MOJOK.CO – Erwin Prasetya, salah satu Bassist sekaligus pencipta lagu terbaik yang pernah dimiliki oleh Indonesia meninggal dunia.
“Atas seijin Dhani dan Andra, malam ini telah hadir sebuah formasi yang tidak pernah ada sembilas tahun lamanya. Hanya terjadi malam ini di sini” kata Ari Lasso dalam konser tunggalnya yang bertajuk ‘Sang Dewa Cinta’ pada 23 Februari 2013 silam.
Penonton yang memadati Jakarta Convention Center, tempat konser berlangsung saat itu tentu saja langsung histeris.
“Tepuk tangan paling meriah pada Wawan pada Drum, dan pada baaassss…”
Penonton langsung menyahut serentak, “Erwiiiiiiiiin.”
“Erwiiiin Prasetyaaa,” kata Ari setengah berteriak memanggil nama sahabat karibnya itu yang kemudian muncul dengan setelan jas dan kacamata hitam.
Ari Lasso tampil bersama Andra dan Ahmad Dhani adalah hal yang biasa. Tapi dengan dilengkapi oleh Wawan dan Erwin, tentu luar biasa.
Mereka berlima, lelaki-lelaki yang musikalitasnya bedebah itu kemudian membawakan sebuah nomor paling legendaris dalam sejarah perjalanan Dewa 19: Kangen.
Momen tersebut tentu saja menjadi momen yang tak akan pernah dilupakan oleh banyak penggemar Dewa 19 yang kebetulan hadir di konser tunggal Ari Lasso tersebut. Tak banyak yang menyangka bahwa di konser tunggal tersebut, Ari akan menghadirkan formasi awal Dewa 19.
Momen tersebut sekaligus menjadi penyesalan terbesar bagi para Baladewa yang tidak menonton konser tersebut. Kalau tahu bakal ada formasi awal Dewa 19 di konser tunggal tersebut, tentu mereka akan berbondong-bondong dan berjuang membeli tiket demi bisa menonton lima personel legendaris itu manggung bareng. Dan sial betul, saya adalah salah satu Baladewa yang menyesal itu.
Sebagai baladewa, saya belum pernah sekali pun menonton Dewa 19 dengan formasi awal. Kali terakhir formasi ini eksis adalah di tahun 1994, lebih tepatnya saat proses pengarapan album Format Masa Depan. Di masa itu, saya masih anak kecil yang bahkan tak tahu Dewa 19 itu makhluk apa.
Mangkanya, sejak konser dengan formasi lengkap tahun 2013 itu berlangsung, saya sangat menantikan formasi awal itu kembali manggung. Tak peduli walau hanya satu lagu atau bahkan satu reff sekali pun, yang penting formasi awal.
Harapan saya tersebut tampaknya bakal tercapai tahun ini. Saya girang setengah mampus. Maklum, sempat muncul selentingan bahwa setelah masa pandemi corona berakhir, Ahmad Dhani berencana akan mengumpulkan para personel awal Dewa 19 untuk kembali manggung.
Hingga pada akhirnya, harapan saya itu pupus. Hari ini. Selama-lamanya.
Pagi ini, berita menyebalkan itu datang. Erwin Prasetya meninggal dunia. Bassist legendaris itu menghembuskan napas terakhirnya setelah berjuang melawan pendarahan lambung.
Selalu ada kesedihan ketika personel band yang sangat kamu idolakan meninggal dunia. Terlebih ketika band itu adalah band yang lagu-lagunya menghiasi masa-masa remajamu. Band yang konser-konsernya lebih banyak kamu tonton ketimbang band lain mana pun.
Kesedihan itu menjadi berlipat, tatkala personel itulah yang membikin lagu-lagu yang kamu anggap terbaik dari sekian banyak lagu dari band yang kamu idolakan itu.
Dan kesedihan jenis itu akhirnya mampir menyambangi saya seiring dengan berita meninggalnya Erwin pagi ini.
Ini kesedihan yang sentimentil sebagai Baladewa garis miring. Lima lagu Dewa 19 yang paling saya sukai adalah Restoe Boemi, Mistikus Cinta, Bayang-Bayang, Swear, dan Still I’m Sure We’ll Love Again. Dan dari lima itu, dua di antaranya ditulis oleh Erwin Prasetya.
Lagu “Still i’m sure we’ll love again” menjadi lagu buatan Erwin yang paling saya suka. Berkali-kali saya berharap lagu ini dibawakan dalam konser-konser Dewa 19. Sayang, dari sekian banyak konser Dewa 19 yang saya tonton, baik dengan vokal Ari Lasso maupun Once, tak pernah lagu ini sekali pun dinyanyikan.
Lagu buatan Erwin yang paling kerap dibawakan dalam konser (dan mungkin hampir selalu dibawakan) tentu saja adalah “Kamulah Satu-satunya”. Itu lagu spesial. Boleh jadi, merupakan lagu Dewa 19 versi Ari Lasso yang paling danceable. Kalau Dewa 19 konser dengan dua vokalis, Ari dan Once sekaligus, maka lagu inilah yang pasti akan dipilih untuk dinyanyikan bersama oleh Ari dan Once sebagai pungkasan konser.
Erwin boleh jadi memang tak sepopuler Ahmad Dhani, tak sepopuler Ari, tak sepopuler Once, bahkan tak sepopuler Yuke, penggantinya di Dewa 19. Namun tak ada yang bisa menampik bahwa ia adalah salah satu personel dengan khas yang kuat di Dewa 19. Dialah sosok yang kerap menciptakan hit untuk Dewa 19.
Status itu dengan telak dibuktikan ketika lagu ciptaanya, “Kirana” dan “Kamulah Satu-satunya” menjadi dua dari tiga hits (bersama “Aku Di Sini Untukmu”) di album Pandawa Lima yang sukses besar dengan penjualan lebih dari 800 ribu keping dan mendapat sertifikat 5 Platinum. Album tersebut sekaligus menjadi album terbaik bidang umum dalam penghargaan Anugerah Musik Indonesia 1997.
Di ajang yang sama pula, bassist yang merupakan sosok di Dewa 19 yang paling rajin salat itu mendapatkan penghargaan sebagai pencipta lagu terbaik dengan lagunya “Kirana”.
Sungguh saya masih tak ingin percaya, bahwa bassist dan pembikin lagu yang ciamik itu akhirnya meninggalkan kawan-kawannya dan segenap penggemarnya.
Sugeng tindak, selamat jalan, Erwin Prasetya. Sosok yang tak pernah saya anggap sebagai mantan personel Dewa 19. Hingga akhir hayatnya, Ia tetaplah personel Dewa 19.
Sampai kapan pun, huruf “E” pada Dewa 19 akan selalu mewakili namanya.