Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Tafsiran Penerimaan

Agus Mulyadi oleh Agus Mulyadi
27 Juni 2018
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Malam yang membosankan, berat rasanya bagi tubuh untuk bergerak keluar kos dan mencari makan. Puji tuhan, Indonesia diberkahi oleh Allah dengan dikaruniai sesosok manusia jenius bernama Nadiem Makarim, sosok yang dengan cerdasnya membuat aplikasi yang memungkinkan rakyat Indonesia yang pemalas untuk bisa memesan makanan tanpa harus keluar dari peraduan.

Malam itu, saya menjadi salah satu dari sekian banyak rakyat Indonesia yang pemalas.

Saya ambil ponsel, buka aplikasi Go-food, otak-atik sebentar, dan langsung saya pesan makanan yang ingin saya nikmati.

“Sesuai aplikasi ya, Mas,” pesan saya melalui aplikasi pada driver Go-Jek di seberang sana yang mengambil orderan saya.

“Ya, mas, ditunggu,” balasnya singkat.

Sembari menunggu driver memesankan makanan yang saya pesan, saya membaca buku kumpulan kolomnya almarhum Bondan Winarno yang “Seratus Kiat” itu. Saya memang menyukai kolom-kolom Bondan Winarno. Ia sosok yang tak hanya fasih mengucapkan kata “Maknyus”, tapi juga piawai menulis kolom yang maknyus pula.

Belum juga tiga halaman saya dapat, si driver Go-Jek sudah mengirimi saya pesan.

“Mas, barangkali sekalian mau top-up Go-pay, Mas” tulisnya

“Boleh, Saya isi 50 ribu, ya,” balas saya.

“Oke, makasih, Mas, berkah dalem,” balasnya lagi.

Saya paham betul kebahagiaan kecil yang dia dapat. Sebagai driver Go-Jek, ia memang mendapatkan bonus poin tambahan setiap kali ada pelanggan yang mengisi saldo Go-pay melalui dirinya. Mangkanya, tak heran jika banyak driver yang kerap menawari pelanggannya mengisi saldo Go-pay.

“Sudah saya kirim,” kata dia

“Nggih, siap, Mas.”

“Semoga lekas menikah, banyak anak, banyak rejeki, banyak teman.”

Iklan

“Aamiin.”

Didoakan begitu rupa, tentu saja saya girang dan menyunggingkan senyum. Selepas itu, saya merasa geli. Geli karena… ehm, dari mana dia tau kalau saya belum menikah?

Namun bukan itu poinnya. Poin yang cukup membuat saya termenung justru ada pada doa “Semoga banyak teman” itu. Entah kenapa, didoakan begitu, saya kok ya malah merasa agak kikuk dan wagu.

Lha gimana, didoakan begitu, saya seakan-akan jadi merasa seperti orang yang tak punya teman, orang yang dikucilkan, apatis, orang yang dijauhi banyak orang, sampah masyarakat. 

“Ya Tuhan, apakah sesempit ini pergaulan saya sampai saya didoakan agar saya punya banyak teman?”

Inilah yang dinamakan tafsiran penerimaan. Apa yang datang baik, tak selalu bisa diterima dan diartikan dengan baik pula. 

Saya jadi ingat dengan kawan saya, Niko namanya. Ia bekerja sebagai seorang SPB (Sales promotion Boy) di salah satu gerai alat elektronik di sebuah mal di Magelang.

Ia terbiasa mengantar barang pesanan pembeli sekaligus membantu instalasi, setting, atau pemasangan alat elektronik seperti tivi, kulkas, mesin cuci, dan sebagainya.

Dari memasang alat elektronik tersebut, ia kerap mendapatkan uang tip dari pembeli.

Banyak ucapan yang menyertai pembeli saat memberinya uang tip. Dari mulai “buat jajan”, “buat beli rokok”, sampai “buat uang bensin”. Namun, ada satu ucapan yang baginya terdengar sangat wagu dan cukup mengganggu di telinganya: Buat beli makan.

Tak ada yang salah dengan ucapan “Buat beli makan,” namun ucapan tersebut pada titik tertentu memang terasa berbeda.

“Entah kenapa, pas pembeli bilang ‘buat beli makan ya, Mas’, itu, aku jadi merasa bahwa aku ini orang yang nggak pernah makan dan nggak kuat beli makan,” kata Niko sewaktu bercerita kepada saya. “Aku merasa kere.”

Saya tak bisa berkomentar banyak, sebab bagi saya, memang ada benarnya juga.

Sekali lagi, ini perkara tafsiran penerimaan.

Contoh lain tentang perkara ini yang cukup bisa menggambarkan dengan jelas bagaimana tafsiran penerimaan ini bekerja adalah pengamen di bus kota.

Bayangkan, suatu ketika, Anda naik bus kota yang tak terlalu ramai dengan pengamen di dalamnya. Kebetulan Anda duduk di kursi paling belakang.

Si pengamen selesai menyanyi dan kemudian mulai mengedarkan kantong iurannya. Sial bagi si pengamen, ternyata dari ujung depan sampai deretan kursi belakang, tak ada satu pun yang memberinya duit.

Lebih sial lagi Anda, sebab walau Anda prihatin dengan si pengamen, namun rupanya, Anda pun tak punya uang receh. Sehingga, ketika si pengamen sampai di kursi Anda, Anda hanya bisa tersenyum sambil memberikan tanda maaf dengan tangan.

Si pengamen tampak sebal. Ia kemudian bilang kepada Anda, “Nggih Mas, Semoga perjalanan Anda menyenangkan, semoga selamat sampai tujuan, aman, dan tidak terjadi apa-apa setelah ini.”

Jantung Anda langsung berdesir.

Doa “Semoga tidak terjadi apa-apa setelah ini” tentu saja adalah doa yang baik. Tapi entah kenapa, ia terdengar seperti bukan sesuatu yang baik.

Doa tersebut membuat Anda merasa setelah ini bakal terjadi apa-apa dengan Anda.

Sekali lagi, inilah yang dinamakan tafsiran penerimaan.

Saya yakin, Anda pasti pernah mengalaminya.

Terakhir diperbarui pada 27 Juni 2018 oleh

Agus Mulyadi

Agus Mulyadi

Blogger, penulis partikelir, dan juragan di @akalbuku. Host di program #MojokMentok.

Artikel Terkait

ILUNI UI gelar konser untuk bencana Sumatra. MOJOK.CO
Hiburan

ILUNI UI Gelar Penggalangan Dana untuk Sumatra lewat 100 Musisi Heal Sumatra Charity Concert

6 Desember 2025
Lagu Sendu yang Mengiringi Banjir Bandang Sumatera Barat MOJOK.CO
Esai

Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat

6 Desember 2025
musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO
Hiburan

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO
Kampus

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.