Sebagai Pelawak atau Sebagai Pengamat Sosial, Dono Memang Selalu Lucu - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
Logo Mojok
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
Home Pojokan

Sebagai Pelawak atau Sebagai Pengamat Sosial, Dono Memang Selalu Lucu

Agus Mulyadi oleh Agus Mulyadi
10 Juli 2020
0
A A
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Dono bersama Warkop bukan pelawak biasa. Mereka senantiasa membawa kritik dan pesan pada lawakan-lawakan mereka.

Kalau kau tak bisa menjadi lelaki bertampang lumayan, makmur, dan romantis, maka setidaknya jadilah lelaki yang lucu.

Saya tak tahu siapa yang pertama kali mengatakan kalimat tersebut. Yang jelas, dalam romantika kehidupan berasmara, menjadi lucu adalah salah satu modal yang sangat berharga untuk bisa menggaet lawan jenis.

Konon, berwajah rupawan bisa membuat seseorang menyelesaikan separuh masalah. Namun punya selera humor yang bagus bisa membuat seseorang merasa sama sekali tak punya masalah.

Humor, memang sesuatu yang menarik. Bukan hanya dalam asmara, namun dalam banyak hal.

Baca Juga:

Sarkam: Warkop 24 Jam di Surabaya yang Multietnis

Dari ‘Beat It’ Jadi ‘Cepirit’ Adalah Bukti Musikalitas Kasino di Film Warkop Nggak Main-main

Ijazah Palsu Komar dan Stereotip Orang-Orang Lucu yang Katanya Sedang Bersedih

Pengajian atau ceramah dengan tema yang berat bisa menjadi sangat menyenangkan dan enak untuk disimak ketika ada humor yang disisipkan ke dalamnya. Sejak jaman Zainuddin MZ sampai Gus Baha, humor terbukti mampu menjadi magnet tersendiri.

Mata pelajaran yang rumitnya setengah mampus akan tetap menjadi pelajaran yang sayang untuk dilewatkan jika disampaikan oleh seorang guru yang jenaka dan doyan prengas-prenges.

Itulah kenapa, sejak dulu, humor selalu efektif sebagai pelicin komunikasi. Bukan hanya komunikasi yang menyenangkan, kadang komunikasi yang memuakkan sekalipun. Kritik salah satunya.


Mungkin masih hangat dalam ingatan kita, bagaimana sosok Bintang Emon menyampaikan kritik atas kasus penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan dengan sebuah video lucu beberapa waktu yang lalu.

Kita tak bisa menampik bahwa pesan dari kritik tersebut benar-benar sampai pada banyak orang karena ia lucu. Orang-orang tak segan untuk menyebarkannya.

Hal tersebut semakin menjadi penegas bahwa kritik yang efektif itu syaratnya tiga: Disampikan oleh orang yang cerdas, disampaikan oleh orang yang lucu, atau disampaikan oleh orang yang cerdas sekaligus lucu.

Untuk poin yang terakhir ini, tampaknya tak ada sosok yang lebih representatif ketimbang para personel Warkop.

Di Twitter, seharian ini, ramai beredar tulisan-tulisan kritis Dono yang pernah terbit di beberapa media. Dono, dengan gaya tulisan yang orisinil dan jenaka begitu baik mengolah kritik terhadap kondisi sosial masyarakat.

Dalam salah satu tulisan berjudul “Kisah Sertu Jumadi” yang viral itu, Dono menuliskan dengan ciamik tentang beban seorang polisi yang harus sesekali melakukan aksi semprit damai sebagai bagian dari usaha menyambung hidup karena gaji yang didapatkan begitu kecil sedangkan iuran yang harus ia bayarkan begitu banyak.

