MOJOK.CO – Menanggapi dihentikannya proses pencarian korban KM Sinar Bangun, Ratna Sarumpaet dan Luhut Pandjaitan berdebat di depan keluarga korban.
Tragedi tenggelamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba bulan lalu masih menyisakan duka yang mendalam bagi keluarga korban. Pasalnya, dari 192 orang yang mulanya dilaporkan hilang, hingga kini masih ada 164 korban yang jenazahnya diduga turut tenggelam di kedalaman ratusan meter.
Setelah melalui proses pencarian korban yang ditangani langsung oleh Badan SAR Nasional, Kepala SAR Medan yang juga merangkap sebagai Koordinator Tim Pencarian KM Sinar Bangun, Budiawan, menetapkan bahwa per 3 Juli 2018 besok proses ini akan ditutup.
Terasa berat, keputusan ini merupakan hasil diskusi tim SAR, pimpinan daerah setempat, serta seluruh keluarga korban. Meski awalnya menolak dan mengajukan keberatan, keluarga korban menyatakan telah merelakan keputusan ini. Bersama-sama, mereka melaksanakan proses tabur bunga di Danau Toba untuk menghormati jenazah keluarga yang turut menjadi korban.
Tak hanya tabur bunga, monumen bertuliskan nama korban pun juga dipastikan bakal dibangun.
Sebagai perwakilan dari pemerintah yang turut berduka, Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan turut hadir dalam acara tabur bunga yang penuh haru. Namun, yang menjadi sorotan warga justru terjadi saat Luhut tengah diberi waktu untuk berbicara. Ada apa?
Dilansir dari Detik.com, Luhut tengah memulai sesinya berbicara dengan menyampaikan perasaan duka dari Presiden Jokowi ketika Ratna Sarumpaet, sang aktivis perempuan, datang secara tiba-tiba ke dalam Posko Badan SAR Nasional.
Di sinilah ‘drama’ perdebatan yang mengejutkan benar-benar terjadi antara Luhut Pandjaitan dan Ratna Sarumpaet. Saking dramatisnya, perdebatan ini seakan berlangsung dalam empat babak sederhana di lokasi dan waktu bersamaan.
Babak pertama dimulai dengan kemunculan mendadak Ratna yang menyebut dirinya sebagai perwakilan pihak keluarga dan menentang keras rencana penghentian pencarian jenazah korban KM Sinar Bangun.
“Tidak perlu diwakilkan, saya bicara sama mereka langsung. Tidak perlu Ibu wakilkan,” sanggah Luhut pada Ratna Sarumpaet.
Teguran Luhut ternyata tidaklah mempan. Perdebatan berlangsung ke babak kedua.
Kala itu, Ratna terus berusaha bersuara dan meminta pencarian korban terus dilanjutkan. Menurut Ratna Sarumpaet, masalah ini merupakan “persoalan kemanusiaan”—yang diucapkannya dengan nada meninggi.
Pernyataan Ratna disambut riuh dari warga yang hadir. Babak ketiga lantas muncul, ditandai dengan berdirinya seorang keluarga korban di antara Ratna dan Luhut. Dengan tegas, wanita ini langsung bicara kepada Ratna. Dikutip dari Viva.co.id, beginilah isi pernyataan wanita tersebut:
“Ibu, saya lebih paham Danau Toba. Jangan disalahkan pemerintahan, masyarakat juga salah. Adat, adat, Bu. Jangan salahkan pemerintah. Masyarakat juga ada salahnya, tidak membersihkan.”
Sebagai balasan panas, Ratna melemparkan satu pernyataan tegas, “Kamu jangan mau dibayar.”
Terkejut, wanita keluarga korban ini menolak dirinya dianggap dibayar. Suasana kian panas tatkala ia melawan dan bicara, “Saya juga dari masyarakat, Bu. Saya tidak ada dibayar. Ini pesan dari leluhur!”
Seakan tak puas hadir dalam tiga babak yang berlangsung riuh—padahal suasana yang tercipta mulanya haru dan sunyi—Ratna Sarumpaet masuk ke babak keempat sembari menegaskan, “Ini saya cuma perlu ngomong sama Pak Luhut!”
Debat tak terduga ini ditutup dengan penyataan tegas Luhut yang memastikan dirinya akan bicara dengan Ratna setelah acara berlangsung. Dari rekaman audio yang beredar mengenai debat ini, Luhut disebutkan berkata, “Kamu bukan prioritas saya pertama. Prioritas saya rakyat ini. Kau boleh ngomong sama orang lain macam-macam. Jangan sama saya! Ngerti kau!”
Karena suasana kian memanas, Ratna Sarumpaet terpaksa diusir keluar posko setelah dengan suksesnya membuat keluarga korban menangis.
Ratna mengaku dirinya datang atas nama Ratna Sarumpaet Crisis Center dan bermaksud mengkritik keputusan pemerintah yang menghentikan pencarian korban. Menurutnya, proses ini harus dilanjutkan karena baru berlangsung selama dua minggu.
Sementara itu, tim SAR sendiri menegaskan bahwa penghentian upaya pencarian ini tidak berarti bahwa tim SAR akan berhenti bekerja. Pemantauan akan terus dijalankan seluruh tim, sembari melakukan pengawasan untuk mengantisipasi ditemukannya korban sewaktu-waktu. (A/K)