Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Sebuah Usaha untuk Memaafkan Kesalahan Pelayan

Agus Mulyadi oleh Agus Mulyadi
19 September 2020
A A
pelayan
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Apa yang akan kalian lakukan ketika seorang pelayan secara tak sengaja menumpahkan minuman di celana atau baju kalian?

Saya sedang duduk santai bersama tiga orang kawan di lobi salah satu hotel di Mataram, NTB. Kami memang sedang menunggu kawan kami lain yang rencananya akan mengantarkan kami bertemu Kepala Dinas Kesehatan untuk mencari data tentang penanganan pandemi corona di Nusa Tenggara Barat. Kami butuh data itu untuk bahan penulisan buku yang sedang kami kerjakan.

Sembari menunggu kawan kami itu datang, kami memesan minuman di kafe yang memang berada persis di sebelah area lobi hotel.

Tentu saja kami sadar bahwa minuman tidak akan membuat kehadiran kawan kami menjadi lebih cepat, namun setidaknya ia membuat penantian kami menjadi terasa lebih santai dan tidak bergegas.

Kami memesan cappuccino, kopi tubruk, dan cokelat panas. Sejujurnya kami ingin mencoba minuman lain, namun tampaknya nama-nama minuman lain terdengar sangat asing dan sangat sulit untuk kami pahami.

“Sudah, itu saja, Pak?” tanya pelayan.

“Iya, itu saja,” jawab kawan saya.

Si pelayan kemudian segera meluncur ke dapur untuk menyiapkan minuman yang kami pesan.

Hanya butuh sekitar lima menit sampai akhirnya pesanan kami datang. Pelayan kafe tampak agak kepayahan membawakan pesanan kami yang sudah tertata di atas baki. Tampaknya ia pelayan baru. Cara memegang bakinya tampak wagu dan tak fasih.

Sampai di meja kami, pelayan berpostur kurus itu kemudian meletakkan satu per satu pesanan kami. Cara pelayan itu meletakkan minuman di atas meja sungguh sangat tidak cakap. Ada getar yang terlihat sangat jelas di tangannya. Hal yang semakin membulatkan keyakinan kami bahwa ia memang pelayan baru.

Keyakinan kami itu pada akhirnya mencapai puncaknya. Saat cappuccino diturunkan, baki yang ia bawa mendadak goyah. Kemungkinan besar karena posisi tangannya yang menyangga baki itu tidak mantap.

Hasilnya, gula cair yang ada di gelas kecil di atas baki itu akhirnya tumpah mengenai celana kawan saya.

Si pelayan tampak panik. Ia langsung melontarkan secara bertubi-tubi permintaan maafnya.

“Maaf sekali, Mas. Maaf sekali,” ujarnya dengan wajah yang tentu saja penuh dengan ketakutan.

Iklan

Situasi menjadi sangat tidak bermutu.

Saya melirik Iqbal, kawan saya yang celananya ketumpahan gula cair itu. Ia tampak kesal. Kalau ketumpahan air putih, itu bukan masalah besar. Ditunggu sejenak juga pasti kering. Namun, kalau ketumpahan gula cair, itu lain perkara. Selain susah keringnya, juga pasti bakal lengket.

Saya mencoba menetralisir suasana. Saya meminta pelayan pergi ke dapur mengambilkan kain untuk melap celana Iqbal. Hal itu semata saya lakukan agar Iqbal bisa mereda kesalnya dan pelayan juga bisa punya sedikit waktu untuk menenangkan diri. Setidaknya ia punya waktu sejenak untuk mengatur strategi menghadapi situasi ini.

Selama pelayan mengambilkan kain, saya mencoba menebak-nebak, tindakan apa yang akan diambil oleh Iqbal. Saya menunggu apakah ia akan marah dan mengomeli si pelayan, sebab ia memang punya hak untuk marah. Atau malah bersikap biasa dan sama sekali tak marah kepada pelayan.

Pada akhirnya, Iqbal memilih pilihan yang kedua. Wajahnya jelas menunjukkan kekesalan. Saya paham betul itu. Namun, ia memilih untuk tidak meluapkan kekesalannya dengan mengomeli si pelayan.

Tak berapa lama kemudian, pelayan datang dengan handuk kecil di tangannya. Iqbal mengambil handuk itu dan mengelap sendiri bekas tumpahan gula cair di celananya. Si pelayan tampak sungkan dan kembali melontarkan permintaan maafnya.

