Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Kesehatan

5 Pemicu Gangguan Kesehatan Mental bagi Seorang Pendeta

Yesaya Sihombing oleh Yesaya Sihombing
4 Agustus 2022
A A
5 Pemicu Gangguan Mental bagi Seorang Pendeta Terminal Mojok

5 Pemicu Gangguan Mental bagi Seorang Pendeta (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Bicara soal masalah kesehatan mental, sering dapat membuat kita terlalu cepat menyimpulkan dan menggeneralisir. Misalnya, kita dengan cepat menyimpulkan bahwa ada pihak “sakit” yang perlu disembuhkan, dan ada pihak yang selalu dapat menjadi penyembuh. Contohnya dalam konteks bergereja. Sebagian besar orang beranggapan, pihak yang bermasalah pastilah jemaat, sedangkan sang pemecah masalah adalah pendeta. Padahal kenyataannya tidak selalu demikian.

Banyak pendeta yang bukan hanya berposisi sebagai konselor, namun juga di kesempatan lain menjadi konseli dalam suatu proses konseling. Sayangnya, permasalahan para pendeta memang kerap dianggap tabu untuk dibicarakan.

Alhasil, ada pendeta yang sampai memutuskan untuk bunuh diri karena tidak tahan lagi dengan masalah yang dihadapi. Jarrid Wilson, misalnya. Ia adalah pendeta di sebuah gereja besar di Riverside, Amerika Serikat. Ia juga kerap menyuarakan isu kesehatan mental dalam pelayanan kesehariannya. Siapa sangka, Jarrid memutuskan untuk mengakhiri hidup di tahun 2019.

Hal tersebut tentu menjadi pelajaran mahal bagi para hamba Tuhan yang masih aktif dalam menjalankan tugasnya. Para hamba Tuhan ini sering abai mengenali tanda-tanda awal gangguan kesehatan mental yang menjangkitinya. Mudah emosi, stres-stres kecil, pikiran tidak jernih, dan memutuskan sesuatu tanpa pertimbangan matang, menjadi tanda yang patut diwaspadai. Pun demikian dengan pemicu-pemicu yang kerap membuat para pendeta mengalami gangguan kesehatan mental tadi.

Dengan berbekal pengalaman para pendahulu, setidaknya seorang pendeta dapat memetakan beberapa pemicu yang berpotensi menganggu kesehatan mental mereka.

#1 Panggilan hidup (life calling) yang tidak jelas

Sudah menjadi rahasia umum kalau ada orang yang masuk sekolah kependetaan bukan karena panggilan hidup. Mungkin dulunya masuk sekolah teologi karena gereja menyediakan beasiswa, atau mungkin juga karena tidak diterima di jurusan-jurusan umum universitas lain. Anggapannya, melanjutkan studi di sekolah teologi lebih mudah dan tidak ribet untuk dijalani.

Saat terjun langsung di dunia pelayanan, kenyataan tidak selalu sesuai dengan teori di bangku pendidikan. Akibatnya, ia akan berpikir ulang tentang jalan hidupnya dan bisa saja meninggalkan jalur kependetaan.

#2 Keinginan tampil sempurna

Nah, pemicu yang satu ini juga sering membuat seorang pendeta stres. Betapa tidak, seorang pendeta dituntut cakap mengajar, fasih berkotbah, perhatian kepada jemaat tanpa membedakan, dan menjadi personifikasi gereja bagi kalangan luar. Tuntutan-tuntutan itu memang wajar, dan seorang hamba Tuhan sudah paham mengenai hal tersebut.

Baca Juga:

Wahai Maba Jurusan Psikologi, Berhenti Menganggap Kuliah Ini Akan Menyembuhkan Gangguan Kesehatan Mentalmu

Lingkungan Kerja Toxic Membuat Karyawan Tidak Sejahtera Jiwa dan Raga

Namun, tidak semua hal bisa berjalan sempurna. Contohnya saya. Ada kalanya saya kekurangan waktu untuk persiapan berkhotbah, sehingga jemaat merasa “kurang kenyang”. Ada kalanya saat jemaat datang meminta bantuan doa, saya justru tidak berada di pastori.

Hal-hal semacam itu bila tidak ditanggulangi, akan berujung pada rasa bersalah yang berkepanjangan.

#3 Permasalahan jemaat

Secara umum, jemaat terdiri dari bayi, balita, anak kecil, remaja, pemuda, orang dewasa, keluarga, dan lansia. Walau dibantu oleh para majelis, penatua, diaken atau apa pun istilahnya, tetap saja seorang pendeta harus—setidaknya—mendengar dan tahu, bila terjadi masalah.

