MOJOK.CO – Menghubungkan hari sial dengan klenik kayaknya sudah nggak relevan. Tapi, weton memang sering jadi kambing hitam hari sial orang-orang.
Saya adalah contoh orang yang tumbuh tanpa mengetahui mitos kejawen dan hal-hal yang berkaitan dengan itu. Sebagai buktinya, orang tua saya sama sekali nggak ngerti gimana menentukan hari baik untuk tanggal pernikahan berdasarkan weton orang yang akan menikah. Keluarga kami bahkan tak pernah mempraktikkan hal itu secara turun-temurun. Sama sekali no clue.
Tapi, tentu saja ada sebuah titik di mana saya jadi kepo soal primbon Jawa, apa yang dimaksud weton, dan segala kultur yang membangun kepercayaan orang akan hal klenik. Satu mitos atau kepercayaan yang belakangan saya dengar adalah weton yang dihubungkan dengan hari sial.
Redaktur Mojok, Yamadipati Seno, mengiyakan teori ini. Katanya, dia selalu merasa emosian, teledor, dan pelupa di hari wetonnya. Rasanya ada saja yang terasa salah di hari itu. Ini bukan sekali dua kali dia rasakan. Di beberapa kesempatan, dia selalu punya firasat akan hari sial, ndilalah ketika diperhatikan, hari sial itu sama dengan wetonnya. Mau bilang kebetulan, kok ya terjadi berkali-kali begitu sih.
Sebetulnya saya percaya akan konsep “hari sial”. Kamu pasti pernah merasakan, minimal sekali, saat semua hal terasa begitu menjengkelkan seharian. Saya sering mengalaminya ketika PMS sih, hehehe. Namun, di beberapa kesempatan, hari sial itu datang di luar sirkulasi datang bulan dan bikin saya mbatin, “Hari ini kenapa sih! Aku kenapa sih!”
Sebetulnya ada dua jenis mitos yang menghubungkan weton dengan hari sial. Mitos pertama menganggap bahwa hari wetonnya adalah hari sialnya. Jadi, misalnya kamu lahir pada Senin Pon, di setiap Senin Pon sepanjang hidupmu, itulah hari-hari sialmu.
Mitos kedua adalah dengan dihitung. Perhitungan ini pun ada tiga macam. Ada yang dihitung 4 hari setelah hari umum dan hari pasaran Jawa. Jika kamu lahir Senin Pon, cara menghitungnya begini.
Senin + 4 hari = Senin, Selasa, Rabu, Kamis
Pon + 4 hari = Pon, Wage, Kliwon, Legi
Hari sial bagi yang lahir Senin Pon adalah Kamis Legi.
Cara menghitung yang kedua hampir sama, tapi ada yang berpendapat harinya ditambah 7.
Senin + 7 hari = Senin, Selasa, Rabu, Kamis Jum’at, Sabtu, Minggu
Pon + 7 hari = Pon, Wage, Kliwon, Legi, Pahing, Pon, Wage
Hari sial bagi yang lahir Senin Pon adalah Minggu Wage.
Cara menghitung yang ketiga agak berbeda pada perhitungan hari umum dan pasaran Jawa. Hari umum ditambah 4, pasaran Jawa ditambah 3.
Senin + 4 hari = Senin, Selasa, Rabu, Kamis
Pon + 3 hari = Pon, Wage, Kliwon
Hari sial bagi yang lahir Senin Pon adalah Kamis Kliwon.
Di antara tiga cara menghitung itu, saya sama sekali nggak tahu apa bedanya. Kenapa ada yang menjumlahkan 4 hari, 7 hari, atau 3 hari, ya ndak tau kok tanya saya. Yang jelas, kepercayaan masyarakat memang sudah terbentuk begitu. Bisa jadi, ada jenis perhitungan hari sial lainnya juga. Mau percaya yang mana, tentu terserah. Nggak percaya kan juga boleh~
Orang Jawa percaya bahwa di hari sial, kita dianjurkan berpuasa selama tiga hari atau puasa ngapit weton. Jika kamu lahir Senin Pon, kamu sudah dianjurkan puasa sejak Minggu Pahing sampai Selasa Wage. Minimal, berpuasalah sehari pada Senin Pon. Katanya sih, katanya lho, bakal menghindarkanmu dari kesialan.
Yang lebih ekstrem, beberapa orang yang percaya mitos kejawen ini menyarankan kita tidak keluar rumah di hari sial. Ah, masa harus cuti tiap ketemu weton, kan kocak juga. Jadi kalau percaya dan pengin hati-hati banget nih, ada 4 hari di mana kita nggak boleh keluar rumah. Wah, gabut gabut dah tuh di rumah.
Demi mencocokkan kepercayaan weton dengan hari sial, saya akan mengingat kapan saya pernah sebal seharian dan mencocokannya dengan salah satu perhitungan. Saya nggak mau ngasih tahu weton saya sih, katanya berbahaya. Jadi ngawang aja deh ya.
Sekira dua minggu yang lalu saya berniat nonton film bareng kawan-kawan di salah satu mal di Jogja. Sampai mal, saya salah parkir yang harusnya di lantai atas, malah di bawah. Ini membuat saya harus naik 5 lantai pakai eskalator karena lift tidak memungkinkan dipakai. Beberapa eskalator juga mati. Sampai bioskop, kursi sudah penuh dipesan, studio penuh sesak ABG yang ketawa-ketiwi. Saya nggak jadi nonton, pulang dari mal tersebut pun saya masih harus jengkel. Dua kali saya nyasar, pergi ke toilet, toiletnya rusak. Sampai rumah kawan, saya tak bisa masuk karena kuncinya bermasalah. Intinya hari itu memenuhi kriteria disebut sebagai hari sial.
Sayangnya setelah dihitung, tak ada satu pun dari metode perhitungan di atas yang pas dengan weton saya. Baiklah, jangan menyerah, kita ganti hari.
Beberapa waktu yang lalu, saya patah hati. Nah ini! Setelah cekcok dengan mantan, tak ada jalan keluar. Permasalahan justru semakin pelik saat mantan saya melibatkan pacar barunya yang baru saya tahu, ternyata mereka menjalin hubungan sebelum kami bubaran. Nah, kurang sial apa hari itu. Baiklah saya ingat kapan tanggal peristiwa menjijikan itu terjadi, lalu saya hitung.
Alamak! Ternyata pas dengan cara perhitungan pertama. Hari umum + 4 hari, pasaran Jawa + 4 hari. Kok bisa gitu ya?
BACA JUGA Cinta Kami yang Kepentok Weton Wage dan Pahing dan artikel lainnya di POJOKAN.