MOJOK.CO – Kesan kuat atas Iqbaal yang lekat pada tokoh kecintaan banyak wanita, romantis, dan manis, seolah-olah menjadi kontra terbesar dari karakter Minke dalam Bumi Manusia yang tampak lebih tenang, dewasa, dan intelek.
Baru diberitakan lulus dari United World College di Amerika Serikat, Iqbaal Ramadhan langsung menjadi sorotan di dunia perfilman Indonesia. Pasalnya, baru-baru ini ia telah ditunjuk sebagai tokoh utama dalam film terbaru Hanung Bramantyo, Bumi Manusia, yang akan diproduksi dari buku berjudul sama karya Pramoedya Ananta Toer.
FYI, Bumi Manusia merupakan buku pertama dari tetralogi Buru yang diterbitkan oleh penerbit Hasta Mitra di tahun 1980. Ya, buku ini lahir 10 tahun sebelum kisah Dilan dan Milea dimulai pada Dilan 1990. Jauh!
Kesan kuat Iqbaal sebagai pentolan boyband Coboy Junior dan perannya sebagai Dilan dalam film Dilan 1990 rupanya menghadirkan analisis dan pendapat tersendiri dari banyak pembaca Bumi Manusia. Impresi atas Iqbaal yang lekat pada tokoh kecintaan banyak wanita, romantis, dan manis, seolah-olah menjadi kontra terbesar dari karakter Minke yang tampak lebih tenang, dewasa, dan intelek.
Sejak hari pengumuman peran film Bumi Manusia, nama Iqbaal terus dibicarakan, lengkap dengan pendapat para pengagum karya Pram.
Ariel Heryanto: Di twitter, saya mendapat pertanyaan bertubi2, apa pendapat saya tentang rencana difilmkannya novel Bumi Manusia.
Perasaan saya campur-aduk: sedih/gembira. Sesedih ayah yang akan kehilangan putri kesayangannya karena akan menikah. Gembira menyaksikan ia punya kehidupan baru dan lebih panjang, walau tidak terjamin semuanya akan OK.
Tetapi saya bukan penulis atau penerbit novel itu. Saya tak berhak merasa ikut-memiliki seperti cinta ayah pada putri kesayangannya. Jika pemilik hak-cipta atau pewarisnya sudah merestui, yah kita hormati saja. Dan Hanung salah satu sutradara yang terbaik RI yang tersedia saat ini.
Medium film berdurasi 2 jam harus memilih bagian kecil mana dari novel panjang itu akan diambil, dan sebagian besar akan dibuang. Ini pilihan sulit dan kejam. Terlebih lagi, karena ini film komersial, disponsori pengusaha dagang, pemilihan adegan itu tidak lepas dari pertimbangan komersial. Beda atau berlawanan dengan proses penulisan novelnya. Saya harus belajar bersiap kecewa.
@kukunyoyow:Â Membuat film dari adaptasi novel terbaik adalah siap menerima konsekuensi, dan itu wajar. Tapi pemilihan Iqbal menjadi Minke dalam Bumi Manusia (yg akan difilmkan) adalah strategi, sebab nyewa alat, ngeset dan tanggungan hidup sendiri/berkeluarga pekerja film itu tidak murah.
@vayakikin: Jadi gini, kenapa gue agak ‘kecewa’ karena:
1. Penggambaran Minke di novel tuh ga ada mirip-miripnya sama Iqbal. Di novel bumi manusia, Minke digambarkan sebagai cowok pribumi jelek (menurut orang Belanda) sehingga dipanggil Monkey. Tapi si Minke dengan lidah pribuminya gak bisa pronounce monkey kaya orang-orang Belanda, jadilah dipanggil Minke. Jadi seharusnya kalau mau cast ya minimal yang wajahnya Indonesia banget lah, gak harus jelek, tapi keliatan pribuminya gitu loh soalnya emang itu yg ditekankan di novel Bumi Manusia, yaitu bagaimana pandangan seorang pribumi Jawa Timur kelas menengah pada saat kolonisasi Belanda.
2. Karena sutradaranya Hanung, gue takutnya sih ini film bakal fokus ke kisah percintaan antara Minke sama Annelies doang padahal fokus utama Bumi Manusia itu perdebatan ideologi dan situasi sosial saat itu. Bukan cinta-cintaannya doang woy.
3. Gue kecewa aja kenapa sutradaranya Hanung, soalnya film-film dia tend to be apologetics—something I’m not fond of but majority likes.
4. Bumi Manusia adalah sebuah karya yang sarat muatan-muatan ideologis. Semoga yg menerjemahkan novel ini ke dalam film gak gagap dalam menerjemahkan muatan-muatan ideologis itu.
@pradipta19:Â Minke itu ada role modelnya. Pak Pram mengidolakan RM Tirto Adhi Soerjo buat bikin karakter Minke di Bumi Manusia. Jadi seharusnya casting ga semena-mena.
Jadi jangan asal “populer dan menarik millenials” aja. Kalo saya sih lebih setuju Minke itu casting baru yang tidak dikenal tapi dia adalah sosok yang familiar dengan dunia sastra atau tidak usah difilmkan sekalian. Bumi Manusia ga bisa loh disamain dengan “novel sastra” baru.
Tak sedikit, memang, yang menyayangkan penunjukkan Iqbaal sebagai Minke. Beberapa orang bahkan terang-terangan membandingkan deretan tokoh ini dengan pentas Bunga Penutup Abad (versi teater dari Bumi Manusia). Kala itu, yang memerankan Minke adalah aktor Reza Rahadian, sementara tokoh Annelies dan Nyai Ontosoroh diperankan oleh Chelsea Islan dan Happy Salma.
Namun demikian, Hanung Bramantyo meyakinkan bahwa penunjukkan Iqbaal sebagai Minke didasari pada keadaan tokoh Minke dalam cerita yang masih muda dan cukup millenial pada zamannya.
Meski dipenuhi penolakan dan kekecewaan, beberapa pihak tetap meyakini Iqbaal akan berperan dengan baik sebagai Minke. Berkaca pada penunjukkan dirinya sebagai Dilan beberapa saat lalu, ia harus rela menerima hujatan dan cacian bertubi-tubi, sebelum akhirnya membalas dengan penampilan gemilang saat filmnya selesai diproduksi. Siapa tahu, sejarah akan terulang kembali, bukan?
Lagi pula, sebagai bahan refleksi kita semua, coba renungkan mana yang akan kita pilih: merasa sangsi mengetahui Iqbaal yang jadi Minke atau merasa bosan karena lagi-lagi harus Reza Rahadian yang jadi tokoh utama?