MOJOK.CO – TGB minta agar ayat Al-Qur’an tidak dijadikan sebagai serangan politik. Gerindra malah menganggap ini terkesan menuduh oposisi.
Dukungan Gubernur NTB, Tuan Guru Bajang (TGB), kepada Jokowi untuk dua periode ditentang oleh banyak pihak karena dianggap berseberangan dengan suara sejumlah sekelompok muslim yang mendukungnya. Bahkan, tidak sedikit muncul reaksi keras dengan mengutip ayat suci karena langkah politik tersebut dianggap kurang pas.
Meski Ia memahami tidak akan dapat membuat bahagia semua pihak, mungkin karena agak kesel diceramahin banyak orang terus-terusan, ia memutuskan untuk mengunggah sebuah video di akun Instagramnya. Di video yang diunggah itu, ia ‘gantian’ berceramah. Dalam ceramah tersebut, ia meminta agar ayat-ayat perang dalam Al-Qur’an tidak digunakan untuk kepentingan politik.
TGB yang juga menjadi Ketua Alumni Universitas Al-Azhar Kairo Cabang Indonesia menegaskan bahwa Indonesia saat ini tidak sedang berperang. Justru, Indonesia merupakan sebuah bangsa yang harusnya saling mengisi dalam kebaikan. Ecieee~
Ia juga mewanti-wanti agar tidak menyebut lawan politik sebagai ‘Kafir Quraish’ dan menambahkan bahwa Pilpres 2019 bukanlah Perang Badar, bukan pula peperangan antara yang haq dan bathil.
Hal ini ia sampaikan selain untuk mengeluarkan kekesalannya, juga untuk kepentingan persatuan dan kesatuan umat agar tidak terpecah belah hanya karena memiliki pilihan politik yang berbeda menjelang Pilpres 2019.
Namun, seperti biasanya yang terjadi dalam politik, pro kontra pun muncul. Tidak semua sreg dengan apa yang disampaikan oleh TGB. PAN misalnya, melalui Wakasejen-nya, Saleh Partaonan Daulay, menganggap TGB tidak boleh melarang umat Islam untuk meletakkan landasan pandangan politik pada Al-Qur’an. Menurut PAN, bagi Islam, politik dan agama sudah berada dalam suatu ranah yang sama sehingga tidak dapat dipisahkan.
Sedangkan PKS, memilih untuk menghormati sikap politisi berusia 46 tahun tersebut. Menurut DPP PKS, Mardani Ali Sera, apa yang diungkapkan oleh TGB adalah sesuatu yang benar. Masyarakat Indonesia harusnya bersaudara. Laga-laga politik yang ada merupakan bagian dari kompetisi kebaikan, sebagai wujud keinginan berkontribusi untuk negeri.
Nah, kalau memang sama-sama bertujuan berkontribusi untuk negeri, enaknya kan saling mendukung aja. Ya, nggak?
Sebaliknya, Gerindra justru menganggap sikap TGB tersebut terkesan menuduh koalisi di luar pemerintahan Presiden Jokowi. Andre Rosiade, anggota DPP Gerindra, mengaku kaget. Hal ini dikarenakan, Gerindra yang dinilai berada di luar koalisi Jokowi, tidak pernah menggunakan ayat-ayat ataupun istilah ‘kafir’ seperti yang disampaikan TGB. Kok malah dituduh?
Lah, padahal kan TGB tidak menyebut salah satu pihak, loh. Hayooo, nggak boleh baper. Kalau memang nggak ngelakuin, nggak boleh tersinggung loh, ya.
Oke, ini sebuah ending yang klise. Beda pilihan boleh-boleh saja, namun jangan saling memaksa. Agar kita tetap bijaksana untuk tidak terpecah belah. Eaaaakkk~ (A/L)