MOJOK.CO – Berbagai pengalaman spiritual saya dengan Rocket Chicken adalah sebuah perjalanan tak terlupakan. Ayam goreng krispi lain belum tentu begini.
Sebenarnya saya nggak terlalu ngeh dengan keberadaan Rocket Chicken. Merek ayam goreng krispi ini sempat hilang dari ingatan saya, terabaikan begitu saja sebab tersingkir oleh kompetitornya. Di Jogja, persaingan fried chicken keras banget, Bung.
Saya diingatkan lagi perihal pertimbangan beli Rocket Chicken oleh Agus Mulyadi. Sosok yang serupa legenda di Mojok itu, saat masih ngantor dulu, selalu beli Rocket Chicken sambal matah. Tiada merek lain, tiada menu lain. Cuma itu dan setiap hari sama. Agus Mulyadi hanya absen tak membeli Rocket Chicken jika Mbak kalis membawakan bekal.
Saya yakin, jika ada tingkatan di atas pelanggan setia, Agus Mulyadi orangnya. Levelnya sudah militan-ma’rifat. Dia tak pernah lelah, tak pernah bosan. Bahkan dia tahu betul outlet mana yang tak menjual menu sambal matah dan outlet mana yang suka ngasih sambal paling banyak. Eksplorasi ayam goreng krispi tingkat dewa.
Sejak saat itu, Rocket Chicken mengendap di ingatan saya.
Ngomong-ngomong, ini bukan artikel yang disponsori Rocket Chicken. Bukan juga bermaksud berlebihan memuji, tapi kenyataan yang saya alami memang benar-benar begitu.
Saya pernah positif Covid-19 dan anosmia selama seminggu. Setelahnya, rasa yang bisa saya pahami hanya asin. Rasa sakit ditinggal si doi juga udah lupa. Nafsu makan menurun, berat badan menurun (walau sekarang naik lagi) dan mudah bosan. Tapi, lidah saya mengingat rasa Rocket Chicken. Absurd banget.
Jadi ceritanya, saya nggak pengin makan apa pun. Adik saya yang cuek-cuek peduli itu kemudian membelikan saya Rocket Chicken geprek dengan sambal melimpah. Katanya, biar lidah saya kembali mengingat rasa pedas. Tak dinyana, ternyata jurus itu berhasil dan saya merasa bisa kembali makan enak. Hanya karena ayam geprek. Sambil sibuk main Valorant, adik saya pun mencari validasi, “Bener kan, kalau makan ayam geprek, kamu jadi nggak mati rasa. Besok aku beliin lagi, tapi jangan lupa komisi rokok.”
Bangkek.
Oke, jika Anda anosmia dan kehilangan nafsu makan, Anda boleh meniru cara saya. Tapi, jangan sampai cara ini dijadikan patokan medis. Sebab, nilai spiritual dari pengalaman makan Rocket Chicken itu yang membantu, bukan komposisi menu, bukan rasa. Semua soal pengalaman lidah.
Setelahnya, rangkaian kejadian konyol yang melibatkan Rocket Chicken itu mendikte otak saya untuk berpikir bahwa merek ayam goreng krispi ini adalah penyelamat. Berkali-kali saya pergi ke tempat asing, ke kota orang, ke suatu tempat yang belum pernah saya sambangi. Indikator penyelamat saya adalah merek ayam goreng krispi ini.
Sebab, saya paham betul merek ayam goreng lain mungkin nggak sebanyak ini cabangnya. Misalnya ayam goreng Mukidi dan Kaefcuy yang tak selalu ada di setiap kota. Sebagai penjual ayam goreng, mereka juga menjajakan menu yang cukup mahal bagi kalangan medioker. Rival seram Rocket, Olive Chicken, pun tak begitu banyak di luar kota walau ia merajai pasar Jogja. Inilah alasan utama kenapa top of mind indikator penyelamat perut itu ya si Rocket.
Ketika di tempat asing banyak orang yang tanya ke Google “cari makanan terdekat” dan mendapat rekomendasi aneh-aneh, saya cukup memperhatikan sepanjang jalan apakah ada outlet Rocket Chicken atau tidak. Jika kebetulan nemu, saya bakal refleks berteriak, “Alhamdulillah, perut kita selamat, Guys!”
Seolah-olah jaminan keselamatan terisinya perut dan terpuaskannya lidah itu ya Rocket Chicken. Konon, cabang merek ayam goreng krispi ini juga sudah sampai Sumatera dan Kalimantan. Artinya, kalaupun saya pengin solo traveling lagi ke pulau di luar Jawa, saya nggak takut bakal cari makan apa. Terima kasih Pak Nurul Atik sudah mendirikan merek ayam dahsyat ini, semoga sehat selalu.
BACA JUGA Ayam Goreng Mbah Cemplung, Warisan Keluarga yang Menolak Bondan Winarno dan artikel lainnya di POJOKAN.