MOJOK.CO – Yasonna Laoly membuat warga Indonesia jadi semangat ronda gara-gara program narapidana bebas.
Belakangan ini saya aktif di grup diskusi dengan media Discord. Kebutuhan untuk tetap berinteraksi dengan manusia di masa pandemik ini bisa dipenuhi dengan media tersebut. Aplikasinya nggak nyedot banyak kuota internet, bisa muat banyak orang, suaranya jernih lagi.
Mendekati tengah malam ketika asyik mengobrol, ada beberapa anggota diskusi yang pamit untuk ronda. Mereka jadi lebih semangat karena kampungnya jadi sasaran maling. Mereka bilang, semenjak program pembebasan narapidana olah Kemenkunham, tingkat kejahatan naik.
Alhasil intensitas ronda mulai meningkat. Padahal kita tahu sendiri, pandemi ini mengharuskan kita untuk saling jaga jarak. Tapi ronda mana coba yang jaga jarak? Kecuali posnya sebesar kolam renang olimpiade, lha baru bisa jaga jarak.
Nggak jaga kampung dimaling, kalau tetep keluar malam bisa kena penyakit. Remuk, ndes.
Rakyat Indonesia bingung dengan kebijakan ini. Wajar kalau mereka bingung, di mana logikanya membebaskan napi ketika ekonomi sulit? Niatnya bagus, biar napi nggak kena corona. Sayangnya, begitu para napi itu dibebasin, mereka nggak diawasi lagi.
Begitu ada kabar para napi berulah lagi setelah dibebaskan, Menkumham kita yang uwu, Yasonna Laoly, ikutan bingung kenapa mereka berulah. Menterinya aja bingung, apalagi kita yang rakyat.
Tapi lupakan dulu masalah Yasonna Laoly yang jadi bingung, ndak edan dewe koe mengko. Di balik kebijakan yang berefek negatif, sebenarnya ada hikmahnya. Gara-gara program napi bebas, orang-orang jadi nggak males berangkat ronda.
Kalau kita ngomongin ronda, yang ada di pikiran kita adalah sekumpulan bapak-bapak kerubutan sarung yang main kartu di pos kamling. Setelah main kartu, mereka muterin komplek ngambilin beras atau uang receh yang disebut jimpitan. Selesai muter, biasanya lanjut main kartu atau malah tidur berjamaah di pos.
Ronda emang kayak gitu, apalagi di kampung yang aman. Yang esensi awalnya adalah kegiatan swadaya masyarakat dengan tujuan keamanan lingkungan mulai bergeser menjadi kebutuhan interaksi sosial. Tapi karena program napi dibebaskan, esensinya kembali ke esensi awal.
Aksi jaga kampung sekarang lebih ketat. Dari bapak-bapak atau remaja yang main kartu berganti jadi mengawasi tiap sudut kampung dengan lebih khidmat. Peserta ronda tiba-tiba jadi seperti Paolo Maldini, yang siap sikat habis pemain lawan yang ada di depan.
Para warga jadi tidak males. Saya jadi membayangkan bapak-bapak yang biasanya klekaran sambil kaosnya digulung biar perut buncitnya keliatan jadi siaga tiap malam menjelang. Dengan badan tegap dan sarung dilipat, mereka menunggu panggilan tugas
Bapak RT keluar rumah lalu berteriak “IKUZO MINNA!!”, dan dijawab oleh warga RT “Yoshi!!!”.
Tanpa program narapidana bebas, ronda tidak akan seramai dan sesiaga ini. Karena satu program pemerintah gagal, rakyat jadi kuat dan saling menguatkan. Dipikir-pikir, ternyata pemerintah itu ada gunanya juga, ya.
Berkat Pak Yasonna, warga jadi rajin ronda.
BACA JUGA Logika Kartu Prakerja: Kalau Bisa Bayar, Kenapa Harus Gratis? dan tulisan menarik lainnya dari Rizky Prasetya.