MOJOK.CO – Permasalahan kebakaran hutan dan lahan di Indonesia belum juga usai. Indonesia pun sudah terlalu sering mendapatkan omelan dari negara tetangga karena kabut asapnya. Kali ini Universitas Tanjungpura mencoba mengatasinya dengan membuat alat pemadam kebakaran digital bernama Nyapar.
Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia memang semakin marak terjadi. Hal ini sering terjadi di wilayah yang memiliki lahan gambut. Kebakaran tersebut biasanya dikarenakan pembukaan lahan dengan cara dibakar. Namun musim kemarau saat ini juga tidak dapat dipungkiri sebagai pemicunya. Tidak hanya merugikan Indonesia saja, namun hal ini juga merugikan negara-negara tetangga akibat asapnya. Bahkan, Jokowi divonis melawan hukum di kasus karhutla.
Pada periode Januari hingga 3 September 2018 saja, satelit NOAA mencatat terdapat 3.042 titik panas di Indonesia. Yang mana ada sekitar 15.601,13 hektare kawasan gambut yang terbakar.
Berbagai upaya pun dilakukan untuk memadamkan kebakaran tersebut. Mulai dengan pengerahan masyarakat yang peduli api, Manggala Agni untuk melakukan pemadaman dari darat serta water boombing hingga membuat hujan buatan.
Namun sayangnya, usaha-usaha tersebut belum terlihat hasilnya secara maksimal. Hal ini dikarenakan sulitnya memadamkan kebakaran di lahan gambut. Pasalnya, meski api di permukaan tanah sudah padam, namun bara di dalam tanah terus membakar gambut. Sehingga menyebabkan asap masih terus mengepul keluar. Asap inilah yang kemudian sangat menganggu masyarakat dalam beraktivitas.
Dikarenakan api di dalam tanah masih belum benar-benar padam, maka yang kemudian juga dikhawatirkan, ketika cuaca sedang panas akan memicu munculnya kembali api. Sehingga permasalahan di satu titik menjadi tidak berkesudahan.
Permasalahan lainnya, selain kedalaman gambut yang cukup tebal sehingga menjadi sulit dipadamkan, sumber air di lahan gambut juga sulit ditemukan.
Untuk mengatasi permasalahan yang sudah cukup lama melanda Indonesia itu dan sebenarnya membuat Indonesia sudah cukup lelah diomeli oleh negeri tetangga, baru-baru ini Universitas Tanjungpura (Untang) membuat alat pemadam karhutla dengan sistem digital yang kemudian diberi nama Nyapar.
Dekan Fakultas Kehutanan Untan, Gusti Hardiansyah mengungkapkan bahwa membutuhkan waktu dua tahun untuk meriset dan menciptakan alat tersebut.
Ada beberapa kelebihan alat ini dibandingkan alat pemadam lain yang manual. Nyapar merupakan alat digital yang dapat dikontrol dan didesain portabel sehingga lebih memudahkan untuk memadamkan titik kebakaran.
Alat yang menghabiskan biaya sebesar Rp20 juta per unit ini sudah dilengkapi dengan selang, tiga nozzle yang masing-masing punya fungsi berbeda. Ada nozzle yang berfungsi konvensional, Ada noozle fire ground yang berfungsi untuk memadamkan api yang berada di dalam tanah. Nozzle kedua ini dapat membantu memadamkan kebakaran di dalam gabut.
Alat ini semi robotik yang menggunakan power bank untuk mengendalikan nozzlenya. Jika biayanya ditambah, Nyapar bisa mencari sendiri titik panas tersebut. Nyapar dapat bekerja dengan menyemprotkan air dalam jangkauan 30-50 meter. Semakin besar kekuatan mesin pendorong, maka jangkauannya pun bisa semakin jauh.
Mesin pendorongnya pun berbentuk portable, sehingga dapat digendong di punggung seperti ransel dan dapat dibawa dengan motor sehingga memudahkan untuk menjangkau wilayah yang sulit diakses. Alat ini juga sangat efisien, karena dapat dioperasikan oleh satu operator saja.
Nyapar telah dipatenkan oleh Untan dan siap untuk digunakan. Saat ini, sebagai tahap awal, ada enam unit Nyapar yang akan diserahkan ke beberapa desa. Desa tersebut menjadi target kerja sama Untan dan Indonesia Climate Change Strust Fund (ICCTF)/Bappenas.
Semoga nyapar memang dapat bekerja maksimal ya. Selain mencari cara untuk mengatasi kebakaran tersebut, sekalian cari solusi yang benar-benar pas untuk mencegahnya, yuk. Beneran nih, sungkan banget sama negara tetangga kalau kita keseringan mengotori udaranya~ (A/L)