Dalam tulisan itu, ia dengan jenakanya menulis bahwa demi wibawa, seorang polisi seharusnya menaiki motor besar yang gagah. Sayangnya, polisi berpangkat rendah yang tak punya motor dinas dan bergaji sedikit hanya kuat pakai motor bebek biasa, hal yang membikin dia jadi serupa polisi yang sedang menaiki motor sitaan atau motor barang bukti. Polisi jadi tampak blas nggak berwibawa.

Tulisan Dono tersebut membikin banyak orang tak menyangka. Orang-orang seakan tak percaya bahwa seorang Dono, yang selama ini citranya kadung terbangun sebagai sebagai seorang pelawak yang doyan ngajak Kasino dan Indro main ke pantai itu, ternyata mampu menulis dengan amat baik. Bahkan bukan tulisan biasa, melainkan tulisan yang sarat akan kritik.

Padahal, kalau menilik sejarah dan rekam jejak Dono, justru seharusnya sebaliknya. Dono memang seharusnya banyak menulis dan sedikit berakting.

Seorang Dono, tak selayaknya menjadi pelawak. Tak seharusnya menjadi Slamet, anak juragan tembakau yang kelak punya mobil dengan bemper yang senada dengan bentuk mulutnya itu.

Seorang Dono, yang mahasiswa sosiologi jempolan jebolan UI dan bahkan sampai pernah menjadi asistennya Prof. Selo Soemardjan itu seharusnya tumbuh menjadi apa saja, yang jelas bukan pelawak. Entah sebagai wartawan seperti Aristides Katoppo atau kompatriotnya di Warkop Prambors Rudi Badil itu. Atau menjadi akademisi seperti Arif Budiman. Atau menjadi politisi sekalian. Yang jelas, bukan pelawak.

Namun toh, pada akhirnya Dono memilih jalan pedang itu. Menjadi pelawak. Bukan hanya pelawak biasa, namun pelawak terbesar pada masanya.


Mungkin dengan canda tawa-lah, ia bisa menyalurkan kritik-kritiknya. Bukan dengan tulisan, namun melalui adegan.

Dono, bersama Kasino dan Indro tampil sebagai trio yang begitu gencar melancarkan kritik-kritik sosial dalam setiap episode Warkop DKI yang mereka bintangi.

Semua tentang warkop adalah kritik.

Lihatlah deretan judul film-film Warkop: Setan Kredit, Chips, Pokoknya Beres, Maju Kena Mundur Kena, Itu Bisa Diatur, sampai Bebas Aturan Main. Dari judulnya saja sudah tampak bahwa ada kritik di dalamnya.

Dari tagline-nya juga jelas: tertawalah sebelum tertawa itu dilarang. Ia seakan menggambarkan betapa kekuasaan punya potensi yang tinggi untuj merepresi dan membungkam apa saja, termasuk aktivitas tertawa.

Dari adegan-adegannya, apalagi. Tak terhitung berapa kutipan yang menjadi kritik atas kondisi ketidakidealan dan ketidakadilan yang terjadi di dalam masyarakat. Dari sekadar “Jangkrik, Bos!” sampai “Anak orang kaya memang begitu, lagunya suka tengil, kayak duit bapaknya halal aja.”

Warkop menjadi bukti yang bagus betapa kritik dan humor adalah dua saudara kandung yang susah untuk dipisahkan.

Humor memang seharusnya bukan hanya membuat orang tertawa, namun juga membuat orang berpikir, dan akan lebih sempurna lagi jika ia membuat orang bertindak. Dan Dono, dengan dan tanpa embel-embel Warkop, mampu mewujudkan itu.

Dono seakan membawa pesan, bahwa orang yang lucu, seharusnya selangkah lebih dekat menjadi seorang aktivis, bukan pelawak.

Yah, walau sekali lagi, Dono menempuh jalan sebaliknya.

Tags: Donopelawakwarkop
Agus Mulyadi

Agus Mulyadi

Blogger, penulis partikelir, dan juragan di @akalbuku. Host di program #MojokMentok.

