Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Rizky Prasetya oleh Rizky Prasetya
1 Desember 2025
A A
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Saya tidak mau memungkiri, di antara daerah yang masuk eks keresidenan Surakarta yang lain, Wonogiri adalah yang paling terkenal dan tidak terkenal di saat yang sama. Ia amat dikenal jika kita ngomongin mi ayam, tapi di saat yang sama, orang-orang tak tahu apa pun tentang daerah ini.

Banyak yang menarasikan Wonogiri seakan-akan daerah yang masih dipenuhi beruk di jalan-jalan dan kami, para warganya, berkelana dengan gerobak yang ditarik sapi. Perantaunya seakan-akan dianggap orang tak berbudaya, mengerti peradaban baru setelah turun dari bus, dan melihat Monas seakan-akan patung Jesus besar di Brazil.

Kalau narasi itu katakanlah muncul di tahun 2011, okelah. Internet masih mahal, orang percaya ada gadis dikutuk jadi ikan pari, dan percaya bahwa penggundulan lahan untuk sawit itu baik. Tapi, kalau masih ada yang percaya kayak gituan di 2025, sebenarnya gimana pola pikirnya?

Padahal kau tidak bisa bicara Surakarta, atau Solo Raya tanpa membahas Wonogiri. Meski kabupaten ini kecil, dan upahnya adalah salah satu yang terkecil di Indonesia, tapi tak bisa juga Tanah Suci Mi Ayam ini dipinggirkan begitu saja.

Wonogiri tidak sesepele itu

Wonogiri punya sejarah panjang dan krusial. Kota Gaplek adalah basis perjuangan Raden Mas Said melawan kolonial. Dari situ saja sudah terlihat bahwa sejak dahulu kala, daerah ini tidak bisa dipandang sepele.

Membawa sejarah memang kerap dipandang sebagai tabiat orang kalahan, kayak fans MU. Tapi untuk kali ini, saya merasa sejarah harus saya bawa karena tak sedikit orang menganggap Kota Gaplek sesepele itu, dan tidak punya sumbangsih apa-apa. Padahal, kalau mau luangkan waktu, bisa tahu kalau daerah eks kerisidenan Surakarta paling selatan ini punya andil yang besar dalam masa perjuangan.

Kalau tak suka sejarah, baiklah, saya akan bawa-bawa keunggulan daerah. Saya berkali-kali bilang, Wonogiri adalah tempat tinggal terbaik karena memang kota ini masih amat asri. Kalau kalian orang kota besar butuh main ke daerah-daerah cuman buat liat yang ijo-ijo, saya, warga akamsi, tinggal keluar rumah.

Dari rumah saya menuju rumah ibu saya, saya melewati beberapa sawah, sungai, dan hutan. Pemandangan hijau menyegarkan itu bukan bayaran kerja keras bagi kami, tapi sudah menyatu dengan nadi.

Maka kalau ada yang bilang orang Wonogiri banyak yang chill, saya setuju. Kami melihat hal tenang, indah, dan segar tiap hari. Kalian-kalian beruk beton kota besar mana relate. Tiap hari kalian berjibaku di jalan raya, kejar-kejaran lawan waktu, yang dilihat ya itu lagi, itu lagi. Gimana atimu ra elek, cah.

“Udah ada listrik?”

Saya agak sedih ketika ada kenalan asli Wonogiri memilih mengaku Solo, tapi di saat yang sama, paham juga kenapa. Sebab, ketika mengaku aslinya mana, bisa jadi dianggap primitif, tak berbudaya, tak kenal listrik, tak paham Pancasila. Kalian yang warga-warga kabupaten, pasti tahu betul rasanya gimana.

Bagi orang-orang kota dan sok beradab, kita warga kabupaten dianggap sebagai makhluk yang perlu dikasihani dan dikenalkan peradaban. Ini yang selalu saya liat tiap ada tulisan tentang Wonogiri atau kabupaten-kabupaten lain. Seakan-akan, kami ini makhluk kasta ketiga yang perlu diteliti.

Maksudnya, ayolah, kotamu itu juga nggak maju-maju amat kok. Kau ini juga nggak beradab-beradab banget. Toh, banyak banget tokoh nasional asli Kota Gaplek. Suwiryo, wali kota pertama Jakarta setelah Proklamasi itu kelahiran Wonogiri. Soedjarwo, Menteri Kehutanan Indonesia era Orde Baru juga kelahiran Kota Gaplek. Suharto juga sempat menghabiskan masa kecil di Wuryantoro.

