MOJOK.CO – Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, sedang laris-larisnya. Mantan Menteri Pendidikan ini dijagokan untuk maju sebagai calon presiden (capres) tahun depan. Meski begitu, Gerindra yakin Anies tidak akan mengkhianati mereka, tidak seperti Presiden Jokowi pada Pilpres 2014 silam.
Menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2018 nama Anies Baswedan muncul ke permukaan sebagai calon presiden (capres) potensial. Kemenangan Anies pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta melawan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dianggap merupakan sebuah gambaran bahwa PDI-P dan Jokowi sudah tidak lagi begitu dominan di negeri ini.
Terlebih, perjalanan Anies mengingatkan pada perjalanan Presiden Jokowi saat Pilpres 2014. Seperti yang sudah diketahui, sebelum maju sebagai capres yang diusung PDI-P, Jokowi adalah pemenang Pilgub DKI Jakarta pada periode 2012. Saat itu Jokowi berpasangan dengan Ahok mengalahkan gubernur petahana Fauzi Bowo yang berpasangan dengan Nachrowi Ramli dan diusung oleh Partai Demokrat.
Melihat track record ini, tidak menutup kemungkinan Anies Baswedan akan meniru langkah Jokowi. Sebab, dengan elektabilitas yang masih tinggi—terlebih fakta bahwa mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini pernah mengalahkan jagoan PDI-P di Jakarta—tahun depan adalah waktu yang cukup berpeluang mengingat popularitas ini belum tentu bisa dipertahankan untuk beberapa waktu ke depan.
Lagi pula, Jokowi saat maju Pilgub DKI 2012 juga diusung oleh Partai Gerindra dan dua tahun setelahnya malah melawan salah satu partai yang mengusungnya. Keputusan Megawati Soekarnoputri untuk memberi mandat “petugas partai” untuk maju Pilpres 2014 juga didasarkan pada—salah satunya—aji mumpung. Mumpung sedang populer-populernya, mumpung lagi tinggi elektabilitasnya. Sehingga masuk akal kalau situasi sebenarnya PDI-P yang dikatrol perolehan suaranya oleh nama Jokowi, bukan sebaliknya.
Skenario ini hampir mirip-mirip dengan situasi sekarang. Apalagi secara populartas, nama Anies punya basis massa cukup lumayan dari dua sisi. Sebagai salah satu tim sukses Jokowi saat Pilpres 2014, Anies masih punya sedikit suara dari kubu pendukung Jokowi dan sebagian besar suara dari kubu pendukung Prabowo. Rekomendasi cawapres oleh Persaudaraan Alumni (PA) 212 yang memasukkan nama Anies adalah salah satu contohnya.
Meski begitu, Partai Gerindra sebagai pengusung Anies Baswedan untuk Pilgub 2012 masih yakin bahwa Anies tidak akan meniru langkah Jokowi.
“Saya rasa Mas Anies tidak akan menjadi ‘Jokowi Jilid Dua’ bagi Pak Prabowo. Karena Mas Anies lebih punya etika,” terang Andre Rosiade, Badan Komunikasi DPP Partai Gerindra. Lagian, menurut Andre, situasi yang terjadi pada Pilgub 2012 sebagian besar merupakan desain dari Prabowo.
Jika bukan karena Prabowo yang mendesak Megawati agar mau menyetujui Jokowi maju sebagai Cagub DKI Jakarta 2012, maka Jokowi tidak akan jadi Gubernur DKI Jakarta dan mustahil pula Jokowi akan maju menjadi presiden yang mengalahkan Prabowo pada Pilpres 2014.
“Kalau nggak karena Pak Prabowo, nggak mungkin (Jokowi) jadi gubernur. Kalau kita buka-bukaan, Bu Mega itu nggak setuju dengan Pak Jokowi. SK pencalonan Jokowi gubernur itu ditandatangani PDI-P last minute,” tutur Andre.
Bagi Andre, apa yang dilakukan Jokowi dan Megawati adalah salah satu pengkhianatan yang mencederai koalisi PDI-P dan Gerindra. Hal yang kemudian memperuncing permasalahan kedua partai ini meski sebelumnya sempat begitu mesra. Bahkan diungkapkan bahwa untuk mengamankan suara PDI-P di DPRD Jakarta pada waktu itu, Megawati awalnya ingin mendukung Fauzi Bowo (Foke), hanya atas desakan Prabowo yang bersikeras mendukung Jokowi Megawati pun memilih permainan berisiko dengan ikut melawan petahana.
Situasi ini sebagian sudah tercapai pada sosok Anies Baswedan. Sebagai sosok yang dipromosikan oleh Prabowo, kejadian bisa saja terjadi lagi, meski untuk sebagai capres hal ini dianggap mustahil oleh Gerindra. “Kalau maju pun, mungkin jadi cawapres Pak Prabowo,” kata Andre.
Satu hal yang mungkin diingat Gerindra, tidak seperti Jokowi yang terikat sebagai “petugas partai” PDI-P, Anies Baswedan bukan kader partai siapa-siapa. Benar memang Partai Gerindra mengusungnya bersama Sandiaga Uno di DKI Jakarta, hanya saja Anies bukanlah seorang kader partai.
Artinya secara keterikatan, Anies jadi lebih punya keluwesan dalam menentukan langkah politik dibandingkan Jokowi. Lompatan dari tim sukses dan menteri di kabinet Presiden Jokowi ke Gubernur DKI Jakarta yang diusung Prabowo adalah salah satu contoh bahwa segalanya bisa saja terjadi untuk satu tahun ke depan. (K/A)