Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Meningkatkan Self Esteem Berkat Foto Before-After Jasa MUA

Audian Laili oleh Audian Laili
12 Februari 2019
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK. CO – Sebagai bahan promosi, jasa MUA sering menunjukkan foto before-after wajah klien yang tampak berbeda. Kira-kira perasaan klien gimana, ya? Apa membantu meningkatkan self esteem?

Saya sering memperhatikan para MUA atau penyedia jasa makeup dalam mempromosikan jasa mereka. Biasanya sebagai media promosi, mereka akan mencantumkan foto wajah klien sebelum dan sesudah di-makeup. Tentu saja, kedua foto ini bertujuan untuk menunjukkan bagaimana kemampuannya sebagai seorang MUA dalam mengubah wajah seseorang—sehingga terlihat lebih cantik dan menarik.

Nah, yang bikin saya penasaran. Kira-kira bagaimana perasaan mbak-mbak yang fotonya dipasang sebagai konten promosi dan memperlihatkan wajah mereka sebelum dan sesudah dipulas tersebut? Ya, mohon maaf nih, banyak MUA yang secara nggak langsung pengin menunjukkan bahwa wajah si klien memang nggak sebaik dibandingkan setelah di-makeup. Atau lebih halusnya: wajah klien di kedua foto itu tampak berbeda.

Padahal, kebanyakan dari kita justru akan memilih untuk meng-upload foto yang mana wajah kita tampak baik-baik saja. Kita pun berusaha meminimalisir sebanyak mungkin kekurangan wajah kita yang bakal terlihat di foto. Baik dengan pose tertentu atau meminta bantuan aplikasi yang bikin foto-foto jadi terlihat  lebih cantik. Intinya, bukankah kita terbiasa menonjolkan kelebihan diri kita dan menutupi kurang cantiknya kita—supaya kita dapat membanggakan diri sendiri?

Lha ini, demi jasanya laris manis, para MUA malah jelas-kelas menunjukkan kekurangan wajah kita. Bahkan kalau bisa sih, memperlihatkan muka sebelum di-makeup dengan sedramatis mungkin—biar khalayak tahu, kalau kemampuan ber-makeup si MUA ini betul-betul mumpuni dan layak dijadikan rekomendasi. Tentu saja, muncul anggapan bahwa kecantikan si klien yang katanya bikin pangling—dan dipuji sana sini itu, ya berkat kemampuan makeup sang MUA.

Berkat makeup pula, rasa-rasanya untuk terlihat cantik tidak lagi perlu melakukan perawatan yang lama dan ribet dengan proses yang panjangnya keterlaluan. Cukup cas cis cus, maka wajah akan terlihat putih, merona, dan halus. Menjadi sedap dipandang mata. Tak perlu lagi edit berlebih saat ber-selfie ria.

Oke, kembali ke pertanyaan awal saya. Kira-kira bagaimana perasaan mbak klien yang foto before-after makeup-nya terpampang nyata. Malu kah? Atau merasa bangga seperti layaknya yang dirasakan oleh sang MUA?

Saya menyakini, tentu ada perasaan tidak nyaman ketika foto before-after wajah kita saat di­-makeup, di-share sebagai bahan promosi. Namun, meski tidak mengenakkan, kita juga perlu bersyukur dan berterima kasih dengan cara promosi yang jamak dilakukan para MUA ini. Pasalnya, meski cukup membuat malu, nyatanya apa yang mereka lakukan itu dapat membantu kita untuk memahami diri kita sendiri sebetulnya seperti apa.

Foto before-after ini, justru membantu kita menerima diri kita apa adanya. Serta menyadarkan diri kita bahwa kita sudah terlalu sering berpura-pura dengan tidak menampakkan diri yang sebenarnya di depan khalayak—apalagi media sosial.

