Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Ketika Alumni UGM Saling Pamer Kisah Cinta di Grup Facebook Kagama

Puthut EA oleh Puthut EA
27 Januari 2018
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

[MOJOK.CO] “Apa saja sih yang bisa dipamerkan dari kisah cinta semasa kuliah?”

Grup Keluarga Alumni Gadjah Mada (Kagama) horeg. Awalnya grup Kagama kalau tidak salah hanya ada satu, tapi kemudian pecah menjadi beberapa. Pasalnya apa lagi kalau bukan soal dukung-mendukung Ahok dan Anies? Politik dalam hal seperti ini memang sungguh nggatheli.

Horegnya salah satu grup Kagama itu berawal dari sebuah thread yang sepele. Kira-kira bunyinya begini: “Mari pamer mantan. Siapa coba yang berani pamer lama-lamaan pacaran dengan satu orang saat kuliah di UGM?“

Awalnya, jawaban para alumni sangat biasa. Ada yang mengaku cuma pacaran seminggu. Ada yang setahun. Ada pula yang 3 tahun dst. Komentar baru ramai setelah salah satu alumnus UGM sebut saja namanya Dimas, anak FT ’98, membuat pengakuan: sembilan tahun pacaran, setahun tunangan, tapi bubar!

Segera komentar itu memicu banyak komentar lain sampai ratusan. Dan mulai banyak pengakuan.

“Mas Dimas selama pacaran selama itu dapat apa?”

“Bathi sithik,” jawabnya.

Bathi alias untung itu sontak mengundang rasa penasaran. Bahkan ada yang meminta Dimas agar menceritakan kisah cintanya selama 9 tahun plus 1 tahun yang berakhir seperti cangkir kopi yang kesenggol. Pecah berantakan.

Baru kemudian Dimas menyadari bahwa di grup itu ada banyak temannya yang menjadi saksi kisah cintanya. Akhirnya dia teriak, “Bubaaaar, bubaaar! Ada yang banyak kenal si diaaaa!”

Tentu saja teriakan seperti itu justru membuat grup Kagama yang versi apolitis ini justru makin gempar.

“Saya pacaran 5 tahun,” pengakuan salah satu anggota grup, “tapi putus karena terpaksa.”

Tidak lama kemudian ada komentar balasan. “Ooo jadi putusmu dulu itu karena terpaksa?!”

Kembali grup horeg. Ternyata yang menyusul komentar adalah istri dari sosok yang berkomentar. Celetukan berbagai versi segera berhamburan…

“Jangan bukain pintu, Mbak!”

“Hajar, Mbak!”

Iklan

“Wah, berarti suamimu masih cinta sama mantannya, Mbaaak! Jangan kasih kendooor!”

“Minggat wae, Mbaaaak!”

Lalu ada yang berkomentar, seorang relawan pengajar. “Saya sudah tunangan. Setelah tunangan, saya bertugas mengajar di Asmat selama setahun. Di sana susah sekali bisa teleponan sama mantan saya. Pas saya pulang, ternyata tunangan saya sudah menikah… Saya putus asa, kecewa, dan hampir bunuh diri.”

Komentar ini pun ramai ditanggapi. “Oalaah, Mas… Apes betul nasibmu.”

“Coba merenung, Mas. Jangan-jangan mantan tunanganmu itu saat tunangan sebetulnya nggak suka sama kamu. Dia cuma kasian sama kamu!”

“Kalau misalnya jadi bunuh diri, kira-kira metode apa yang dipilih Mas Fawaz?” Eh maaf, kelepasan tertulis namanya.

“Untung nggak jadi bunuh diri, Mas. Kalau jadi kan grup ini nggak asyik…”

Ada yang cuma komentar, “Sing tabaaah ya, Boooos!”

Terus ada seorang laki-laki dari Sospol yang mengaku, “Saya kuliah 4 tahun, IP bagus, tapi nggak pernah pacaran. Nggak pernah nakal. Sekarang malah mulai nakal…”

Langsung komentar bertubi-tubi menghujaninya. “Kalau pacaran saja nggak pernah, berarti pegangan tangan juga nggak pernah ya? Sakno uripmu, Luuuur!”

“Terus apa enaknya kuliah kalau enggak pernah pacaran, Mas?”