Artikel Terkait

warkop sarkam mojok.co

Sarkam: Warkop 24 Jam di Surabaya yang Multietnis

6 Juli 2022
Mental Portugal, Gosok Voucher Penalti Ronaldo, dan Momen Kebangkitan Jerman

Dari ‘Beat It’ Jadi ‘Cepirit’ Adalah Bukti Musikalitas Kasino di Film Warkop Nggak Main-main

5 Juli 2021
komar pelawak

Ijazah Palsu Komar dan Stereotip Orang-Orang Lucu yang Katanya Sedang Bersedih

29 Juni 2019
pelawak

Ukraina Akan Dipimpin oleh Seorang Pelawak, Kapan Giliran Indonesia?

22 April 2019
reza rahadian

Film Benyamin Sueb dan Reza Rahadian Lagi Reza Rahadian Lagi

5 November 2017
lebaran-majapahit-mojok

Lebaran, 650 Tahun Setelah Kesultanan Majapahit

27 Juni 2017
Pos Selanjutnya
Program “Merdeka Belajar” Nadiem Makarim itu Keren Abis, Cuman Monmaap Hal-hal Ini Bikin Saya Skeptis

Program 'Merdeka Belajar' Nadiem Makarim itu Keren Abis, Cuman Monmaap Hal-hal Ini Bikin Saya Skeptis

Komentar post

Terpopuler Sepekan

Tidak Bahagia dengan Pekerjaan Baru Walau Penghasilannya Besar

Sebagai Pelawak atau Sebagai Pengamat Sosial, Dono Memang Selalu Lucu

10 Juli 2020
Kisah Bagaimana Gus Dur “Membela” Karya Salman Rushdie MOJOK.CO

Kisah Bagaimana Gus Dur “Membela” Karya Salman Rushdie

14 Agustus 2022
Kereta Cepat Jakarta Bandung: Ketika Jokowi dan Indonesia (Hampir) Tak Punya Daya Tawar MOJOK.CO

Kereta Cepat Jakarta Bandung: Ketika Jokowi dan Indonesia (Hampir) Tak Punya Daya Tawar

15 Agustus 2022
Es Putr Pak Sumijan Lasem

Warung Es Puter Pak Sumijan Lasem: Kemewahan di Balik Uang Rp5 Ribu

15 Agustus 2022
kadisdikpora diy mojok.co

Rekomendasi Satgas Selesai, Kepsek dan Tiga Guru SMAN 1 Banguntapan Disanksi Ringan 

18 Agustus 2022
ujian praktik SIM C

Cerita dari Peserta Ujian Praktik SIM yang Gagal, tapi Terus Mencoba

13 Agustus 2022
Trauma yang Tersimpan di Kota Tangerang MOJOK.CO

Trauma yang Tersimpan di Kota Tangerang (Bagian 1)

18 Agustus 2022

Terbaru

pelajar dan mahasiswa mojok.co

Terancam Tak Ikut Pemilu 2024, KPU RI Minta Pemda DIY Identifikasi Pelajar dan Mahasiswa

19 Agustus 2022
Asmoe Tjiptodarsono: Sumbangsih BTI dan PKI dalam Membangun Dunia Tani

Asmoe Tjiptodarsono: Sumbangsih BTI dan PKI dalam Membangun Dunia Tani

19 Agustus 2022
Kominfo masih dalami kebocoran data 17 pelanggan PLN.

Lebih dari 17 Juta Data PLN Diduga Bocor, Kominfo Masih Mendalami 

19 Agustus 2022
kebocoran data

21.000 Perusahaan di Indonesia Diduga Mengalami Kebocoran Data, Dijual 50 Ribu Dollar AS

19 Agustus 2022
Investasi jangka pendek, pakar sarankan hal ini.

Anak Muda Suka Investasi Jangka Pendek, Pakar Sarankan Konsistensi

19 Agustus 2022

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
  • Mau Kirim Artikel?
  • Kunjungi Terminal

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In