saya Melihat Kereta Ekonomi

Sudah Saatnya KAI Menyediakan Gerbong Khusus Pekerja Remote karena Tidak Semua Orang Bisa Kerja Sambil Desak-Desakan

ika saya ditanya, kenapa saya lebih sering ke Surabaya daripada ke Pamekasan atau Sumenep. Jawabannya jelasnya adalah karena jarak tempuh ke Surabaya lebih dekat dengan waktu tempuh yang cenderung singkat. Saya dari Bangkalan ke Surabaya hanya membutuhkan waktu 30-60 menit. Sedangkan untuk ke belahan Kabupaten Madura lainnya perlu waktu paling tidak 2-5 jam. Lamanya waktu di jalan ini yang bikin males bepergian ke sesama Madura.

Alhasil, saya sebagai orang Bangkalan justru lebih akrab dengan Surabaya dan Jawa daripada dengan Maduranya sendiri. Indikasinya jelas, saya dan sebagian besar masyarakat Bangkalan sepertinya lebih akrab dengan bahasa Jawa Surabayaan daripada bahasa Madura dari Sumenep. Bukankah ini agak aneh?

Lalu, bagaimana agar keanehan itu bisa dihentikan. Jawabannya ya menghadirkan transporatasi yang nyaman dan memangkas waktu perjalanan. Apa? Ya kereta api. Maka dari sini, semakin tampak kerapuhan argumen yang menganggap bahwa Madura nggak butuh kereta api. Justru Madura paling butuh kereta api. Bukan sekadar untuk gaya-gayaan dan mengurai macet, tapi juga penting untuk menghasilkan keakraban sosial antarmasyarakat Madura.

Sejujurnya, sebagai orang Madura asli, saya ingin mengeksplor dan lebih akrab dengan masyarakat Madura, baik Madura ujung Timur sampai yang paling Barat. Tapi, akses jalan yang begitu jauh dan memakan waktu sering bikin saya mager. Maka, hadirnya kereta api saya pikir akan membantu keakraban antar masyarakat Madura bisa terjalin lebih baik, karena jarak tempuh yang bisa dipangkas dengan kecepatan kereta.

Persaingan, kadang jadi jawaban

Argumen lain yang diajukan oleh Bung Akbar dalam tulisannya adalah bahwa adanya kereta api di Madura akan merugikan transportasi umum darat lainnya seperti bus. Bus akan mendapatkan banyak kerugian. Lagi-lagi saya pikir cara pandang ini juga terlalu negatif dan terburu-buru. Bukankah tujuan dari banyaknya transportasi umum adalah mengurai kemacetan, sehingga jalanan lebih lenggang dan perjalanan masyarakat menjadi lancar?

Faktanya hari ini kan banyaknya kecelakaan bus terjadi karena bus harus kejar banyak setoran sedangkan jalanan padat. Tidak heran jika di jalanan banyak “bus ngawur” yang akhirnya memunculkan kecelakaan maut.

Dengan bertambahnya transportasi umum seperti kereta api, akan membuat bus bisa berbenah secara manajemen, pelayanan, dan kecepatan dalam menjalankan perannya. Sehingga, bus bisa sama-sama melayani mobilitas masyarakat. Perlu diingat, bahwa transporasi umum dibuat tidak hanya untuk akumulasi profit yang berlebih. Melainkan juga untuk kesejahteraan umum yang lebih besar. Saya harap Bung Akbar tidak mengerdilkan cita-cita besar itu.

Mending keluar dana gede buat kereta api ketimbang dikorupsi

Argumen terakhir dari Bung Akbar adalah argumen yang paling umum, yaitu masalah dana. Setiap ada rencana pembangunan baru, bantahannya pasi klise soal dana. Dalam kasus kereta api ini, saya merasa fine-fine saja jika dana rakyat dialokasikan untuk hasil yang jelas-jelas bisa bermanfaat untuk kelancaran mobilitas sosial.

Selain itu, kelancaran itu akan mampu menghasilkan keakraban sosial yang sifatnya positif. Artinya, bukan hanya menghasilkan bangunan fisik yang progresif, tapi juga akan menciptakan budaya dan keakraban sosial yang lebih baik antar masyarakat Maduranya.

Lalu, bagaimana jika nantinya proyek itu dijadikan ladang korupsi? Saya pikir itu urusan lain. Sudah tidak lagi menyangkut urgensi kereta api di Madura, tapi itu sudah urusan moral dari niat baik pejabat di awal. Tapi sesekali, dari niat baik yang hadir, saya pikir perlu memberi ruang pikiran optimis dan positif untuk tumbuh dengan harapan kemajuan peradaban bersama.

Penulis: Naufalul Ihya’ Ulumuddin
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA 3 Rahasia Orang Madura Sukses di Perantauan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 27 Juni 2023 oleh

Tags: artikel balasankereta apimadura
Naufalul Ihya Ulumuddin

Naufalul Ihya Ulumuddin

Pegiat sosiologi asal Madura. Tertarik isu pendidikan, kebijakan sosial, dan keluarga. Cita-cita tertinggi jadi anak yang berbakti dan suami ideal untuk istri.

ArtikelTerkait

Mengadu Nasib di Jakarta Itu Berat, Lebih Baik Jangan kalau Belum Siap Mojok.co

Mengadu Nasib di Jakarta Itu Berat, Lebih Baik Jangan kalau Belum Siap

12 November 2023
7 Istilah Pertanian yang Hanya Diketahui oleh Petani Madura Mojok.co

7 Istilah Pertanian yang Hanya Diketahui oleh Petani Madura

7 Desember 2023
Hilangnya 9 Besi Penutup Got di Bangkalan Menegaskan kalau Orang Madura Memang Tak Layak Dibela

Hilangnya 9 Besi Penutup Got di Bangkalan Menegaskan kalau Orang Madura Memang Tak Layak Dibela

2 Agustus 2024
palang kereta

Palang Kereta dan Hal-Hal Menyebalkan Darinya

22 Juni 2019
Gaji Pekerja Jogja Sepele di Depan Gaji Penjaga Warung Madura (Unsplash)

Warung Madura Bahagia Kantongi Omzet 90 Juta per Bulan: Penjaganya Hidup Bahagia Banyak Duit Sementara Pekerja Jogja Merana Sampai Kiamat

25 Juni 2025
Paiton Probolinggo Memang Aneh Desa Bukan, Kota Juga Bukan (Unsplash)

Paiton Probolinggo Memang Aneh: Desa Bukan, Kota Juga Bukan

24 Desember 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

3 Desember 2025
QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025
Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025
Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025
Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

1 Desember 2025
Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang Mojok.co

Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.