Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Surat Terbuka kepada Pemilih Jokowi Sedunia

Iqbal Aji Daryono oleh Iqbal Aji Daryono
25 November 2014
A A
esai-surat-terbuka-pemilih-jokowi-mojok
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Halo, teman-teman. Sudah makan?

Menyenangkan sekali ya, melihat mantan capres yang tempo hari kita dukung sekarang sudah bergerak dan bergerak. Bekerja dan bekerja. Percayalah bahwa kita, saya dan kalian semua, punya kontribusi dalam mendudukkan beliau di posisi tertinggi Republik Indonesia.

Di tengah kegembiraan itu, sebenarnya kita para pemilih Jokowi berada dalam situasi yang, ehm, rumit. Itu mesti disadari dan diakui.

Bagaimana tidak? Mulai Mas Jokowi dilantik hari itu, sebenarnya beban terberat bangsa ini ada di pundak kita. Iya, pundak kita. Lhooo, jangan ketawa, ini beneran!

Bayangkan saja, setiap saat kita para ex-jokower ini tegang. Saat penyusunan formasi kabinet kita tegang. Forum APEC kita tegang. Mas Joko jalan ke luar negeri kita tegang. Kenaikan BBM kita tegang. Penetapan Jaksa Agung kita tegang. Rentetan ketegangan yang nggak bakalan berhenti sampai bertahun-tahun ke depan! Aduduuuh.

Jelas saja tegang. Lha ya gimana, saat langkah-langkah Jokowi terindikasi ngawur, nggak sesuai janji kampanye, atau mengandung gelagat pelanggaran visi dan misinya, kita-kita ini yang dibuli! Masih mending kalau cuma teman Facebook atau Twitter yang ngebuli. Lha kalau pacar sendiri gimana dong? Kalau calon mertua sendiri? Pusiiiiing…

Kadang, sebagai orang terpelajar, sejujurnya sih kita mengakui ada kekeliruan-kekeliruan pada langkah Jokowi. Contoh yang paling anget ya penunjukan politisi Nasdem sebagai Jaksa Agung. Meski posisi Jaksa Agung setara menteri pun (yang artinya Presiden bebas memilih) toh logikanya posisi itu bakalan melempem ketika dekat dengan lingkaran-lingkaran kepentingan di sekelilingnya. Sementara, sebagai orang dekat Nasdem dan Pak Bos Brewok, dia kemungkinan ya… gimana ya. Ah, begitulah.

Rasanya jadi gatel banget, pengen protes keras ke Jokowi, nampol dia pakai seluruh akun media sosial. Facebook, Twitter, Instagram, Path, semua pingin kita kerahkan buat teriak, “Lhooo kok begini caranya, Mas? Masih banyak tokoh yang puluhan kali lebih hebat dari si Jaksa Agung baru ituuu!”

Sayang sekali, buat melontarkan kritik, kita terkendala satu hal: g-e-n-g-s-i. Iya, gengsi. Hahaha.

Mengkritik sosok yang sudah kita dukung berpeluh-peluh sampai bela-belain berantem tiap hari di Facebook dan Twitter, jelas sebentuk bunuh diri eksistensial. Ya, kan? Bayangkan saja, bakalan ada berapa banyak ex-prabower yang menyambut postingan kritis kita dengan penuh gairah. Semacam menerima lemparan bola lembut dari kita, untuk lantas men-smash-nya balik ke muka kita dengan kerasnya. Plakk!

Mereka itu emang masya Allah banget. Di bawah pimpinan Al-Mukarom Imam Jonru, sudah pasti mereka teriak: “Tuuuuh kan? Apa gw bilaaang?! Jokowi antek asing! Mana kerjanya cuma ngumpet di ketek Si Emak pula!” Atau, “Nah! Sekali lagi Jokowi menjilat ludah sendiri!! Ooo.. itu to yang kalian puja-puja macam nabi??” Dan sebagainya. Dan seterusnya. (Untung sekarang udah jarang terdengar yang pakai model-model “Buka mata!! Tanyakan pada hatimu!!” Kalau yang begitu-begituan ampun deh, Kakak.)

Dari semua ledekan, yang paling ngehek kalau ex-prabower sudah mulai ngomong, “Ah, andai Pak Prabowo yang jadi pemimpin kita, pastilah…. anu, anu, anu.” Jelas itu ngehek banget. Bagaimana bisa mereka mengandaikan begitu? Enak aja. Kita pun jadi ngebet menjawab, “Yeee, kalau Prabowo yang presiden, bakalan lebih parahh!! Emang dia bisa ngadepin tuntutan konsesi politik dari media besar yang selama ini bela dia mati-matian semacam punya Bakrie? Kalau Bakrie ngambek trus ngancam berbalik menentang, apa Prabowo berani? Belum lagi PKS, yang getolnya tiada tandingan itu? Apa bisa Prabowo menolak itu semua? Ha?!”