Alih-alih kepada orang lain, bahkan kepada diri sendiri untuk bersikap jujur saja kita ogah-ogahan. Misalnya, supaya tetap menjaga kepercayaan diri, kita memilih berkaca dengan selfie di handphone yang sudah ditambah dengan efek-efek beauty. Betul, kita memang menghargai diri kita, sayangnya dengan jalan yang menganggap diri kita memang terbaik adanya. Padahal, hal ini pelan-pelan justru sedang membohongi diri kita sendiri. Dalam jangka panjang, kita akan menjadi sosok yang tidak menghargai diri kita seutuhnya: tidak menghargai diri kita yang memang tidak sempurna.

Padahal, mengakui bahwa kita tidak sempurna, dapat membantu untuk meningkatkan self esteem kita. Ya, self esteem sendiri adalah bagaimana kita menilai keseluruhan keadaan di dalam diri baik yang menyenangkan maupun yang tidak. Yang bikin senyum-senyum sendiri maupun yang bikin dongkol-dongkol sendiri. Penilaian ini, akan membantu kita menerima diri kita dengan s-e-u-t-u-h-n-y-a. Penerimaan yang seutuhnya, akan memuluskan jalan kita untuk melewati ganjalan yang ada di dalam sehingga dapat memenuhi pencapaian yang diinginkan.

Meningkatkan self esteem tidak selalu mudah—dan tidak semudah yang saya tuliskan. Pasalnya kita telah terbiasa ingin menunjukkan citra diri yang terbaik di depan banyak orang, agar mendapatkan banyak pujian dari orang-orang sekitar. Kata-kata positif yang kita dapatkan dari orang-orang ini memang memberikan energi positif pada tubuh kita. Namun, jika tidak berhati-hati, kita malah dapat terjebak dalam perasaan yang jumawa. Jadi, ketika ada satuuuuuu saja komentar tidak baik dan tidak enak yang didapatkan. Kita langsung sedih, jatuh, dan kehilangan kepercayaan diri—yang sudah dipupuk pelan-pelan.

Kita tidak bisa mengatur semesta untuk mengikuti aturan kita dengan menjaga omongannya. Oleh karena itu, kita perlu menata hati untuk dapat membiasakan menerima komentar-komentar negatif dan menyakitkan. Supaya kita tidak mudah cemas dan perasaan kita tetap terjaga dalam keadaan baik-baik saja. Jadi apa pun kata orang, hal tersebut tidak akan cukup kuat untuk dapat menyakiti dan menghampaskan diri kita dalam luka dalam.

Menerima diri kita yang tidak sempurna, juga bukan berarti terus menancapkan di pikiran bahwa diri kita memang tidak worth it. Tidak sempurna dan tidak worth it adalah hal yang berbeda. Hal yang kedua maknanya justru memperlihatkan kita masih belum mencapai penerimaan. Yang dikhawatirkan, kita malah terus-terusan merasa menjadi pribadi yang kurang menarik lantas membuang-buang waktu untuk memikirkan sisi jelek kita semata.

Iklan

Maka dari itu, promosi yang dilakukan oleh para MUA untuk menunjukkan kehebatan kemampuannya ini, meski cukup bikin mangkel dan kesal, nyatanya memang perlu diapresiasi. Pasalnya, mereka telah membantu kita dengan memberikan wadah untuk berani dan percaya diri memperlihatkan diri kita yang apa adanya—dengan kelebihan dan kekurangannya—tanpa polesan apa-apa.

Terakhir diperbarui pada 24 Februari 2019 oleh

Tags: foto before afterjasa muamake-upself esteem
Audian Laili

Audian Laili

Redaktur Terminal Mojok.

Artikel Terkait

make-up nikahan kelihatan pangling MOJOK.CO
Pojokan

Makeup Kawinan Katanya Disuruh Manglingi, Udah Dibikin Pangling Masih Aja Salah

6 September 2019
List

Seperti Alat-Alat Doraemon, Ini 5 Mesin Impian Wanita yang Sebenarnya

1 November 2018
Pojokan

Alasan Perempuan Tidak Mengakui Usahanya Mempercantik Diri

4 Oktober 2018
Tutorial Make-Up Young Lex Digebukin
Video

Tutorial Make-Up Young Lex Digebukin

14 Agustus 2018
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.