Kalaulah ada profesi yang sebenarnya dekat tapi terasa begitu jauh, boleh jadi itulah penjual Tupperware. Begitu dekat karena mereka menjual barang keperluan sehari-hari, tapi juga begitu jauh karena harga yang mereka tawarkan kerap tak bisa dijangkau oleh dana kebutuhan sehari-hari.
Sebenarnya ini cukup beralasan. Produk-produk Tupperware memang punya kualitas lebih ketimbang produk-produk serupa yang beredar di pasaran. Mulai dari botol air minum, kotak makanan, sampai toples Tupperware dibuat dari bahan plastik LDPE, alias low-density polyethylene, yang mana merupakan plastik yang aman dipakai berulang-ulang serta sudah memenuhi standar keamanan dunia.
“Selain aman, Tupperware ini juga garansi seumur hidup, Mas. Jadi kalau setelah beli dan Tupperware-nya rusak, Mas bisa minta ganti ke agen terdekat. Itu yang bikin harga Tupperware lumayan mahal,” kata seorang penjual Tupperware yang kami temui.
Tupperware biasanya dijual secara paketan. Misal, paket anak sekolah, isinya satu botol minum dan satu kotak makan anak beserta sendok dan garpu plastiknya. Atau paket kulkas, yang isinya tiga toples makanan masing-masing berukuran kecil, sedang, dan besar.
Untuk setiap paket yang terjual, para penjual Tupperware biasanya mendapat laba antara dua puluh sampai enam puluh ribu.
Bagi banyak orang, perkara minum, membawa bekal, dan menyimpan makanan mungkin perkara biasa. Namun, di tangan penjual Tupperware, ia bisa menjelma menjadi perkara yang begitu filosofis dan sentimentil.