MOJOK.CO – Tidak ada waktu paling tepat untuk menyesali takdir terlahir di Indonesia selain sekarang. Ketika kita bangun tidur, kita akan disuguhi polah ajaib para penguasa.
Saat ini adalah saat paling tepat untuk menyesali takdir terlahir di Indonesia. Semua karena tiap kita bangun tidur, ada saja kabar buruk yang berasal dari penguasa negeri ini.
Pada masa pandemi ini, hal terakhir yang orang inginkan adalah naiknya harga-harga. Sederhana saja, uang yang kita miliki tidak akan cukup untuk mencukupi kebutuhan saat pandemi ini belum terlihat titik terangnya. Baiklah, beberapa orang cukup kaya, tapi tentu saja nasib baik itu tidak dialami mayoritas orang di negara ini.
Tapi yang terjadi kemarin justru seperti ini,
Nobody:
Not even one:
Pemerintah: Tarif BPJS kembali naik dengan mengabaikan keputusan resmi Mahkamah Agung.
Mukegile.
Menaikkan tarif BPJS pada masa di mana membeli beras adalah suatu prestasi, jelas bukan solusi. Lagi pula kalau memang BPJS merugi karena ada cacat manajemen selama ini, kenapa jadi seluruh rakyat yang harus menanggungnya?
Kalau sudah begini, kesannya malah rakyat yang disuruh untuk bertanggung jawab atas ketidakbecusan orang-orang yang mengelola BPJS. Logika macam apa yang sebenarnya sedang dipakai oleh negara ini?
Kita terbangun dari tidur hanya untuk menyaksikan polah-polah ajaib penguasa yang bertindak begitu absurd.
Hari ini kita melihat para penguasa membacakan puisi. Kesan yang saya dapat dari melihat para penguasa membaca puisi tersebut berbeda. Percayalah, mahasiswa yang kuliah di jurusan sastra karena terpaksa membaca puisi jauh lebih baik dibanding para penguasa tersebut.
Beberapa saat yang lalu, muncul video klip lagu “Ora Mudik Ora Popo” yang dinyanyikan oleh Wiranto, Moeldoko, dan tokoh-tokoh lain. Lagu tersebut memberi pesan yang sama persis dengan judulnya: nggak mudik nggak apa-apa.
Padahal sebenarnya Wiranto dan kawan-kawan nggak apa-apa juga kalau nggak bikin lagu. Demi Tuhan, rakyat Indonesia bakal siap ikhlas kalau kalian semua nggak bikin lagu begituan. Bukan tugas kalian juga.
Pada kesempatan yang lain, Menteri Agama Fachrul Razi menggelar Kegiatan Doa Kebangsaan dan Kemanusiaan bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Fachrul Rozi mengajak umat untuk mengetuk pintu langit agar Tuhan mencabut ujian.
Langkah yang sebetulnya bagus jika pemerintah memang sudah berbuat semua yang bisa dilakukan. Sayangnya, negara autopilot ini malah meminta kita semua berdamai dengan wabah. Bukan berdamai karena sudah berjuang sekuat-kuatnya, tapi emang udah di taraf bingung mau digimanain lagi.
Pada selasa, 12 Mei 2020, Moeldoko selaku Kepala Staf Kepresidenan mengakui kepada Kompas bahwa komunikasi sejumlah menteri dalam kabinet belum optimal. Masih banyak menteri yang mengeluarkan informasi yang harusnya masih didiskusikan. Pembantu Presiden juga masih ada yang belum mampu menjelaskan programnya secara jelas. Hal tersebut menciptakan mispersepsi di publik.
Pernyataan Budi Karya terkait pesawat komersial diperbolehkan untuk pebisnis adalah contoh komunikasi menteri yang tidak optimal. Karena tidak ikut dalam pembahasan dikarenakan masih dalam tahap penyembuhan, maka Budi Karya tidak tahu persis dinamika yang terjadi.
Komunikasi ruwet ini disebabkan karena tidak semua tim internal para pembantu presiden ini punya kemampuan komunikasi yang mapan. Atau singkatnya, negara diisi oleh orang-orang tidak becus.
Membaca masalah-masalah di atas yang terjadi dalam kurun waktu yang tidak terpaut jauh, saya pikir memang Indonesia ini sedang diserang dua macam pagebluk, yaitu wabah penyakit dan ketidakwarasan para penguasa.
Polah-polah ajaib itu akan jadi komedi putar di saat-saat normal. Kita akan tertawa dan membuat lelucon tentang itu. Tapi di masa sulit seperti sekarang, polah-polah ajaib para pejabat lebih tepat disebut ironi.
***
Indonesia ini begitu indah. Terumbu karang yang cantik, laut yang indah, hutan yang menyejukkan mata, dan khazanah kuliner yang membuat dunia terlihat inferior adalah hal yang membuatmu bersyukur terlahir di negara ini.
Tapi tetap saja, tidak ada gading yang tak retak. Mengambil istilah dalam game, Indonesia yang penuh potensi dan kekayaan ini kena nerf dengan diberikan penguasa yang tidak becus dan bertingkah di luar nalar agar tidak overpowered.
Penguasa-penguasa ajaib tersebut akan membuatmu merasa asing dengan kemakmuran dan kebahagiaan di dalam negara yang memberimu kemakmuran dan kebahagiaan.
Saat-saat seperti ini, ketika kita bangun tidur dan mendengar kebijakan atau polah ajaib dari penguasa, kita hanya bisa bilang, “Ah shit, here we go again”.
Tiap bangun pagi mungkin yg tdk diharapkan orang bukanlah mengetahui perkembangan buruk apalagi korona hari ini; tetapi perkembangan buruk apalagi penguasa hari ini.
— Bre Redana (@BreRedana) May 14, 2020
BACA JUGA One Piece Mungkin Ceritanya Bermasalah, tapi Naruto Jelas-jelas Sampah dan artikel menarik lainnya dari Rizky Prasetya.