“Sekarang nakalnya seperti apa sih, Mas? Coba ceritakan di sini dong…”

Si mas yang berkomentar langsung merevisi ucapannya: “Enggak nakal sih, cuma sesekali minum bir…”

Lalu ada yang nyeletuk. “Wkwkwk nggak berani ngaku karena di grup ini ada adik iparnya, Sodara-sodara!”

Suasana grup tambah panas. Tambah ramai. Tambah mendebarkan.

Ada juga komentar landai seperti ini: “Saya pacaran hanya setahun menjelang lulus. Setelah lulus, kami menikah sampai sekarang.”

Komentar landai seperti itu langsung disambar, “Lha terus enaknya apa kalau pacaran cuma setahun lalu menikah, Mbak?”

“Kisah cintamu nggak bisa dibikin novel, Mbaaak!”

Ada pula yang polos mengaku: “Saya pacaran hanya sebulan, habis itu dia pacaran sama teman saya.”

“Disyukuri saja, Mas. Setidaknya dia tahan pacaran sama kamu selama sebulan…”

“Itu artinya temanmu lebih menarik dibanding kamu, Mas.”

Tapi dalam kondisi kayak begitu, ada juga yang agak mau terkesan bijak. Dia menulis komentar seperti ini: “Belum tentu orang yang ditinggalkan pacarnya itu tidak berkualitas. Saya contohnya. Saya pemain basket. IP saya bagus. Saya pintar menulis. Saya juga pengamat budaya. Penyair juga. Bisa menggambar juga. Pintar otomotif. Tapi tetap ditinggal pacar. Dia pasti menyesal meninggalkan saya!”

Lalu ada yang menyahut, “Kamu hebat, Om! Serbabisa. Pasti sekarang kerjamu serabutan ya?”

Muncul pula komentar semacam ini: “Saya pacaran 8 tahun. Menikah dengan pacar saya. Sekarang punya dua cucu.”

Segera ada yang mengingatkan, “Bapak ini sudah tua, mungkin seumuran Pak Jokowi. Jangan dibuli ya, Adik-adik?”

“Saya nggak akan membuli kok, Mas. Cuma mau tanya, itu pacarannya pakai balsem ya, kok awet…”

Sampai tulisan ini saya buat, masih ada ratusan komentar terus berdatangan. Termutakhir yang saya lihat adalah komentar yang bunyinya seperti ini: “Saya belum pernah pacaran. Sekarang umur saya 35 tahun. Cukup mapan. Jika ada yang serius, kita bisa ta’arufan…”

“Woooogh ini yang namanya ngepooot!”

“Mas, grup ini bukan biro jodoh!”

Begitulah grup yang konon merupakan salah satu universitas terbaik di negeri ini. Celometan. Sebagian komentar di atas benar-benar begitu adanya. Sebagian saya sunting supaya lebih enak dibaca. Sebagian lagi, adalah karangan saya.

Soalnya saya ikut grup Kagama satunya lagi. Grup yang isinya hanya politik melulu. Ahok. Anies. Ahok. Anies. Politik memang punya sisi bangsatnya.

Tapi yang lebih bangsat lagi adalah admin grup Kagama yang ada kisah soal ini. Grup yang banyak membuat orang tertawa. Tapi pas saya daftar bergabung, sampai sekarang nggak juga disetujui.

Akhirnya saya cuma bisa menyaksikan beberapa orang di sekitar saya tertawa membaca grup ini. Sungguh tembelek!

Terakhir diperbarui pada 27 Januari 2018 oleh

Tags: alumniGrup facebookKagamakuliahpacaranUGM
Puthut EA

Puthut EA

Kepala Suku Mojok. Anak kesayangan Tuhan.

Artikel Terkait

Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO
Ragam

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
UGM MBG Mojok.co
Kilas

Gadjah Mada Intellectual Club Kritisi Program MBG yang Menyedot Anggaran Pendidikan

28 November 2025
Dari Pakistan, Menemukan Cinta di Universitas Sanata Dharma MOJOK.CO
Esai

Kisah Seorang Pengelana dari Pakistan yang Menemukan Indahnya Toleransi di Universitas Sanata Dharma

19 November 2025
Kompetisi Futsal Campus League 2025: “Derby Karangmalang” (futsal UGM vs UNY) Masih Milik Kampus Biru MOJOK.CO
Aktual

Kompetisi Futsal Campus League 2025: “Derby Karangmalang” Masih Milik Kampus Biru

10 November 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.