“Nggak papa, Mas. Santai saja,” kata Iqbal, kawan kita yang budiman itu.

Si pelayan kemudian kembali ke dapur dan mengambilkan gula cair yang baru. Saya dan kawan-kawan saya kemudian mengobrol kembali seperti tak terjadi apa-apa. Tentu saja hal itu adalah cara untuk membuat pelayan tak perlu merasa sangat bersalah.

“Aku lega kamu nggak marah sama pelayan,” kata saya pada Iqbal.

“Aku memang jengkel, namun aku paham keadaan anak itu. Dia pasti anak baru, wajar kalau berbuat salah. Nggak baik bikin susah orang kerja,” jawabnya.

Sikap Iqbal ini sungguh berbeda dengan sikap kawan saya yang lain. Sebut saja Prayit.

Prayit adalah tipikal orang yang tak segan untuk protes atau marah kalau sesuatu yang buruk terjadi padanya akibat kesalahan pelayanan yang ia terima. Kalau Prayit berada di posisi Iqbal, saya yakin betul, ia akan muntab atau setidaknya protes.

“Ya, kenapa kita nggak boleh protes? Justru kita seharusnya protes. Kita sudah bayar kok,” jawabnya suatu kali saat saya meminta penjelasan kenapa ia protes saat es teh yang ia pesan ternyata justru diganti es jeruk.

“Ya, kan nggak perlu protes juga. Kamu doyan es jeruk kan?”

“Doyan.”

“Ya kalau begitu terima saja, setidaknya itu jadi tidak merepotkan pelayan warung makan. Mungkin pelayannya sedang capek sehingga nggak fokus nulis pesananmu.”

“Justru aku protes karena ingin meningkatkan kualitas pelayanan warung makan ini. Biar pelayannya lebih teliti, biar hal yang serupa tidak terjadi pada orang lain.”

Alasan Prayit tentu saja sangat baik dan bisa diterima. Kendati demikian, apa yang dilakukan oleh Iqbal juga tentu hal yang mulia. Singkatnya, baik Iqbal maupun Prayit sama-sama melakukan hal yang baik dan benar.

Sikap keduanya layak untuk dicontoh. Namun, entah kenapa, dalam hati saya yang terdalam, saya ingin sekali orang-orang lebih memilih untuk mencontoh Iqbal ketimbang menjadi Prayit.

BACA JUGA Menolak Dagangan yang Dijajakan oleh Anak Kecil Memang Tak Pernah Mudah dan tulisan Agus Mulyadi lainnya.

Terakhir diperbarui pada 21 September 2020 oleh

Tags: kafekopipelayan
Agus Mulyadi

Agus Mulyadi

Blogger, penulis partikelir, dan juragan di @akalbuku. Host di program #MojokMentok.

Artikel Terkait

Pertama kali ngopi di gerai kopi Starbucks Surabaya, turuti gengsi hingga berakhir konyol gara-gara menu MOJOK.CO
Kuliner

Sekali Seumur Hidup Ngopi di Starbucks, Jadi Konyol dan Menyesal karena Salah Nyebut Menu sampai Bawa Pulang Cup Bekas Kopi

29 September 2025
Angkringan Jogja Pamornya Tak Akan Pernah Meredup, meski Harganya Tak Lagi Bersahabat
Pojokan

Angkringan Jogja Pamornya Tak Akan Pernah Meredup, meski Harganya Tak Lagi Bersahabat

7 Juli 2025
Senyum Lebar Petani Kopi Gunung Puntang dan Kaghomasa Bajawa di World of Coffee MOJOK.Co
Ragam

Senyum Lebar Petani Kopi Gunung Puntang dan Kaghomasa Bajawa di World of Coffee 2025

15 Mei 2025
World of Coffee hadir di Jakarta. Mencicipi berbagai jenis kopi hingga belajar industrinya MOJOK.CO
Kilas

World of Coffee Hadir di Jakarta pada Mei 2025: Cicipi Kopi Berbagai Dunia, Belajar Jadi Barista, hingga Ilmu untuk Kembangkan Bisnis Kopi

27 April 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

ILUNI UI gelar konser untuk bencana Sumatra. MOJOK.CO

ILUNI UI Gelar Penggalangan Dana untuk Sumatra lewat 100 Musisi Heal Sumatra Charity Concert

6 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Sayonara, JogjaROCKarta.MOJOK.CO

Sayonara, JogjaROCKarta

8 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.