Kalau kita sudah menjawab begitu, kita dan mereka jadi sama-sama ngehek. Kenapa? Jelas dua-duanya nggak bisa dibuktikan, karena cuma “andai”. Lalu apa yang bisa diperdebatkan dari sebuah “andai”? Ini kan mirip kalau ada brondong songong bilang, “Ah, andai gue mau, tuh cewek udah pasti takluk sama gue. Cuma yaaa guenya yang enggak mau..” Noh, mau dijawab gimana, coba?

Tapi ya sudah. Harap kalian pahami dan sadari saja: ngeledek-ngeledek gitu sudah jadi jatah hak eksklusif teman-teman ex-prabower. Beneran. Ini memang mekanisme alam yang adil.

Iklan

Begini maksud saya. Waktu Jokowi menang, kita gembira luar biasa, pesta sejadi-jadinya. Itulah hak eksklusif kita. Sementara pendukung Prabowo nangis darah dan nggak doyan maem semingguan. Jadi ya fair-fair aja kalau sekarang gantian.

Ketika para ex-jokower sibuk ngemil tomat dan sayur-mayur untuk mencegah serangan jantung, kini ex-prabower tiap hari nonton tivi dengan santai. Kalau kebijakan Jokowi bagus, mereka toh kecipratan enaknya juga. Tapi kalau tindakan Jokowi sembarangan, mereka tinggal buka HP dan posting status: “Sekali lagi si Pinokio menunjukkan kebodohannya! Mau jadi apa negeri ini?” Aih aiiih, benar-benar kehidupan para ex-prabower itu nikmat dambaan seluruh umat manusia. Saya jadi ngiri..

Jadi, berhentilah mengeluh karena dibuli. Itu sudah konsekuensi kita karena mendukung salah satu capres, dan capres kita menang. Toh semisal Prabowo yang menang, ex-jokower-lah yang pasti menikmati hak mem-buli. Yakin deh. Kalau kalian nggak siap dengan risiko pertaruhan semacam ini, mending dari dulu safe playing aja bareng teman-teman saya seperti Mahfud dan Fahmi. Dari awal keduanya sinis kepada semua capres, sehingga siapa pun pemenangnya ya mereka tetap aman-tenteram-sentausa heuheuheu.

Maka, lebih baik sekarang kita lakukan yang semestinya. Ayo tetap dukung Jokowi, dengan cara menjaga agar dia tidak anjlok dari relnya. Berhenti memuja dan memuji tanpa pandang bulu atas semua sikap Jokowi, seolah dia itu bukan makhluk yang makan nasi dan doyan ngopi. Jokowi toh manusia juga. Dia bisa capek, bisa masuk angin, bisa ngantuk, bahkan juga bisa takut. Di situlah justru peran penting para suporternya untuk terus mendukung dia, menjaga tensi keberaniannya, mem-pukpuk pundaknya, biar mampu kukuh bersetia pada visi yang telah dirancangnya.

Melulu mendukung segala langkah Jokowi tanpa sikap kritis bukan cuma memalukan, tapi juga berbahaya. Terkait hal ini, ingat-ingatlah nasihat seorang bijak: “Akan datang suatu masa, ketika Jokowi dilemahkan justru oleh para jokower sendiri.” Nah.

Salam mojok.

 

Terakhir diperbarui pada 11 Agustus 2021 oleh

Tags: JokowerPemilih JokowiPresiden Jokowi
Iqbal Aji Daryono

Iqbal Aji Daryono

Penulis dari Bantul. Lulusan Sastra Jepang, UGM.

Artikel Terkait

Paspampres menjaga rumah Jokowi di Solo. MOJOK.CO
Ragam

Jalan Hidup Paspampres yang Mengawal Mantan Presiden Sepanjang Hayat

25 Februari 2025
Jokowi Adalah Harapan Palsu yang Cuma Bikin Sengsara MOJOK.CO
Esai

Rakyat Sudah Bosan dengan Jokowi si Harapan Palsu, Sudah Bosan dengan Kebijakan Asal Mau Asal Kebut

26 September 2024
Menelusuri Jejak Masa Kecil Jokowi di Dusun Gumukrejo Boyolali MOJOK.CO
Politik

Menelusuri Jejak Masa Kecil Jokowi di Dusun Gumukrejo Boyolali

2 September 2023
alun-alun kota kediri mojok.co
Politik

Kenapa Kediri Jadi Kota Redflag bagi Presiden untuk Dikunjungi?

30 Agustus 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.