Dan, tentu saja, Gregoria Mariska Tunjung, pebulutangkis wanita, peraih medali perunggu Olimpiade Paris 2024, adalah putri kebanggaan Wonogiri. Nikah aja dia di Monumen Bedol Desa Wonogiri. Cuk, kui cedak omahku. Kalau sore sering jadi tempat jualan bakso bakar.

Anggap kami sama

Tapi poin saya bukan itu. Saya ingin orang-orang Wonogiri itu dianggap sama sebagaimana ketika kalian melihat orang Surakarta atau Solo. Dianggap sama, dan dianggap berbudaya. Narasi kalian ketika bikin tulisan jangan seakan-akan kami ini udik. Perantau Kota Gaplek di Jakarta itu bisa jadi sebelumnya udah kuliah di Bogor atau Surabaya. Toh kami ini mengecap pendidikan tinggi juga.

Iklan

Apa yang kalian temui di kota besar, ya kemungkinan besar juga kalian temui di Kota Gaplek. Kami ini nggak primitif. Ini udah 2025, segala kemajuan sudah hampir merata. Lagian Wonogiri ini diapit Jogja dan Solo plis, kami ini terpapar kemajuan sama besarnya dengan kota-kota lain.

Bahwa kami masih banyak yang merantau, peluang kerja industri kreatif kecil, tak bisa dimungkiri juga. Tapi, itu masalah banyak daerah di Indonesia. Apalagi kami ada di Jawa Tengah, yang memang belum seksi perkara ekonomi. Jadi ya, wajar kalau mungkin tidak semaju yang ada di pikiranmu.

Tapi, bukan berarti kamu bisa memandang kami warga kelas dua. Kami bukan cuman pelengkap Surakarta. Kami bagian Surakarta yang bangga dengan diri kami sendiri. Kalian ini cuman menang fasih ngomong lo-gue, perkara skill, bisa diadu. 

Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 4 Pertanyaan yang Bikin Warga Wonogiri Naik Darah dan catatan menarik lainnya di rubrik POJOKAN

Terakhir diperbarui pada 1 Desember 2025 oleh

Tags: gregoria mariska tunjungsejarah wonogirisoloSurakartawonogiri
Rizky Prasetya

Rizky Prasetya

Redaktur Mojok. Hobi main game dan suka nulis otomotif.

Artikel Terkait

Warung Jayengan Pak Tris di Solo. MOJOK.CO
Ragam

Sempat Dihina karena Teruskan Usaha Warung Mie Nyemek Milik Almarhum Bapak, Kini Bisa Hasilkan Cuan 5 Kali Lipat UMK Solo

10 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO
Liputan

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Menjajal GoTransit yang Terintegrasi dengan GoCar, “Keluyuran” di Jogja dan Solo Jadi Lebih Mudah Mojok.co
Ragam

Menjajal GoTransit yang Terintegrasi dengan GoCar, “Keluyuran” di Jogja dan Solo Jadi Lebih Mudah

28 November 2025
pabrik semen, pracimantoro, wonogiri.MOJOK.CO
Aktual

Dari Panggung Rock in Solo untuk Pegunungan Sewu: Suara Musik Keras Menolak Pabrik Semen Pracimantoro

4 November 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Menteri Kebudayaan Fadli Zon dan Wali Kota Agustina Wilujeng ajak anak muda mengenal sejarah Kota Semarang lewat kartu pos MOJOK.CO

Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang

20 Desember 2025
Olahraga panahan di MLARC Kudus. MOJOK.CO

Regenerasi Atlet Panahan Terancam Mandek di Ajang Internasional, Legenda “3 Srikandi” Yakin Masih Ada Harapan

23 Desember 2025
Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

23 Desember 2025
elang jawa.MOJOK.CO

Melacak Gerak Sayap Predator Terlangka di Jawa Lewat Genggaman Ponsel

23 Desember 2025
Pasar Petamburan di Jakarta Barat jadi siksu perjuangan gen Z lulusan SMA. MOJOK.CO

Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah

19 Desember 2025
Gagal dan tertipu kerja di Jakarta Barat, malah hidup bahagia saat pulang ke desa meski ijazah S1 tak laku dan uang tak seberapa MOJOK.CO

Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia

19 Desember 2025

Video Terbaru

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

23 Desember 2025
Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.