MOJOK.CO – Polisi protes dengan keputusan Anies yang terlalu terburu-buru merobohkan JPO. Pasalnya, hal ini membuat arus lalu lintas semakin macet.
Keputusan Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta, untuk merobohkan Jembatan Penyebrangan Orang (JPO) yang ada di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat ditentang oleh polisi. Hal ini dipicu oleh kekhawatiran polisi terkait dampak padatnya lalu lintas akibat perobohan JPO tersebut.
Kakorlantas Porli Irjen Royke Lumowa, menyesalkan perobohan JPO yang terlalu buru-buru dalam eksekusi dan menganggap akan lebih baik jika menunggu gelaran Asian Games selesai. Apalagi perobohan ini dilakukan justru sekitar 18 hari sebelum Asian Games dimulai.
Selain itu, Royke menyayangkan Anies yang tidak berkoordinasi terlebih dahulu dengan polisi Ia khawatir pelican crossing akan menganggu lalu lintas di kawasan Thamrin. Karena penyeberangan sebidang ini namanya pelican crossing, orang menyeberang di jalan, bukan elevated atau di atas.
Royke juga meminta kepada Dinas Perhubungan (Dishub) DKI bersama polisi untuk menjaga ruas tersebut agar tidak menimbulkan kemacetan karena warga yang menyeberang.
Ia pun meminta Anies seharusnya menyelesaikan terlebih dahulu penyebrangan underpass sebelum merobohkan JPO. Ya, rencananya underpass ini akan terintegrasi dengan MRT untuk menggantikan fungsi JPO.
Menanggapi hal tersebut, Anies mengungkapkan, perobohan jembatan penyeberangan ini sama saja akibatnya meski dilakukan dalam waktu dekat atau tidak. Menurut Anies, tidak perlu dipermasalahkan karena pada akhirnya JPO juga tetap akan dibongkar, “Toh, pada ujungnya tetap akan dicopot, bukan?” begitu pungkasnya.
Ketika meninjau ke lokasi bekas JPO Bundaran HI yang sudah dirobohkan, Anies tampak sumringah karena pemandangan Patung Selamat Datang di Bundaran HI telah terlihat lebih jelas tanpa terhalangi JPO yang sudah diganti pelican crossing.
Pasalnya, keputusan Anies segera merobohkan JPO agar Patung Selamat Datang terlihat untuk menyambut tamu-tamu negara yang turut serta dalam Asian Games 2018.
Dalam tinjauannya ke lokasi, Anies pun mencoba untuk menyeberang lewat pelican crossing dengan menggunakan lampu rambu bagi pejalan kaki dan pengendara. Pejalan kaki punya waktu 13 detik untuk menyeberang dan hal ini sudah dikalkulasi Dishub. Namun, dengan waktu tersebut, penyeberang jadi harus buru-buru agar tidak terjebak lampu lalu lintas yang kembali berubah warna.
Pembongkaran JPO ini telah dilakukan pada Senin (30/7) malam hingga Selasa sekitar pukul 05.00 WIB. Saat pembongkaran tersebut dilakukan, jalan sekitar Bundaran HI hingga Thamrin ditutup.
Penanggung jawab proyek, Effendi, menjelaskan rencana awal perobohan jembatan penyeberangan ini disanggupi pihak kontraktor akan dikerjakan selama satu bulan. Lalu setelah diskusi akhirnya disepakati bisa dikerjakan selama empat hari. Namun karena Anies meminta dikerjakan secepat mungkin, akhirnya hal tersebut dilakukan tidak sampai satu malam.
Wiiihhh, ngalah-ngalahin Bandung Bondowoso, yaaa~
Dalam proses tersebut, pihaknya dibantu oleh Dishub DKI yang berperan dalam proses pengaturan rekayasa lalu lintas. Kendala dari proses perobohan JPO tersebut, hanya satu ruas yang ditutup, ruas sisi satunya masih digunakan untuk melintas. Hal ini membuat Effendi dan tim perlu melakukan berbagai pertimbangan saat proses pengangkatan kerangka JPO agar tidak jatuh.
Tapi yang masih terasa ngganjel nih, Pak Anies kok terlalu buru-buru sih untuk membongkar JPO HI. Bukankah akan lebih nyaman dan aman kalau nunggu penyebrangan underpass nya selesai dulu. Ini seperti hanya fokus memperindah tapi justru mengabaikan manfaatnya. Apalah arti Patung Selamat Datang terpampang nyata, tapi arus lalu lintas jadi makin carut marut. (A/L)