Dan yang sering bikin pusing justru adalah masalah antarjemaat. Misalnya, si A bermasalah dengan si B. Perkara yang personal ini kemudian bisa berkembang menjadi komunal, melibatkan keluarga A dan B, melibatkan pihak-pihak yang membela si A dan si B. Padahal permasalahan tersebut berawal dari hal sederhana, semisal tidak mendengar ketika disapa, atau terlewat saat bersalaman.

#4 Permasalahan organisasi/sinode

Pendeta suatu gereja tentu terikat dengan sinode tempat gereja tersebut bernaung. Meski tidak semua pendeta tergabung secara struktural dalam kepengurusan organisasi, namun ada saja potensi masalah yang bisa timbul gara-gara masalah organisasi.

Misalnya nih, saat ada pendeta di suatu daerah yang meninggal dunia, siapa yang akan menggantikannya? Mau tak mau, organisasi harus turun tangan.

Masalahnya, apakah pendeta pengganti langsung bisa cocok dengan jemaat yang dibina oleh pendeta terdahulu? Belum tentu. Bisa saja jemaat membuat laporan ke sinode dan hal tersebut menimbulkan ketegangan hubungan antara pendeta dan jemaat, maupun dengan sinode.

#5 Permasalahan keluarga

Inilah salah satu perbedaan antara pastor/romo dengan pendeta. Bila pastor/romo hidup selibat (tidak menikah), maka pendeta diperbolehkan untuk menikah.

Adanya keluarga tentu menjadi elemen pendukung dan penguat bagi kehidupan dan pelayanan seorang pendeta. Tapi jangan salah, ada juga hamba Tuhan yang justru stres karena masalah keluarga.

Misalnya, saat pendeta harus melayani jemaat, namun sang istri justru keluyuran ke tempat lain dan tidak mendampingi. Atau, saat ada anak pendeta yang nakal, dan kemudian menjadi bahan pergunjingan jemaat.

Tentu hal tersebut menjadi tekanan tersendiri dalam kehidupan seorang pendeta. Ibaratnya, orang akan berkata, “Keluarga sendiri saja tidak bisa dibina, lha kok mau membina jemaat?”

Itulah beberapa pemicu yang berpotensi menghadirkan gangguan kesehatan mental bagi seorang pendeta.

Keterbukaan terhadap masalah diri sendiri, berbicara dengan orang yang tepat, dan berdamai dengan kekurangan diri sendiri, dapat menjadi penolong bagi seorang pendeta, untuk menyelesaikan panggilan hidupnya sampai “garis akhir”.

Masalahnya, kita tidak pernah tahu garis akhir itu masih seberapa jauh. Yang pasti kita terus berjalan, dan bila lelah, tak ada salahnya beristirahat sejenak.

Penulis: Yesaya Sihombing
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Hal-hal yang Sering Dibicarakan para Pendeta Saat Kumpul Bareng.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 4 Agustus 2022 oleh

Tags: Gangguan MentalKesehatan Mentalpendeta
Yesaya Sihombing

Yesaya Sihombing

Pengamat segala hal.

ArtikelTerkait

story medsos

Sebulan Tak Melihat Story Medsos: Ini yang Kurasakan!

26 Agustus 2019
Jangan Ambil Jurusan Psikologi kalau Belum Siap Menghadapi Realitas Ini Mojok.co

Wahai Maba Jurusan Psikologi, Berhenti Menganggap Kuliah Ini Akan Menyembuhkan Gangguan Kesehatan Mentalmu

2 Agustus 2025
thomas wayne

Joker: Apakah Benar Arthur Fleck Adalah Anak Thomas Wayne?

14 Oktober 2019
Kukira Kau Rumah: Mental Health Awareness dengan Balutan Romansa Manis terminal mojok.co

Kukira Kau Rumah: Mental Health Awareness dengan Balutan Romansa Manis

8 Februari 2022
Buat Deddy Corbuzier, Luna Maya, dan Siapa pun yang Masih Anggap Remeh Kesehatan Mental terminal mojok.co

Buat Deddy Corbuzier, Luna Maya, dan Siapa pun yang Masih Anggap Remeh Kesehatan Mental

1 April 2021
kesehatan mental

Bicara Soal Gangguan Kesehatan Mental, Memangnya Sudah Cek Ke Ahlinya?

2 Juli 2019
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Angka Pengangguran di Karawang Tinggi dan Menjadi ironi Industri (Unsplash) Malang

Ketika Malang Sudah Menghadirkan TransJatim, Karawang Masih Santai-santai Saja, padahal Transum Adalah Hak Warga!

29 November 2025
5 Hal yang Jarang Diketahui Orang Dibalik Kota Bandung yang Katanya Romantis Mojok.co

5 Hal yang Jarang Diketahui Orang di Balik Kota Bandung yang Katanya Romantis 

1 Desember 2025
Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang Mojok.co

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Desember 2025
Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025
Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

3 Desember 2025
Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang Mojok.co

Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.